Sudah jatuh tertimpa tangga lagi, selain beban kegagalan, Kak Abi juga mendapat tertawaan dari masyarakat. Pil pahit yang harus ia telan.Â
Sejak itu, Kak Abi memilih pergi meninggalkan kampung untuk kesekian kalinya. Tetapi, kali ini dengan kesadaran bahwa ia masih harus belajar banyak agar suatu saat dapat kembali seperti tentara dengan amunisi lengkap yang siap perang.
Memerlukan waktu bertahun-tahun berbenah. Kak Abi harus hidup terluntah-luntah, hingga suatu waktu dapat kesempatan bergabung di sebuah lembaga pendampingan. Di lembaga inilah Kak Abi banyak belajar. Terutama belajar manajemen organisasi dan model-model (best practise) membangun kelembagaan berbasis warga.
Pada awal tahun 2015, Kak Abi akhirnya memutuskan pulang kampung lagi. Walau berbekal pengalaman cukup, ia tidak lantas besar kepala. Kak Abi sadar bahwa pengalamannya di organisasi pendampingan plat merah dapat eksis karena ditunjang oleh pendanaan yang siap. Sementara, bila ber-komunitas di desa, tentu harus menanggung biaya sendiri.
Jadi, secara leksikal, Tobonga berarti sosok jenaka. Selain berati sosok jenaka, Tobonga juga sebenarnya diyakini sebagai sosok yang memang pernah ada. Tobonga adalah seorang tokoh kampung dari masa silam yang berperan sebagai penyelenggara sara' (penyelenggara agama).Â
Tokoh Tobonga sangat melegenda di Desa Bonto Salama dan sekitarnya karena dianggap berjasa oleh masyarakat. Pelbagai peninggalan Tobonga pun masih bisa dinikmati warga desa antara lain; pancuran, sumur hingga pohon durian. Nama Tobonga diambil, karena memiliki makna kuat yakni memberikan solusi pada masyarakat dengan gaya jenaka.
Kali ini, Kak Abi mengarahkan agar komunitas ini sungguh-sungguh berbaur dalam masyarakat. Jadi, core awalnya adalah komunitas ini hadir semacam forum informal yang mengagregasi masalah-masalah kemasyarakatan.Â
Langkah pertama, mereka melakukan pemetaan (mapping) terkait masalah yang terjadi khususnya di Desa Bonto Salama. Dari hasil pemetaan itulah, Komunitas Tobonga melahirkan aksi-aksi strategis bersama-sama dengan masyarakat.
Sebetulnya, komunitas Tobonga ini adalah kelanjutan dari jejak komunitas yang sebelumnya dibuat yakni Sanggar Seni Sikamaseang. Hanya namanya saja yang diubah, dengan harapan ada paradigma baru yang mulai dibangun.
sebagai bentuk evolusi dari komunitas ini, Komunitas Tobonga membentuk empat kelompok atau semacam pembagian fokus kegiatan yakni; (1) Sanggar Seni dan Budaya Tobonga; (2) Kelompok Pemuda Tani Tobonga; (3) Sikola Budaya Tobonga; (4) Kelompok Usaha Bernama Tobonga. Jadi, ke empatnya menggalang anggota komunitas sesuai minat dan potensinya masing-masing.