Ikut merasakan bagaimana beratnya menjadi Hayati yang harus menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali tidak dicintainya dan berakhir dengan rumah tangga yang tidak bahagia. Betapa dalamnya cinta seorang Zainuddin kepada Hayati sehingga ia tetap mencintai dan memajang foto besar Hayati dalam ruangannya walaupun Hayati sudah pergi darinya, meninggalkan sebuah kisah pilu dan menyakitkan tetapi rasa indahnya mencintai seorang gadis Minang yang cantik seperti Hayati.
Novel karya Buya Hamka yang digarap menjadi sebuah film ini sangat indah dari segi sebuah bahasa dan penyampaian nilai sosial, budaya dan agamanya. Rangkaian kata yang walaupun kental dengan bahasa asli masyarakat Minangkabau, membawa pembaca berlarut larut dalam untaian kata indahnya.Â
Bagaimana indahnya untaian kata yang terdapat dalam surat Hayati dan Zainuddin. Surat yang dikirim Zainuddin kepada Hayati dengan tulisan dan bahasa yang sangat indah begitupun sebaliknya Hayati kepada Zainuddin. Karya yang sangat legendaris ini menyajikan sebuah kultur budaya Melayu dan agama yang sangat berpengaruh sekali dalam sebuah proses pembuatannya. Hingga sangat memakan waktu yang dalam proses penggarapannya dan penulisannya.Â
Budaya adat Minang yang sangat kuat dan juga bahasa yang digunakannya sangat kental sekali membuat para pembaca dan penonton kurang memahami akan bahasa yang digunakannya, terutama dalam arti sebuah kata yang ditunjukan. Kendati demikian film ini juga memberikan terjemahannya agar para pembaca mampu memahami secara lebih mendalam mengenai makna apa yang disampaikan dan juga jalannya sebuah kisah Zainuddin dan Hayati. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang digarap oleh Soraya Intercine Films ini sangat patut untuk diapresiasi karena nilai sosial, budaya dan agama yang sangat kentara dan kental terkandung di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H