Mohon tunggu...
An Ismanto
An Ismanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jalan. Jalan. Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Barca adalah Orkestra

29 Mei 2009   07:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:06 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Romo Sindhu menulis di Kompas tentang final Liga Champions antara Barcelona lawan MU. Saya jarang menjumpai tulisan beliau yang agak "tajam" ketika mengomentari seorang tokoh publik, tetapi di dalam tulisan hari ini Romo menulis bahwa Cristiano Ronaldo "tampak sombong". Menurut saya, Romo, CR7 bukan hanya "tampak sombong", tetapi "memang sombong".

Sebenarnya tidak ada masalah jika seseorang merasa sombong, karena dengan begitu ia menunjukkan bahwa ia memiliki kepercayaan diri pada bidang yang digeluti. Tetapi, "kesombongan" itu menjadi salah terutama bila menyebabkan ia melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji agar ia tetap berhasil memperoleh imbalan (pujian) bagi kemampuannya, walaupun pada saat itu ia memang tidak layak mendapatkannya.

Bukan karena saya seorang Liverpooldian kalau saya agak sinis tentang CR7, tetapi banyak penonton sepakbola akan bersepakat dengan saya bahwa apa yang dilakukannya terhadap Charles Puyol--menggerakkan sikutnya lebih jauh daripada semestinya hingga mengakibatkan sang kapten kesakitan--adalah sebuah tindakan tercela.

Body charge dalam sepakbola adalah hal yang lumrah dan wasit tidak boleh meniup peluit tanda pelanggaran bila hal itu terjadi. Tetapi yang dilakukan oleh CR7 tempo hari bukan semata-mata body charge, tetapi juga menunjukkan niat mencederai lawan. Mungkin CR7 kesal karena manuvernya di lapangan selalu digagalkan oleh bek keriting itu. Mungkin juga ia sudah merasa bahwa penampilannya sangat suram dibandingkan dengan Messi-as yang malam itu sungguh memukau. Tetapi kekesalan itu, yang berakibat pada menurunnya performa di lapangan, tidak boleh dilampiaskan dengan cara yang haram dalam sepakbola. MU adalah sebuah tim besar dan seharusnya para pemainnya juga menunjukkan kebesaran baik di dalam maupun di luar lapangan.

CR7, seperti yang terbaca pada berbagai media, tepat seperti yang dikatakan oleh Romo Sindhu, berperilaku lebih mirip dengan para bintang rock yang glamor. Baiklah. Ia memang telah bekerja keras dan berhak menikmati buah dari jerih payahnya, tetapi bukan berarti bahwa ia menjadi bebas tanpa batas untuk berlaku sekehendak hatinya. Ia seharusnya sadar bahwa ia telah menjadi seorang tokoh publik yang memiliki tanggung jawab--bukankah pengaruhnya bisa jadi lebih besar ketimbang Pangeran Charles? Seharusnya ia mampu menjadi tauladan.

Kesadaran diri semacam ini sangat penting dan sudah kita lihat pada Drogba, yang meminta maaf setelah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan seusai kalah melawan Barca di semifinal.

Terlepas dari kepribadiannya yang "demikianlah" itu, saya selalu suka melihat aksi-aksi CR7. Saya sering memutar youtube untuk melihat lagi bagaimana ia mengecoh Ashley Cole saat masih di Arsenal hingga bek itu terjengkang, atau saat ia mendribel bola dengan gesit dan melewati empat sampai lima pemain lawan, atau saat tendangan bebasnya yang keras menjebol gawang Arsenal di semifinal.

Mungkin, pemain sepakbola yang dapat melampaui kemampuan CR7 saat ini hanya Lionel Messi-as. Dan Messi-as memperoleh nilai plus berkat kerendahan hatinya yang terkenal itu. Padahal, kalau ia mau, Messi bisa saja memperoleh gelar Santo dari umat sepakbola, seperti yang diperoleh Maradona. Tetapi Messi memilih jalan yang lebih berat, tetapi tenang dan mampu memberikan inspirasi kepada orang lain, serta kesadaran bahwa dalam sepakbola, yang bermain adalah sebuah tim, bukan seorang bintang saja.

Romo Sindhu sungguh tepat ketika mengistilahkan permainan Barca pada final itu sebagai orkestra. Bukan seorang Messi, atau Iniesta, atau Xavi, tetapi sebuah tim bernama Barcelona, dan keriangan yang muncul dari permainan sepakbola!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun