Rasanya seperti diamuk ribuan masa. Aku terimpit, sakit. Amarah membludak. Mencipta suara gemuruh. Suaraku tak henti berujar, memaki. Aku tetap pada pendirian bahwa aku benar.
"Kamu kalau ngomong selalu enggak pakai otak!"
"Fitnah melulu ucapan kamu mah."
Seruan-seruan yang entah dari mana asalnya itu menyerang di telingaku. Membuat kepala berdenyut hebat. Dan yang tak kalah sekarat adalah degup dada yang berguncang semakin hebat.
Keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Ada aroma busuk yang tiba-tiba muncul. Entah berasal dari mana. Semakin lama semakin pekat baunya. Terlebih ketika aku mendengus, membuka mulut. Baru kusadari bahwa aroma itu berasal dari mulutku sendiri.
"Bau apa ini?" Aku gusar. Tak percaya dengan yang terjadi.
Nyeri. Jemariku seperti tersayat. Aku semakin mengaduh ketika kudapati kuku-kuku  di jemariku memanjang, meruncing. Di setiap celahnya mengeluarkan merah darah.
Aku bangun dari pembaringan. Berlari menuju cermin. Berharap yang terjadi hanya sebuah ilusi. Namun, aku justru mendapatkan bayangan tubuhku yang berubah mengerikan. Aku seperti monster. Rambutku berantakan, mataku membesar, hidungku memancung tak wajar, gigiku bertaring, tangan dan kakiku dipenuhi kuku-kuku tajam. Dan lihat sekarang, perlahan bulu-bulu tumbuh di seluruh tubuh.
"Tidaaaaaaaak!!!" Aku berteriak, meraung.
"Hahaha ... "
Aku menghentikan teriakan saat kudengar suara tawa. Dan anehnya suara itu berasal dari bayangan diriku di cermin. Kami seolah dua orang berbeda yang tengah berhadapan.