Mohon tunggu...
Anis Kurniawan
Anis Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis, berjumpa dan berkolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Abidin Wakur, Komunitas Tobonga dan Panggung Teater di Pedalaman

8 Oktober 2018   13:50 Diperbarui: 9 Oktober 2018   13:31 3298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokumentasi Abidin Wakur) 

Komunitas Tobonga juga berhasil mendapat Hibah Cipta Perdamaian dari Yayasan Kelola (2018). Dengan bantuan Kelola, Komunitas Tobonga mementaskan "Teater Pematang Sawah" di desa Bonto Salama---sebuah pementasan yang mengangkat masalah petani. 

Pementasan ini mendapat respon positif dari stakeholders pemerintah Sinjai dan terutama masyarakat. Kebanggaan yang luar biasa, tidak saja karena nama Bonto Salama yang terus berkibar, tetapi karena adanya perubahan karakter dari anak-anak muda di Komunitas Tobonga.

Anak-anak nakal, pelan-pelan berubah menjadi baik dan mau belajar. Seorang pepe yang tidak ingin disunat padahal sudah beranjak dewasa akhirnya bisa disunat berkat teater. 

Dari waktu ke waktu, semakin banyak anak-anak muda yang tertarik bergabung di Komunitas Tobonga. Energi positif mulai menyala di pedalaman. 

Sebuah rumah sederhana berhasil dibangun secara gotong royong dan dijadikan sebagai markas berkegiatan. Di situ juga ada Taman Baca. Jadi, anggota komunitas dapat berkumpul setiap saat, membaca, dan berdiskusi. Teater jalan terus.

Belum lama ini, Komunitas Tobonga memenangi sebuah perlombaan teater bergensi di tingkat Provinsi Sulawesi-Selatan (18-19 September lalu). Komunitas Tobonga pun berhak mewakili Sulawesi-Selatan ke tingkat nasional yang akan mentas di Banten pada 29 November mendatang.

Desa kecil pedalaman bernama Bonto Salama yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Kabupaten Sinjai kini terus jadi bahan perbincangan. Komunitas Tobonga menginspirasi banyak orang, bagaimana teater bisa mengubah cara pandang masyarakat. 

Warga desa Bonto Salama, setidaknya paham tentang teater. Anak-anak desa mulai berbangga hati bila berkomunitas di Tobonga. Para stakeholder desa juga mulai aktif melibatkan Tobonga dalam pembahasan masalah-masalah kemasyarakatan.

Kak Abi telah menapaki jalan terjal berkesenian, tetapi ia sukses memanen kebaikan demi kebaikan.  Sebuah buku berjudul "Filosofi Masalah" (Kearifan-Kearifan Komunitas Tobonga dalam Menyelesaikan Masalah) terbit Januari 2018 lalu ditulis Kak Abi. 

Di buku inilah kisah inspiring mengenai perjalanan penuh liku Kak Abi dan Komunitas Tobonga dibicarakan. Saya termasuk yang terpesona membacanya, tidak saja karena akhirnya paham tentang Komunitas Tobonga, tetapi juga saya paham tentang perlunya kegigihan dalam berjuang. 

Tak ada masalah tanpa masalah, semua harus dihadapi dengan bersikap wajar dan tenang. Ini prinsip yang ditanamkan Kak Abi pada dirinya (yang narasi cintanya juga lumayan cadas) juga pada komunitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun