Israel telah melakukan genosida dengan menewaskan setidaknya 32.916 pada hari ke-178 semenjak konflik. Menurut laporan PBB yang dipublikasikan pada 1 Maret, diperkirakan 9.000 perempuan tewas, namun dugaan angka tersebut bisa lebih besar karena banyak jenazah yang tidak dapat dievakuasi di bawah puing-puing gedung yang telah hancur. Data Unicef menyebutkan bahwa lebih dari 13.000 anak-anak telah dibunuh semenjak dimulainya perang. Israel secara terang-terangan melakukan genosida dengan perasaan tak bersalah.
Menanggapi kekejian genosida yang dilakukan Israel pada Palestina, media sosial kini dipenuhi dengan seruan "All Eyes on Rafah". Hingga saat ini tercatat sebanyak 32,7 juta pengguna Instagram telah membuat template story "All Eyes on Rafah" untuk menyerukan dukungan mereka pada Palestina. PBB pada Jumat (24/5/2024) telah memberikan keputusan pengadilan untuk memerintahkan Israel berhenti dan juga menegaskan untuk dilakukan pembebasan segera tanpa syarat terhadap sandera yang ditahan Gaza oleh Hamas. Namun Israel tetap melanjutkan penyerangannya dan menewaskan setidaknya 46 orang di kamp tenda Rafah pada Minggu (26/5/2024). Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu berkomentar bahwa pembantaian di Rafah merupakan kesalahan yang tragis. Serangan ini langsung memicu protes para pemimpin global untuk mendesak ICJ dalam memberi perintah untuk menghentikan serangan Israel. Amerika Serikat seolah cuci tangan menyatakan bahwa mereka mengutuk akan hilangnya nyawa warga sipil Palestina, namun memberi kesempatan kepada Israel untuk terus menyelidiki serangan tersebut. Kenyataan bahwa Amerika Serikat mendukung Israel tak akan pernah berubah. Amerika Serikat tetap menjadi pemasok terbesar militer Israel. Opini publik Amerika Serikat cenderung berpihak pada Israel karena adanya humas yang unggul, namun dengan banyaknya kebenaran yang disebarkan pada media sosial membuka mata publik untuk ikut mengecam tindakan Israel.Â
Tempat perlindungan sementara di daerah Tal as-Sultan yang digunakan para pengungsi untuk berlindung terbakar akibat penjatuhan tujuh bom dan rudal di kamp pengungsian. Ironisnya, banyak korban tewas ketika sedang bersiap untuk tidur saat serangan itu terjadi. Dalam akun Instagram jurnalis Gaza @alhelou.y membagikan rekaman korban-korban penyerangan Rafah yang tewas terbakar, memperlihatkan kepada mata dunia kepiluan yang terjadi di Palestina. Seperti cuplikan film perang, banyak dokumentasi korban perang tersebar di Instagram. Salah satu rekaman menunjukkan seorang pria mengangkat mayat seorang anak kecil tanpa kepala menarik begitu banyak simpatik warganet. Terlebih begitu banyaknya rekaman jasad-jasad anak kecil yang tewas tertimpa reruntuhan, dan warga sipil yang tak bersalah. Salah satu postingan akun X bernama @HossamShabat menyatakan adanya kekerasan seksual yang dilakukan oleh tentara zionist di rumah sakit Al-Shifa. Tentara tersebut melakukan hal keji dengan memaksa seorang wanita hamil untuk membuka baju kemudian menendang dan memperkosa wanita tersebut di depan keluarga dan banyak pria lain. Mereka mengancam akan menembak suami dan pria lainnya jika mereka menutup mata.
Seluruh dunia harus mengetahui kebiadaban yang dilakukan Israel kepada Palestina. Hal ini begitu miris melihat kita dapat hidup damai dan dipenuhi dengan kesibukan duniawi sedangkan saudara kita di Palestina menderita karena kelaparan setiap harinya, tidak adanya tempat untuk berlindung, melihat keluarganya meninggal setiap saat, dan hidup dalam bayang-bayang kematian. Tak terkira trauma yang ditimbulkan akibat perang yang tak berujung ini. Sesungguhnya konflik ini bukan lagi tentang agama, melainkan kemanusiaan.
Sepertinya Israel tidak akan berhenti untuk menyerang Palestina. Semenjak berdirinya negara Israel di tahun 1948, warga Palestina mengalami penjajahan, penindasan, dan pengusiran. Motivasi Israwl dalam menguasai Palestina sebab menganggap tanah Palestina merupakan tanah yang dijanjikan pada mereka. Â Pada Selasa (28/5/2024) Norwegia, Spanyol dan Irlandia secara resmi telah mengakui negara Palestina sehingga total 145 negara telah mendukung Palestina. Banyak upaya dari negara lain termasuk Indonesia mendukung Palestina dalam menyuarakan ketidakadilan ini. Upaya seperti memboikot produk pro Israel, menyuarakan ketidakadilan kepada seluruh mata dunia, membagikan bantuan kepada Palestina. Namun dengan seribu cara Israel selalu berusaha untuk tetap membuat rakyat Palestina menderita. Sebagai contoh truk bantuan yang menuju Gaza diblokir di perbatasan Tepi Barat pada Senin (11/5/2024) dan pengunjuk rasa Israel melempar karton berisi Indomie ke tanah kemudian menginjaknya. Kemenlu menyatakan bahwa pembiaran yang dilakukan aparat keamanan Israel membuktikan posisi Israel yang terus mencoba untuk menghalangi dengan berbagai cara penyaluran bantuan kemanusiaan bagi rakyat Gaza. Distribusi bantuan untuk Gaza tak dapat masuk karena adanya serangan Israel di Rafah.
Kapan perang ini akan berakhir? Sampai kapan kita hanya bungkam akan kebenaran pahit yang terjadi di Gaza? Tempat perlindungan terakhirnya di Rafah-pun dengan tanpa malunya mereka bom hingga mengakibatkan sekali lagi orang-orang tak bersalah menghadapi kematian secara tidak adil. Kita tak boleh lagi menutup mata akan kekejaman ini. Jangan pernah menyerah untuk menyuarakan keadilan Palestina. Kita sebagai mahasiswa harus terus menyuarakan kepada dunia akan kekejaman Israel. Sesungguhnya ini bukanlah hanya tentang konflik agama, ini semua tentang rasa kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H