Mohon tunggu...
Anisa Zahrani
Anisa Zahrani Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

~Anisa Zahrani~ SMA N 2 MAGELANG Pelajar Indonesia 🎈

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Dianggap

20 November 2020   23:08 Diperbarui: 20 November 2020   23:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Sekarang pukul 9 malam, sudah sekitar 2 jam lebih aku berada disini sejak berangkat tadi. Ponselku tiba-tiba berdering, aku baru sadar terlihat ada 4 panggilan tidak terjawab dari mama. Aku takut untuk menjawab panggilan dari mama, aku memutuskan untuk tidak mengangkatnya dan memilih fokus dengan acara ini. Belum sampai 5 menit ponselku kembali berdering, membuat Daffa, Gita dan teman lainnya menatap kearahku.” Kalau ga diizinin kesini gausah ikut lah, cuma ngerusak suasana aja. Lagian biasanya juga belajar dirumah” Ujar Andi dengan tatapan meremehkan. Gita pun membalas perkataan Andi dengan tatapan sebal,” Apaan sih Ndi, gausah ikut campur urusan orang deh”. Daffa yang melihatku murung kemudian berkata,” Kalau kamu engga bisa sampai selesai gapapa kok, yuk aku anterin pulang aja” aku melihat Daffa kemudian menggelengkan kepala. “ Eh zo Zo ya ya Zoya,,,mending kamu pulang aja deh daripada mama kamu nyariin sampe kesini terus ngerusak suasana ntar nyusahin banyak orang, lagian kamu ada atau engga juga gak penting kok” ujar Andi lagi, entah mengapa aku merasakan panas di bagian mataku. Aku memilih berlari keluar sambil meneteskan air mata, tatapanku tertuju pada satu mobil yang kukenal. Dari luar terlihat mama mendatangiku dengan tatapan yang sangat marah dan tangannya mengepal. Didepan temanku dan semua orang yang berjalan lalu lalang mama menamparku dengan keras,“ Kamu! ngapain kamu kesini! Mama udah bilang ga usah ikut acara yang enggak penting kayak gini!” mama menyeretku masuk dalam mobil dan membawaku pulang ke rumah. Sesampainya dirumah aku memilih untuk masuk kamar dan menguncinya. 


Pagi ini, aku menemui bu Nita untuk mengumpulkan tugas yang kemarin belum sempat ku kumpulkan karena aku tidak berangkat setelah kejadian malam itu. “ Permisi Bu, maaf saya ingin mengumpulkan tugas makalah, maaf terlambat mengumpulkan” ucapku pada bu Nita sembari memberikan makalah yang kubuat,” Lho bukannya sudah dikumpulkan ya? Daffa yang mengumpulkan tugas kamu ke ibu. Kalau ini tugas kamu, yang kemarin terus tugas siapa?” ucap bu Nita menatapku heran. Aku terkejut mendengar jawaban bu Nita,” ini tugas punya saya, Bu. Memasukkan nilai melalui tugas yang ini saja, terimakasih, Bu” setelah itu aku meninggalkan bu Nita dan mencari keberadaan Daffa. 


Kulihat Daffa sedang bergurau dengan temannya di kantin sekolah. Aku mendekati Daffa,” Daff, aku mau bicara sama kamu” Daffa menatapku kemudian mengganggukkan kepalanya. Aku membawa Daffa menuju taman belakang sekolah, “ Kamu kenapa ngerjain tugas aku lagi sih?” ucapku pada Daffa dengan tatapan tidak suka, “ Aku Cuma mau bantu kamu aja, aku tau kamu pasti belum ngerjain makalah gara-gara kejadian malam itu. Aku Cuma gak mau nilai kamu kosong” ucap Daffa sambil menatapku dalam. Aku menatapnya dengan amarah,” Aku bisa ngerjain tugasku sendiri, kamu tuh dari dulu selalu bantu buatin tugas aku terus. Aku bisa selesain tugasku sendiri tanpa bantuan kamu!”. Daffa memegang kedua bahuku dengan tangannya,” Aku cuma takut nilai kamu turun, aku tau kamu pasti bakal kena marah mama kamu kalau dia tau itu. Nilai kamu bakal selalu bagus kalau ada aku” Aku menatap Daffa dengan kemarahan,” Cukup ya Daff, aku bisa urus hidupku sendiri tanpa terus bergantung sama kamu. Aku gak suka cara kamu yang terus bantuin aku kayak gini”. Aku pergi meninggalkan Daffa yang menatapku mulai menjauh. Jujur aku tidak suka denga cara Daffa yang selalu menganggap remeh kemampuanku, walaupun aku juga tau dia lebih pintar dariku. Aku tidak ingin nilaiku bagus dengan cara yang tidak benar. Sama saja selama ini aku telah membohongi mama. 


Sudah sebulan aku mencoba menjaga jarak dengan Daffa. Gita juga tau apa permasalahan antara aku dengan  Daffa, dan dia juga setuju dengan keputusanku untuk menjauh terlebih dahulu dari Daffa. Aku hanya ingin dia sadar bahwa yang dilakukannya itu merugikan dirinya sendiri juga merugikan diri. Sejak aku menjauh dari Daffa, aku melakukan semua tugasku sendiri. Mungkin  hasilnya memang tidak sebaik jika dibantu dengan Daffa, tetapi aku jauh lebih senang karena itu hasil dari kerja kerasku sendiri. Sudah tidak terasa lamanya, sampai juga pada pengambilan nilai semesterku. Mama datang menghadiri pengambilan nilaiku juga, aku gugup dengan hasil nilai semesterku ini. Aku menunggu diluar kelas, sementara mama sedang menunggu panggilan untuk mengambil nilaiku didalam kelas. Tak lama kemudian, mama keluar membawa nilai milikku. Mama menarikku ke gudang belakang sekolah dan menamparku, “ Apa-apaan ini! kenapa nilai kamu bisa sampai seperti ini? kamu tau kan kalau nilaimu ada yang C satu saja, kamu tidak akan bisa mengambil beasiswa kuliah keluar negeri! “ aku terkejut dengan tindakan mama barusan, aku hanya menunduk tidak berani memandang mama. “ Mama akan menemui dosen mapelmu untuk mengganti nilaimu yang satu ini, mama akan lakukan apapun agar nilaimu tetap bagus. Meski itu harus dengan cara menyogok rektor sekalipun!” sebelum mama melangkahkan kakinya menuju ruangan rektor, aku sudah lebih dahulu menahan tangan mama,” Ma, jangan begitu! aku mohon, jangan lakukan cara kotor demi bisa mengambil beasiswa kel luar negeri, Ma” aku sujud sambil menangis dihadapan mama. ” Kalau tidak dengan cara begitu bagaimana? kamu saja tidak bisa membuat nilaimu tetap stabil! apa yang akan mama banggakan kalau kamu tidak dapat beasiswa itu?” mama melihatku dengan tatapan marah,” Aku tidak harus mengambil beasiswa itu, Ma. Aku tidak mau kuliah diluar negeri” aku menatap mama dengan air mata yang masih mengalir deras. “ Apa yang kamu bicarakan? mama sudah melakukan apapun untuk kamu. Dengan gampangnya kamu bilang tidak mau kuliah kesana!” mama menatapku dengan wajah yang sangat merah. “ Ma! aku sudah besar, aku bukan anak kecil lagi! aku ingin menjalani hidup dengan keputusan ku sendiri. Aku sudah cukup menuruti kemauan mama selama ini! aku ingin memilih pilihan yang aku suka sendiri, Ma” amarah ku sudah tidak bisa ditahan lagi, aku tau aku salah telah membentak mama. Tapi aku ingin menjalani semua dengan pilihan ku sendiri tanpa ada bantuan siapapun dan tidak selalu  menuruti kemauan mama yang aku tidak sukai. “ Berani kamu membentak mama!” mama menatapku kaget setelah apa yang aku lakukan tadi. Semua tubuhku melemas, aku jatuh kebawah dengan air mata yang semakin deras dan kepala yang sangat pusing, “ Biarin Zoya memilih apa yang Zoya mau, Ma. Zoya ingin hidup seperti teman-teman yang lain, yang bisa bebas menjalani dengan pilihannya sendiri. Zoya sudah dewasa, Ma “. Mama sudah lelah berdebat denganku kemudian menyerah,” Oke, terserah apa yang kamu mau sekarang mama tidak akan larang apapun. Terserah apa yang kamu mau dan kamu jalani sekarang” mama pergi meninggalkan aku yang masih terduduk lemas di lantai. 


Beberapa tahun kemudian, tibalah waktunya kelulusan kuliahku. Aku gugup duduk bersebelahan dengan Daffa, ya kita sudah bermaafan setelah beberapa bulan kita marahan. Mama bilang tidak bisa mengikuti acara ini dari awal karena urusan kantor, aku paham karena mama memang sibuk dengan urusan kantor meski aku merasa kecewa. Rektor telah memanggil siswa jurusan ilmu politik, tiba saatnya memanggil nama siswa dari jurusanku. Daffa dipanggil terlebih dahulu maju kedepan, dia menadapat nilai sempurna dan menjadi siswa terbaik di jurusanku. Dan saat yang ditunggupun tiba, rektor memanggil namaku kedepan,” Selamat kepada Zoya Anastasya lulus dengan nilai ipk 3,99” Aku tersenyum bahagia, aku sangat bahagia mendengarkanya. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa melakukan semua nya sendiri dan mendapatkan hasil maksimal. “ Terimakasih, Pak” aku menjabat tangan rektor didepanku sambil tersenyum. 


Setelah acara selesai dan dilanjut foto bersama, ada yang berfoto bersama teman juga keluarga masing-masing yang datang. Aku masih belum melihat keberadaan mama disini,  tiba-tiba ada yang memegang pundakku dari belakang. Aku terkujut mama berdiri dibelakangku sambil membawa sebucket bunga mawar merah yang sangat cantik. “ Selamat ya sayang, kamu dapat nilai yang sangat bagus. Mama bangga sama kamu Zoya” Mama menatapku dengan mata berkaca-kaca dan wajah tersenyum. “ Makasih, Ma. Maaf Zoya nggak bisa nurutin kemauan mama untuk kuliah ke luar negeri” Mama memelukku,” Maafin mama selama ini selalu ngelarang apa yang kamu mau, mama selalu mementingkan keinginan mama sendiri. Maaf karena mama selalu meremehkan kemampuan kamu, maafin mama ya sayang” Aku menangis mendengar ucapan dari mama. Hari itu adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku selama ini. 


Setelah semua yang dilalui selama ini, akhirnya aku bisa bebas menentukan dan melakukan apa yang aku mau tanpa harus dilarang oleh mama. Mama juga selalu mendukung keputusan yang aku pilih, tanpa harus takut aku gagal. Mama sadar bahwa melarang apa yang aku mau juga selalu menuntut anak untuk menuruti kemauan kita bukanlah hal yang benar. Mama juga sadar bahwa menghalalkan segala cara untuk kepentingan sendiri tidak akan merubah keadaan yang sebenarnya. Aku jadi mengerti bahwa kita bisa melakukan dan mendapatkan apa yang kita mau tanpa bantuan orang lain apabila kita bersungguh-sungguh dan yakin dengan apa yang kita pilih.
              

                                    TAMAT

.............................................................................

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun