BRT alias Bus Rapid Transit adalah sarana transportasi yang tergolong baru di kota Makassar. Belum cukup setahun kendaraan raksasa ini beroperasi, dan baru dalam dua bulan terakhir ini diminati warga Makassar. Sebelumnya, BRT Makassar hanya keliling kota kosong melompong, seperti petualang tanpa tujuan.
Di Negara-negara maju seperti Amerika dan Australia, model transportasi massal model bus sudah lama ada dengan nama busway. Istilah busway juga berlaku di Jakarta dan sejumlah kota di Indonesia. Tetapi, sejumlah Negara menyebutnya quality bus atau service bus. Istilah-istilah itu sebetulnya punya makna sama yakni adanya keistismewaan khusus pada model transformasi publik ini.
Pekan lalu, untuk pertama kalinya atas rasa penasaran, saya mencoba naik BRT Makassar. Waktu itu saya hendak ke kantor di kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan, sekitar air port. Biasanya, bila memilih kendaraan umum lainnya, saya akan naik petepete nomor 05 dari Jalan Cendrawasih ke arah kampus Unhas. Lalu, turun sebelum pintu satu Unhas untuk mengambil petepete lainnya ke arah Daya-Sudiang. Kali ini, saya naik petepete 05 dan turun di halte depan Kampus STIMIK Dipanegara. Di sanalah saya menunggu BRT dengan rute ke arah air port. Sebetulnya, saya bisa menunggu BRT di jalan Rajawali yang juga tidak jauh dari rumah dengan rute ke arah Mall Panakukang (MP). Lalu, berganti bus ke rute air port. Tapi, jaraknya terlampau jauh, tentu bisa memakan waktu yang cukup lama. Dan bisa membuat saya terlambat sampai di kantor.
Tidak lebih dari setengah jam menunggu, bus raksasa berwarna biru itu pun muncul dengan kecepatan rendah. Dengan hati gembira saya pun naik. Di dalamnya sudah terdapat beberapa penumpang. Jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang. Kursi banyak yang kosong, sehingga penumpang bebas memilih posisi tempat duduk sesuai selera. Saya pun memilih duduk di barisan depan belakang sopir, persis diantara seorang ibu muda dan seorang anak muda yang mungkin mahasiswa.
Pertama kali, saya memperhatikan wajah-wajah para penumpang lainnya. Mereka agaknya sangat menikmati perjalanan dengan santai. Tidak lama kemudian, seorang bapak berseragam biru-biru menghampiri dan menyodorkan secarik karcis berwarna hijau mudah. Di situ tertulis tarif BRT sebesar Rp. 5000. “Murah yah, saya kira juga berapa gitu,” kata saya malu-malu pada seorang ibu muda di sebelah. “Ia murah. Tapi, lebih nyaman dan aman. Ini juga pengalaman pertama saya heeee,” kata Sang Ibu muda itu dengan suara ringan juga malu-malu.
Sebuah perjalanan yang amat menyenangkan. Baru kali ini saya merasakan nikmatnya kendaraan umum di Makassar. Kabin yang lapang dan ber AC, juga suasana yang tidak sesak sebagaimana lazimnya kendaraan umum lainnya. Dari pengalaman perdana ini, saya setidaknya mencatat ada lima keistimewaan naik BRT. Pertama, kenyamanan berkendara dengan fasilitas AC dan ruang yang sangat luas membuat kita lebih leluasa bergerak. Kedua, BRT tentu lebih aman dan menjauhkan kita dari ancaman kejahatan jalanan seperti penjambretan, begal, maupun udara kota yang tak sehat. Ketiga, tariff yang murah meriah dengan hanya Rp.5000, rasanya cukup memberi kepuasan tersendiri saat menumpangi BRT dengan nama lengkap BRT Trans Mamminasata ini. Keempat, kita bisa menikmati suasana berkendara dengan melihat pemandangan kota secara leluasa. Bahkan bisa beristirahat bahkan menikmati tidur sejenak, bila rute perjalanan cukup jauh. Kelima, rute BRT yang melintasi titik-titik strategis di Makassar seperti Mall panakukang (MP), Mall GTC, Mall Trans Studio, Mall ratu Indah, dan lainnya, memberi kita banyak pilihan tempat tujuan bersantai.
Kini, BRT Makassar memiliki tiga rute, dimana titik pusatnya berada di depan Mall MP. Koridor 1 memiliki rute dari MP, ke arah Jalan Perintis Kemerdekaan, Daya, hingga ke air port lalu kembali ke MP. Koridor 2 rutenya ke Mall Ratu Langi, ke Jalan rajawali, Mall GTC, Trans Studio, Pantai Losari, Karebosi Link, MTC dan kembali ke MP. Rute 3, dari MP ke Jalan Alauddin, Sungguminasa hingga Pallangga Gowa lalu kembali ke MP. Calon penumpang bisa berkeliling kota Makassar dengan naik Bus ke tiga sisi kota yakni kea rah bandara Kabupaten Maros, pantai losari, dan ke arah Kabupaten Gowa
Cukup menggoda kan menikmati hirup-pikuk dan keindahan kota Makassar dengan mengendarai BRT? Walau begitu, sebagai transportasi baru di Makassar, tentu masih ada sejumlah kelemahannya. Pertama, perlu waktu banyak dalam menunggu bus, karena unit masih terbatas. Kedua, rute masih terbatas, serta ada rute yang terlampau jauh sehingga tidak efektif digunakan dalam keadaan terburu-buru.BRT memang cocok dipilih ketika kita hendak bersantai ria, utamanya di akhir pekan atau liburan panjang. Kendala lainnya adalah waktu operasi yang hanya sampai jam 7 malam saja.
Hal lainnya, pengelola BRT belum menyiapkan sarana hiburan di atas kabin semisal televisi atau Jaringan Radio. Yang ada hanya musik saja, namun belum cukup menghibur karena kadang suaranya terlampau kecil atau pilihan lagunya yang terbatas. Apa pun itu, pengalaman perdana saya naik bus membuat istri dan anak-anak saya penasaran jua
Mengajak Keluarga
Tiga hari setelahnya, saya pun mengajak istri dan anak-anak saya naik BRT. Kali ini, saya naik di stasiun sekitar kompleks perumahan kami di Halte Pasar Ikan Jalan Rajawali. Saya membawa tiga anak perempuan saya yang masing-masing berusia 7, 5, dan 2 tahun. Hari masih pagi sekitar pukul 9, jadi saat kami naik ke atas bus, belum seorang pun penumpang yang ada. Maka, anak-anak saya pun bebas wara-wiri di atas bus. Berpindah dari kursi satu ke kursi lainnya. Mereka bebas bermain layaknya di dalam rumah.
Rute di Koridor 2 adalah ke Mall GTC, Trans Studio, Pantai, Karebosi Link dan berhenti di Mall MP. Tujuan kami hari itu adalah ke Mall MP. Kami singgah beberapa jam di Mall terbesar di kota Makassar itu, menikmati makanan ringan, lalu pulang tepat pukul 14.00 siang. Kami pun menunggu bus Koridor 2 ke arah jalan Rajawali. Tidak perlu waktu lama, Bus Koridor 2 pun datang dan langsung diserbu penumpang. Lumayan, ada sekitar 20-an orang penumpang siang itu. Namun, bus yang ke arah Pallangga Gowa lebih banyak lagi, karena kebanyakan penumpangnya berdiri.
Kami tiba dengan selamat. Sebuah pengalaman yang cukup menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Rasanya, tidak ada alasan untuk tidak mengulanginya lagi di masa-masa mendatang. Terutama bila harus bersama-sama semua keluarga. Jadi, kita tidak perlu lagi menggunakan kendaraan pribadi yang berpotensi menumpuk dan menimbulkan kemacetan.
(Sebuah Catatan dari Pengalaman Perdana)
Mari, naik bus agar tidak macet….!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H