Mohon tunggu...
Anis Susiati
Anis Susiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia biasa yang memiliki semangat dalam mengeksplorasi dunia melalui kata-kata. Berani berbagi pandangan, pengalaman, dan inspirasi melalui tulisan dengan refleksi pribadi. Menyuarakan gagasan-gagasan positif dan membangun, serta selalu terbuka untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tinggalkan Miskonsepsi: Klenteng, Bukan Hanya Tempat Ibadah Konghucu Tetapi Rumah Budaya!

13 Mei 2024   18:03 Diperbarui: 13 Mei 2024   18:12 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Peresmian Klenteng Boen Tek Bio Banyumas oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Sumber foto : Kompasianer/Anis Susiati)

Klenteng, sebuah tempat yang kerap kali disalahpahami oleh banyak orang. Sebagian besar mungkin mengira klenteng hanya sebagai tempat ibadah bagi umat Konghucu, namun sebenarnya, klenteng jauh lebih dari itu. Klenteng adalah sebuah perwujudan dari kekayaan budaya Tionghoa yang telah mengakar dalam masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Sehingga Klenteng lebih tepat dikatakan sebagai "Rumah Budaya".

Salah satu Klenteng yang memukau adalah Boen Tek Bio Banyumas, merupakan sebuah klenteng yang diresmikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) pada hari Minggu, 9 April 2006 atau dalam penanggalan jawa pada hari Minggu Legi, 10 Mulud 1936, dan pada penanggalan imlek jatuh pada tanggal 12 Sa Gwee 2557. Klenteng ini berlokasi di Kota Lama Banyumas, Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.

Klenteng Boen Tek Bio Banyumas tidak sekadar sebuah bangunan, namun merupakan sebuah warisan budaya yang memiliki arsitektur unik yang memadukan unsur-unsur arsitektur Tionghoa dan Jawa dengan harmoni yang menakjubkan. Setiap sudut klenteng ini menggambarkan cerita yang kaya akan perpaduan budaya yang berbeda namun tetap bersatu dalam keberagaman.

Di dalam Klenteng Boen Tek Bio Banyumas kita akan menemukan altar leluhur yang digunakan untuk ritual kejawen yaitu altar mbah Kuntjung, seorang yang dianggap hidup lama sekali di Banyumas dan dihormati sebagai tokoh suci. Beliau dikatakan sebagai titisan kyai Semar, semar dalam kebudayaan jawa memiliki peran penting sebagai pelindung dan penolong. Selain itu ada tradisi Tionghoa yaitu sembahyang kepada leluhur menjelang tahun baru Imlek, Sembahyang Ci Swa, dan berbagai kegiatan tradisi salah satunya tradisi memandikan patung para dewa. Hal ini menunjukan bahwa Klenteng Boen Tek Bio Banyumas menghadirkan nuansa spiritual yang kental dalam kesatuan budaya yang kaya. Tak hanya itu, klenteng ini juga memiliki sebuah sumur yang airnya berasal dari lima sumber mata air berbeda, yaitu dari Sumur Mas, Sungai Serayu (mata air Tapak Bima), Sendang Ayom, dan mata air dari Kalibening.

Dengan segala keindahan dan keunikan arsitektur, kekayaan sejarah, dan makna spiritual yang mengalir didalamnya, menjadikan klenteng Boen Tek Bio Banyumas sebagai bukti nyata pentingnya pelestarian dan penghargaan terhadap warisan budaya kita, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia serta menjadikan pemahaman yang lebih mendalam tentang klenteng yang bukan hanya tempat ibadah agama Konghucu saja, namun merupakan sebuah rumah budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun