Mohon tunggu...
Anis Kurniawan
Anis Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis, berjumpa dan berkolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Internet di Pelosok Timur Indonesia Laksana Mencari Jarum di Lautan

13 Februari 2015   17:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:15 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14238149111684761273

[caption id="attachment_396663" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas Tekno"][/caption]

Dalam beberapa tahun terakhir, saya ada jadwal berkeliling ke beberapa tempat di Sulawesi, Maluku bahkan Papua dalam rangka penulisan reportase lingkungan hidup. Daerah di belahan timur Indonesia memang eksotik dan menakjubkan. Pemandangan alamnya bagai sihir yang mempesona dan menyilaukan.

Banyak hal yang menggairahkan untuk dituliskan. Inspirasi berkelabat dalam kepala saat kita berada di balik kehijauan pohon-pohon, di pesisir pantai dengan pasir putih, atau pada saat melihat gugusan gunung. Panorama alam yang elok menawan itu, sungguh sangat membantu saya dalam menuntaskan tulisan-tulisan.

Namun, masalahnya ada satu yakni INTERNET. Jaringan internet di pelosok Timur Indonesia sangat tidak mendukung. Ini sangat mengganggu, sebab kita kesulitan untuk tetap terhubung dengan banyak relasi khususnya via media sosial. Apalagi, bila harus berurusan dengan berkirim-balas emal atau harus mengunduh file-file pendukung lainnya. Sulitnya bukan main.

Belum lama ini saya berkunjung ke dua Kota di Provinsi Maluku yakni Ternate dan Tidore. Sebelum berangkat ke sana, saya tidak punya prasangka kalau ada masalah internet di sana khususnya di Ternate. Namun, alangkah kagetnya saya sesaat setelah tiba di sebuah hotel tempat menginap dan mencoba searching internet melalui smartphone. Jangankan jaringan internet yang lalod, jaringan telepon dan SMS pun lambatnya bukan main. Bahkan timbul tenggelam.

Saya pun mencoba menanyakan perihal ini pada kawan di di sana dan ia pun membenarkan bahwa jaringan telepon apalagi internet memang sedikit kurang maksimal di Ternate. Saya pun disarankan untuk mengganti kartu seluler dengan merek lain, karena kartu yang saya gunakan kurang cocok dipakai di sana. Wah, masalah ini, kata saya. Sebab selama ini saya agak jarang gonta-ganti kartu karena akan mengganggu konstalasi penggunaan sejumlah fitur di smartphone saya.

Akhirnya saya memilih pasrah, dan menunggu jam tengah malam baru seraching. Saya pun harus begadang untuk bisa akses internet. Itu pun tidak terlampau maksimal.

Setelah dua hari di Ternate dan terus mengalami kendala internet, saya pun mencoba mencari tahu soal WARUNG INTERNET alias Warnet. Melalui seorang pegawai hotel, ia pun menunjukkan saya sebuah Warnet yang tempatnya tidak jauh dari hotel.

Namun, alangkah kagetnya saya saat tiba di sana, sebab yang disebut WARNET rupanya berbeda dengan apa yang selalu saya temui di tempat saya di Makassar. Warnet di Ternate semacam Jaringan WIFI. Kalau di Makassar biasanya ditemui di Warung Kopi atau di ruang-ruang publik.

Awalnya saya sedikit gembira, karena dengan jaringan WIFI seperti di Makassar, Internet biasanya akan lumayan kencang. Namun, di Ternate lain rupanya, di sini jaringannya super lalod. Dan bukan hanya itu yang membuat saya geleng-geleng kepala. Saya pun dibuat heran dengan sikap pengunjung yang terkesan tidak terbebani dan biasa-biasa saja. Sepertinya orang-orang di sana sudah terbiasa dengan internet lalod.

Saya pun mengalami kendala teknis selama seminggu di sana karena tidak bisa mengakses jaringan internet. Sehingga saya memutuskan untuk fokus menyelesaikan tulisan-tulisan dan seperti "beralienasi" dari dunia maya untuk sementara waktu. Dan itu sangat menjemukan dan menghambat aktivitas saya yang memang harus selalu berselancar ke dunia maya.

Dan ketika saya melanjutkan perjalanan ke Kota Tidore dan Kepulauan, kondisinya bahkan jauh lebih memprihatinkan. Di Tidore, jaringan internet benar-benar sulit. Bahkan, jaringan WIFI di kota itu benar-benar asing. Apalagi tidak ada hotel dan penginapan representatif di kota itu yang bisa jadi tempat pelarian berburu jaringan WIFI. Akhirnya lengkap sudah derita tanpa akses internet berada di Kota dengan Sumber Daya alam yang kaya melimpah rua--sesuatu yang amat paradoks.

Andai saja bukan karena keindahan alamnya yang mempesona dan alami, saya mungkin sudah stress berat lantaran tidak bisa mengakses internet. Beruntung pula sebab jadwal perjalanan tidak lebih dari dua pekan, sehingga pengalaman hidup tanpa internet saya anggap sebagai momen "jedah sementara saja" sambil merasakan bagaimana menikmati masa berbaur dengan alam yang indah.

Bila anda sedang punya jadwal ke bagian Timur Indonesia, maka sepertinya perlu punya persiapan khusus agar bisa mengantisipasi masalah akses internet. Sebelumnya, pengalaman serupa saya alami pula saat berkunjung ke kota Bitung Sulawesi Utara, Kendari di Sulawesi Tenggara, dan Fakfak di Papua Barat.

Ini membutuhkan perhatian serius saya kira, karena berimbas pada akses informasi bagi para siswa dan mahasiswa yang ada di daerah Timur Indonesia. Mereka tentu akan tertinggal jauh dari siswa dan mahasiswa di kota kota Besar lainnya khususnya di bagian Barat Indonesia. Jangan-jangan, salah satu faktor ketertinggalan daerah-daerah di Timur adalah faktor akses informasi yang tidak memadai.

Internet di sejumlah daerah di bagian Timur Indonesia laksana mencari jarum di lautan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun