Mohon tunggu...
Anis dahniar utami
Anis dahniar utami Mohon Tunggu... Aktris - mother of two,banker,writer

if there is a will there is a way

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menyikapi Perubahan Covid dari Pandemi Menjadi Sindemi

16 Maret 2022   21:52 Diperbarui: 16 Maret 2022   21:55 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menyikapi Perubahan COVID Dari Pandemi menjadi Sindemi

Anis Dahniar Utami,SE,Msi

Dua tahun belakangan ini SARS corona melanda seluruh dunia. Aturan - aturan baru yang belum familier mulai berlaku di tengah aktivitas masyarakat. Menggunakan masker, menjaga jarak aman , menjaga kebersihan, Work From Home dan masih banyak lagi. Aktivitas dan ekonomi masyarakat dibatasi. 

Pertumbuhan ekonomi melambat, angka kematian masyarakat akibat virus COVID pun meningkat. Di era Pandemi tersebut mental masyarakat bahkan diuji. Pola pikir masyarakat diadu.

Pembatasan -- pembatasan tersebut membuat masyarakat berpikir keras bagaimana tetap bertahan di era pandemi . Baru - baru ini muncul istilah pandemi berubah menjadi sindemi. Kata sindemi bukan merupakan istilah baru. Sindemi diciptakan oleh antropolog medis asal Amerika Serikat, Meril singer di tahun 1990an. 

Sindemi menjelaskan sebuah situasi di mana dua penyakit bertemu dan berinteraksi sedemikian rupa sehingga menyebabkan kerusakan atau keburukan yang besar daripada dampak penyakit itu sendiri. Masyarakat mencari jalan keluar untuk tetap bertahan melawan pandemi dari sisi moril maupun materiil. 

Pemerintah berjuang keras agar aktivitas masyarakat kembali normal. Upaya - upaya pencapaian target vaksin COVID ditempuh supaya masyarakat bisa beraktivitas kembali dengan normal. Ada yang berlomba -- lomba mencapai target vaksin dengan memberikan ,ada pula yang memberlakukan pembatasan aktivitas masyarakat di tempat public apabila belum mendapatkan vaksin. Pendekatan sindemi oleh banyak ilmuwan lebih menjurus kepada pendekatan sosial masyarakat. 

Pendekatan sosial mengacu pada kondisi ketimpangan sosial  di mana covid cepat berkembang. Pemerintah berupaya mengurangi ketimpangan sosial dengan beberapa pelonggaran aturan sehingga sedikit demi sedikit masyarakat dapat beraktivitas lebih nyaman.

Pelonggaran -- pelonggaran aturan bahkan sudah dilakukan di berbagai negara demi mencapai sebuah kestabilan ekonomi. Arab saudi contohnya, sudah melakukan penghapusan physical distancing ( mengatur jarak aman) untuk jamaah yang sedang melakukan ibadah umroh, dengan syarat telah melakukan vaksin dosis dua ,dan tetap menggunakan masker. 

Mengutip dari Artikel Republik Merdeka yang dilaporkan oleh Reni Erina 13 September 2021, mengatakan Belanda juga telah mencapai target vaksin sebesar 62 persen sekitar 11 juta orang sehingga Belanda mantap untuk menghapus aturan Physical distancing.

Capaian vaksinasi di Indonesia menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin adalah lebih dari 280 juta dosis . Capaian tersebut membuat Indonesia berada pada posisi ke empat di dunia melampaui Brazil. Capaian tersebut merupakan sebuah awal untuk menjadikan membuat pelonggaran aturan -- aturan baik aturan perjalanan maupun aturan dalam kegiatan public. 

Masyarakat menjadi optimis untuk melakukan aktivitas di luar. Masyarakat berpikir bahwasanya virus ini hanyalah soal bagaimana kekebalan tubuh seseorang mampu bertahan menghadapi patogen dalam virus ini. Varian ketiga Omicron juga menunjukkan gejala serta efek yang membutuhkan penanganan lebih ringan dibandingkan dengan dua varian sebelumnya. Pemerintah Indonesia juga  mulai menghapus aturan untuk melakukan tes antigen dan PCR untuk setiap aktivitas masyarakat baik kegiatan publik ataupun aktivitas perjalanan.

Sesuai surat edaran kementerian perhubungan no 25 tahun 2022 pada poin 5 di surat edaran tersebut menyatakan juga bahwasanya untuk moda transportasi perkeretaapian antar kota tidak diperlukan kembali test antigen dan PCR apabila sudah memenuhi vaksin dosis 2. Kenyataannya dosis lengkap vaksin juga tidak menjamin seseorang tidak akan terdampak virus corona lagi. Pada kondisi kekebalan tubuh atau imun yang sedang menurun seseorang akan gampang terkena virus ini.

Fenomena pelonggaran aturan yang diterapkan pemerintah tidak boleh membuat kita lengah terhadap adanya virus corona. Baiknya selama tidak membatasi aktivitas masyarakat dan kegiatan public yang terlalu mengikat, protokol kesehatan harus tetap dilakukan dengan didukung oleh kesadaran masyarakat terhadap adanya keberadaan virus tersebut. 

Apabila ke depannya pelonggaran terjadi ada baiknya masyarakat terap memperhatikan protokol kesehatan agar tidak sembrono dalam melakukan kegiatan public sehingga tidak banyak yang dirugikan. 

Penghapusan aturan perjalanan dengan tes antigen 1x24 jam atau PCR 3x24 jam dengan dosis vaksin lengkap merupakan salah satu kelonggaran yang tentunya akan membuat lonjakan jumlah perjalanan dalam negeri. Belum lagi apalagi phsycal distancing jadi dihapus masyarakat akan semakin leluasa beraktivitas. Jangan sampai yang nantinya sudah bisa sedikit kembali keadaan normal berubah menjadi ledakan pandemi kembali.

Memakai masker, menjaga jarak ,mencuci tangan sudah biasa kita lakukan dalam dua tahun terakhir ini. Terlepas dari ada atau tidaknya virus corona , 3M ini bukanlah hal yang merepotkan atau merugikan selama kita bisa memandang positif efek ke depannya. 

Memakai masker bisa melindungi kita dari polusi udara, penyakit menular melalui udara, memitigasi risiko penularan penyakit dari saluran pernafasan. Menjaga jarak juga bukan hal yang merugikan di mana banyak hal positif yang juga bisa kita ambil dari menjaga jarak walaupun tidak segenting dengan pemakaian masker dan menjaga kebersihan tubuh. Menjaga jarak membantu kita untuk lebih merasa secure terhadap intensitas kontak fisik dengan orang lain.

Satu klaim besar yang disampaikan  oleh Richard horton dalam jurnal ilmiah The Lancet dalam sebuah komentar yang dirilis tanggal 26 September 2020 bahwasanya horton menilai yang di fokuskan adalah bagaimana pemotongan laju penularan virus tersebut dapat diatasi. 

Secara ilmu epidemiologi selama berabad abad menunjukkan bahwasanya memutus rantai penularan adalah cara cepat memutus penularan wabah penyakit. Sindemi bukan hanya soal memutus rantai penyebaran wabah penyakit, melainkan bagaimana kita tetap konsisten menjaga protokol kesehatan agar tidak timbul ketimpangan sosial yang menyebabkan ledakan virus tersebut kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun