Mohon tunggu...
Anisa Yulia
Anisa Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya seorang mahasiswi yang memiliki ketertarikan terhadap bidang bahasa, sastra, dan kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Anak akan Meniru Apa yang Dikatakan Orangtuanya!

29 Oktober 2023   11:49 Diperbarui: 29 Oktober 2023   12:04 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak memang seorang peniru yang handal. Mereka akan meniru hal-hal yang menarik perhatiannya dan rasa penasarannya. Matanya akan selalu mengamati, telinganya akan selalu menyimak, dan pikirannya akan selalu mencerna apapun yang dilakukan orang tuanya. 

Anak akan meniru dari hal-hal sederhana, seperti meniru ekspresi wajah, tersenyum, menjulurkan lidah, bahkan ketika orang tuanya tertawa dan berbicara karena anak belajar dengan meniru. 

Anak belajar dari apa yang ia dengar dan ia lihat, baik itu meniru gerakan, kata-kata, atau emosi hingga usia 18 bulan, perilaku meniru akan terus berlanjut saat usia anak bertambah. Dalam berbahasa harus diperhatikan baik dan buruknya ketika di depan anak dan ketika berbicara kepada anak. 

Otak anak bagaikan spons yang begitu kuat menyerap segala hal yang diterimanya, otak mereka akan berkembang sangat pesat khususnya pada masa keemasan mereka atau golden age, yakni usia 0 hingga 6 tahun. 

Ketika usianya 3 tahun, anak akan meniru perilaku dan bahasa orang tuanya. Jika orang tuanya adalah orang yang sering berbahasa kasar kepada orang lain, maka sangat mungkin terjadi anak akan tumbuh menjadi orang yang seperti itu juga. Saat ini anak mungkin tidak paham mengapa orang tuanya berkata dan berperilaku kasar kepada orang lain, tetapi anak tetap akan meniru orang tuanya.

Sebaliknya, jika orang tuanya adalah orang yang sering berkata sopan dan berperilaku baik kepada orang lain, maka anak pun akan menirunya dan ini dapat menjadi dasar bagaimana anak memperlakukan orang-orang di sekitarnya saat dewasa nanti. 

Sering kali tidak sedikit orang tua yang tidak menyadari ketika menggunakan bahasa kasar kepada orang lain di depan anaknya dan tidak menyadari bahwa anak tersebut akan meniru sesuai dengan yang dilakukan dan dikatakan oleh orang tuanya.  

Terdapat banyak kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar, khususnya di lingkungan perkampungan dan pedesaan terlihat pada beberapa waktu ada orang tua yang sedang mengobrol dengan teman sebayanya berbicara menggunakan bahasa kasar dan ketika kejadian tersebut berlangsung ada anak-anaknya yang sedang menyaksikan kejadian itu.

Bahkan tidak sedikit pula orang tua yang menasehati dan memarahi anak-anaknya dengan menggunakan bahasa kasar. Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa para orang tua tersebut melakukan tindakan seperti itu kepada anak-anaknya. 

Faktor-faktor tersebut bisa timbul karena minimnya pendidikan orang tuanya, kebiasaan orang tuanya saat di luar yang terbawa ke dalam rumah, lingkungan sosial yang tidak memadai, dan faktor-faktor yang lainnya. 

Terlihat juga beberapa sepasang pasangan muda yang memang belum memiliki kesiapan untuk menjadi orang tua. Hal ini mengakibatkan para orang tua tidak berpikir dampak jangka panjang dari cara pengasuhan yang diterapkan kepada anaknya. Menjalankan peran sebagai orang tua memang tidak mudah dan melelahkan, serta mengingat tanggung jawab terhadap anak yang begitu besar. 

Tanggung jawab sebagai orang tua bukan hanya beberapa saat saja, tetapi tanggung jawab seumur hidup. Para orang tua juga harus mempersiapkan lingkungan keluarga yang cukup memadai untuk tumbuh kembang yang baik bagi anak. 

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan yang paling utama dalam mencetak perilaku dan karakter anak. Tidak sedikit anak-anak Indonesia yang menjadi korban atas ketidakpahaman dan ketidaktahuan orang tuanya mengenai masalah ini. 

Lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif, serta orang tua yang selalu menjaga sikap dan perilaku di depan anaknya akan mencetak karakter yang baik pada anak. 

Jika anak dibesarkan dengan lingkungan keluarga yang kacau dan tidak kondusif, maka psikologis anak akan terganggu dan akhirnya ia akan meniru kekacauan yang dicontohkan oleh orang tuanya. Dari sinilah para orang tua di Indonesia harus mulai memperhatikan dalam berkata dan bertindak. 

Lingkungan yang sering berbahasa kasar dapat memiliki dampak serius pada anak. Sebagai orang tua sangat penting mengetahui dampak pada anak yang hidup di lingkungan yang sering berbahasa kasar, di antaranya 1) dampak psikologi dan emosional, seperti anak akan mengalami rendahnya harga diri, kecemasan, stres, depresi, dan ketidakmampuan mengungkapkan emosi dengan sehat, juga dapat menyebabkan trauma yang berdampak pada hubungan sosial dan akademiknya, 2) dampak gangguan perkembangan sosial, seperti sulit membangun hubungan sehat dengan temannya dan kesulitan dalam menyelesaikan masalah, 3) dampak peningkatan risiko gangguan mental, seperti gangguan perilaku, gangguan kecemasan, dan gangguan suasana hati. Berbahasa dengan kata-kata kasar banyak mendatangkan dampak yang dapat membentuk pola pikir negatif dan merusak rasa percaya diri pada anak. Hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan mental anak.

Anak belum memiliki kemampuan memilah dan memilih yang baik dan yang buruk akan apa yang dilihat dan didengarnya. Sehingga, orang tua memiliki andil yang sangat penting dalam hal ini agar apa yang dilihat, didengar, dan ditiru oleh anak adalah hal yang pantas, baik, dan layak untuk dilakukan karena setiap orang tua pasti mengharapkan anak yang memiliki budi pekerti baik secara perbuatan dan perkataannya. Orang tua merupakan panutan atau role model bagi anak-anaknya, banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak menghadapi lingkungan yang sering berbahasa kasar, di antaranya 1) ciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung di rumah. Lakukan komunikasi dengan lembut dan positif kepada anak, dan berikan contoh model perilaku yang baik dan sehat, 2) tingkatkan kesadaran mengenai dampak dari kata-kata kasar. Ajarkan anak tentang pentingnya berkomunikasi dengan penuh empati dan pengertian, 3) dorong anak untuk terbuka dan berbicara tentang perasaan yang sedang dirasakan oleh anak dan jangan mengabaikan atau meremehkan perasaan mereka, 4) berikan dukungan secara emosional dan jaminan kepada anak bahwa mereka itu berharga. Tingkatkan harga diri dan rasa percaya diri anak-anak, 4) jika anak terus-menerus terpapar lingkungan yang kasar di luar rumah, pertimbangkan untuk melibatkan pihak sekolah atau lingkungan yang relevan dan sesuai untuk membantu dalam mengatasi masalah tersebut.  

Anak tidak meminta untuk dilahirkan, tetapi para orang tualah yang mengharapkan mereka lahir ke dunia ini. Banyak hal yang harus dipikirkan dan diperhatikan sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi orang tua karena jangan sampai anak menjadi korban dari keegoisan orang tuanya. 

Orang tua harus mempersiapkan segala sesuatunya demi pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya, serta demi pembentukan karakter anak yang baik sehingga anak dapat tumbuh menjadi anak yang berbudi pekerti baik dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. 

Orang tua juga harus memperhatikan ucapan yang akan dituturkan dan tindakan yang akan dilakukan ketika di hadapan anak-anaknya. Anak akan meniru semua yang dilakukan dan dikatakan oleh orang tuanya. 

Karakter anak akan terbentuk sesuai dengan pola asuh dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Tetap perhatikan setiap proses pertumbuhan yang sedang dialami oleh anak, berikan contoh yang baik kepada anak, dukungan dan dorongan agar anak berani mengungkapkan perasaannya, berikan nasihat dengan kata-kata yang pantas dan layak, serta selalu tanamkan pikiran yang positif kepada anak.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun