Status Sosial dan Tradisi
Judul buku : Kasur Tanah : Cerpen Pilihan KOMPAS 2017Penulis : Muna Masyari, A. Muttaqin, Agus Noor, Ahmad Tohari, Budi Darma, Djenar Maesa Ayu, Faisal Oddang, Farizal Sikumbang, Gde Aryantha Soethama, Indra Tranggono, Lina P.W., Made Adnyala Ole, Martin Aleida, Miranda Seftiana, Putu Wijaya, Radhar Panca Dahana, Rika, Sori Siregar, Supartika, Triyanto Triwikromo, Wawan SumarwanPenerbit : KOMPAS
Cetakan : 2017
Tebal : 216 halaman
Harga : Rp. 65.000,-
Kompas secara rutin setiap tahun memilih cerpen-cerpen terbaik dan menjadikannya buku sejak pada tahun 1992. Dari pemilihan cerpen tersebut banyak penulis bertalenta baru yang muncul. Pada tahun 2017 ini dipilihlah cerpen pilihan kompas yang terbaru. Cerita utama yang dipilih pada buku ini adalah "Kasur Tanah" yang ditulis oleh Muna Masyari, seorang sastrawan yang berasal dari Madura.
Kasur Tanah merupakan kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2017 yang memuat dua puluh satu cerpen dengan tema beragam karya penulis-penulis yang sudah tidak asing lagi namanya, yaitu. Muna Masyari, A. Muttaqin, Agus Noor, Ahmad Tohari, Budi Darma, Djenar Maesa Ayu, Faisal Oddang, Farizal Sikumbang, Gde Aryantha Soethama, Indra Tranggono, Lina P.W., Made Adnyala Ole, Martin Aleida, Miranda Seftiana, Putu Wijaya, Radhar Panca Dahana, Rika, Sori Siregar, Supartika, Triyanto Triwikromo, Wawan Sumarwan.
Cerpen-cerpen di buku ini bertema banyak berputar di ekonomi, krisis identitas, kesenjangan sosial, politik, kemiskinan, dan lainnya. Dari dua puluh satu cerpen tersebut, cerpen favorit saya berjudul "Bukit Cahaya" yang bercerita tentang petualangan seorang anak mencari cahaya. Bukit Cahaya berisi petualangan seorang anak mencari cahaya yang selama berpetualang itu ia bertemu makhluk-makhluk magis seperti penyihir, hujan meteor, dan kupu-kupu besar.
Buku Cerpen Pilihan KOMPAS 2017 sangat lengkap. Dari "Kasur Tanah" yang bercerita tentang perjodohan, "Rumah Batu Kakek Songkok" bercerita tentang modernitas, "Tarom" yang bercerita tentang magis, sampai "Siapa Suruh Sekolah di Hari Minggu?" Yang bercerita tentang pemberontakan kelompok masyarakat.
Kelebihan dari buku ini adalah cerita sangat menarik dan alurnya tidak bisa ditebak. Cerita yang disajikan tentunya sangat baik karena sudah terpilih ke kumpulan cerpen terbaik Kompas. Dilihat dari segi tata bahasa yang baik dan bahasa yang digunakan pengarang sederhana dan terdapat banyak bahasa daerah. Kalimat-kalimat pada paragraf juga disusun dengan runtut hingga mudah dipahami.
Satu kekurangan dalam buku ini adalah tidak adanya prolog. Menurut saya, dengan adanya prolog, pembaca akan mendapatkan pengalaman membaca lebih baik. Salah satunya adalah bertambahnya pengetahuan baru.
Kesimpulannya buku kumpulan cerita pendek Kompas "Kasur Tanah" ini sangat direkomendasikan untuk dibaca dengan rentang usia dari remaja hingga dewasa. Dan banyak alur yang tidak tertebak sehingga kita tidak akan bosan membacanya serta bersiaplah mendapatkan kejutan di akhir cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H