Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dalam Bingkai Formosa

31 Maret 2019   11:58 Diperbarui: 31 Maret 2019   12:32 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Pixabay

Adzan subuh berkumandang. Aku segera membelalakkan mata lalu meraih ponsel. Pukul 03:35. Aku diam sesaat. Melamun. Masih setengah sadar. Satu menit kemudian bangkit bergegas menuju kamar mandi, gosok gigi, wudhu, di lanjut Shalat shubuh. Usai Shalat, aku meraih Al Qur'an di atas meja yang ada di sisi ranjang dan melantunkannya dengan lirih.

Lagi-lagi aku tak sahur. Sudah ketiga kalinya aku terlambat bangun untuk sahur. Sepertinya aktivitas membaca sudah meracuniku. Suara teriakan tak terdengar seperti biasanya. Kakek tidur lelap. Aku berhamdalah. Biasanya aku susah tidur karena berisik. 

Tiga hari ini kakek tidur nyenyak. Wajar saja jika aku pun bisa ikut tidur nyenyak. Apalagi hampir tiap malam sering lupa waktu. Membaca hingga larut. Padahal Shubuh datang lebih awal karena musim panas. Jika tidak telat bangun aku biasa sahur pukul 02:30.

Sekitar dua tahun lebih yang lalu aku menginjakkan kaki di bumi Formosa. Untuk pertama kalinya memberanikan diri berangkat ke luar negeri. Tanpa bekal pengalaman apa pun sebelumnya. Takut. Tentu saja perasaan itu muncul dalam diriku. 

Tak ada siapa-siapa di sini. Tak ada sanak keluarga. Aku sendiri berada di tengah-tengah keluarga yang belum kukenal sebelumnya. Dengan suku bangsa yang berbeda, rumpun bahasa yang berbeda. Semua demi keluarga.

Sebelum berangkat aku menjalani proses, belajar bahasa mandarin di sebuah Kantor PTJKI, PT Esdema Mandiri namanya. Sebuah kantor yang terletak di daerah Cimanggis, Depok. 

Lokasinya dekat dengan lokasi syuting sinetron-sinetron Indonesia, salah satunya sinetron 'Tukang Bubur Naik Haji'. Area kantor sendiri pernah dipergunakan sebagai lokasi syuting FTV yang tayang di SCTV. 

Aktornya Dimas Aditya waktu itu. Anak-anak berlomba berebut foto dengan artis ganteng tersebut. Tapi tidak denganku. Dulu aku pun sempat mengidolakan Dimas Aditya, tapi anehnya aku sudah tidak tertarik lagi untuk mengidolakan artis. 

Tidak penting, begitu pikirku. Nabi Muhammad saja tidak diidolakan bagaimana bisa mau mengidolakan artis? Pertanyaan itu sering muncul dalam diriku. Kosong. Entah apa yang kupikirkan.

Pertama kali datang, aku singgah di kota Yilan. Sebuah kota asri yang ada di daerah Taiwan. Terhampar sawah-sawah di setiap sisi jalan, bukit-bukit, pantai menjadikan kota Yilan sebagai kota wisata yang indah. Banyak tempat wisata yang sudah aku kunjungi selama tinggal di Taiwan. 

Beruntung karena aku memiliki majikan yang sering mengajak jalan-jalan. Aku tidak hanya tinggal di kota Yilan saja. Setiap dua minggu sekali aku harus pindah ke Taipei. Menyenangkan bisa tinggal di dua kota sekaligus. Setidaknya bisa sedikit menghilangkan rasa jenuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun