Oleh karena itu, Islam Nusantara menjadi contoh bagaimana agama bisa menjadi kekuatan yang mendukung perdamaian dan toleransi, bukan sumber konflik dan perpecahan.
Meskipun Islam Nusantara telah menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam menciptakan harmoni antara agama dan budaya, tantangan tetap ada. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah membawa masuk pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk ajaran-ajaran Islam yang lebih radikal dari Timur Tengah.Â
Beberapa kelompok di Indonesia telah mulai mengadopsi pandangan-pandangan ini, yang dapat mengancam keseimbangan antara agama dan budaya yang telah lama ada di Nusantara.
Di sisi lain, ada peluang besar bagi Islam Nusantara untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih luas pada dunia Islam. Dalam era di mana banyak negara Muslim mengalami ketegangan antara tradisi lokal dan tuntutan modernitas, Islam Nusantara bisa menjadi model bagaimana agama dapat tetap relevan dalam konteks lokal sambil menghadapi tantangan global.
 Dengan memperkuat dialog antar budaya dan menghargai kearifan lokal, Islam Nusantara bisa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai tradisi dan budaya di dunia Islam.
Nah, Dialog antar budaya dalam Islam Nusantara bukan hanya soal menjaga tradisi, namun juga tentang bagaimana agama Islam dapat berkembang dengan cara yang inklusif dan moderat.Â
Melalui penghargaan terhadap kearifan lokal, Islam Nusantara telah berhasil menciptakan sintesis yang harmonis antara ajaran Islam dan tradisi lokal yang beragam. Model ini menunjukkan bahwa keberagaman tidak harus dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai kekayaan yang dapat memperkaya penghayatan keagamaan dan memperkuat persaudaraan antar sesama manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H