Mohon tunggu...
Anis Kurniawan
Anis Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis, berjumpa dan berkolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Bermartabat dari Kampung Pemulung

6 Maret 2015   21:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:04 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkampungan pemulung yang terletak sekitar 1 kilometer dari pemukiman warga tersebut, bahkan memperoleh akses jaminan kesehatan gratis. Jossy Kawengian, mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bitung, sehingga setiap bulan ada pemeriksaan dan pengobatan gratis khusus untuk warga pemulung.

Jossy Kawengian bahkan sedang bernegosiasi dengan Habitat For Humanity, salah satu lembaga donor yang biasa mendonasi pembedahan rumah tinggal untuk masyarakat terpinggirkan.

“Tim dari lembaga donor tersebut sudah pernah melihat langsung kampung pemulung TPA Aer Tembaga, mereka bersedia membantu. Kami sedang menunggu tahap implementasinya. Kalau kerjasama itu bisa diwujudkan, maka warga pemulung akan mendapatkan program bedah rumah sehingga mereka semakin hidup layak,” terang Jossy.

Perkampungan pemulung Aer Tembaga adalah salah satu potret pembenahan pemulung secara manusiawi. Masyarakat pemulung bisa bekerja dengan maksimal, mereka sangat berkontribusi besar terhadap pengolahan sampah di Bitung. “Kami merasa bertanggungjawab atas penghidupan yang layak bagi mereka,” kata Jessy.

Kini, anak-anak yang hidup di perkampungan itu bisa menikmati standar hidup layak yang didambakan setiap orang. Mereka bahkan punya tim sepakbola dengan banyak prestasi, salah satunya adalah Semifinal Lanud Cup se Kota Bitung.

Yohan Pantau bahkan bermimpi, kelak akan membuat banyak event-event di perkampungan itu, seperti even lingkungan, seni-budaya hingga perlombaan olahraga. “Perkampungan ini bisa menjadi contoh bagi kota dan daerah-daerah lain di Indonesia bagaimana mengelola TPA tanpa mengebiri keberadaan pemulung,” katanya

(Tulisan ini adalah Reportase saya dari sebuah kampung Pemulung di Kota Bitung Sulawesi-Utara akhir tahun 2014 lalu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun