Mohon tunggu...
Anisa Sundari
Anisa Sundari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember

Salah satu cara mengekspresikan diri ialah menulis, saya disini berusaha mengekspresikan dan ekplorasi diri melalui apa yang saya tulis. Meskipun terkadang tulisan saya tak bermakna manis, semoga menjadi tulisan yang bermanfaat dan legendaris. :D

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konsiten dengan Kebijakan Moneternya, Erdogan Terancam dari Pihak Opisisi

3 April 2023   09:34 Diperbarui: 3 April 2023   09:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan ekonomi yang dimaksud ialah kebijakan moneter pada 2021 yang terus menuntut dan menekan Bank Sentral Turki untuk memangkas suku bunga. Meskipun ditahun tersebut inflasi akibat Covid-19 sedang tinggi. Menurut Erdogan kebijakan tersebut merupakan 'perang demi memerdekakan ekonomi'.

Kebijakan Ekonomi Moneter Erdogan Yang Kontroversial

Kita semua mengetahui bahwa perekonomian Turki menurun sangat pesat di tahun 2021, dengan ditandai oleh melemahnya nilai mata uang Turki yakni Lira dititik terendah. Faktor penyebab rendahnya mata uang Turki bukan hanya akibat dari eksternal yakni adanya Pandemi Covid-19. Akan tetapi penyebab utamanya ialah masalah internal yakni karena adanya kebijakan ekonomi yang dilakukan Erdogan.

Kebijakan ekonomi yang dimaksud ialah kebijakan moneter pada 2021 yang terus menuntut dan menekan Bank Sentral Turki untuk memangkas suku bunga. Meskipun ditahun tersebut inflasi akibat Covid-19 sedang tinggi. Menurut Erdogan kebijakan tersebut merupakan 'perang demi memerdekakan ekonomi'.

Dilansir melalui CNBC, dalam rapat kabinet Erdogan mengatakan, "Kita melihat permainan yang dimainkan oleh mereka atas mata uang, bunga dan kenaikan harga ... dan menunjukkan keinginan kita untuk melanjutkan rencana permainan kita sendiri, 'Kami akan muncul sebagai pemenang dari 'perang kemerdekaan ekonomi' ini dengan bantuan Allah dan rakyat kami'. Erdogan juga menyatakan sebagai seorang muslim ia harus mengikuti ajaran islam.

Awalnya ditahun 2021 awal perekonomian Turki membaik dan melonjak naik, walaupun sempat terpuruk ditahun 2018 akibat penurunan cadangan devisa dan hutang yang menggunung. Namun, setelah kebijakan terbaru yang ditekankan oleh Presiden Erdogan diakhir tahun 2021, akhirnya pada Kamis (23/09/21) secara resmi Bank Sentral Turki memangkas suku bunga 100 baris poin menjadi 13%. Tentu saja kebijakan tersebut mengundang banyak sekali komentar, baik pro maupun kontra, mulai dari pakar ekonom, pebisnis, maupun masyarakat. Tetapi jika dilihat secara keseluruhan mayoritas masyarakat menentang kebijakan tersebut.

Dilansir melalui CNN Indonesia, Ekonom Timothy Ash dari BlueBay Asset Management mengatakan, "Anda tidak dapat menjalankan ekonomi modern yang terintegrasi ke dalam ekonomi global atas dasar ini. Bahkan Arab Saudi tidak mencoba manajemen makro (ekonomi) yang sepenuhnya sesuai dengan syariah". Kebijakan tersebut dinilai sangat tidak efisien dan efektif bahkan dinilai bisa mengancurkan perekonomian negara menuju kebankrutan.

Kendati demikian,  tak selang berapa lama cukup satu bulan dari kebijakan tersebut muncul, mata uang Turki melemah bahkan dari tahun -- tahun sebelumnya. Dilansir melalui data Revinity tahun 2021, tahun  tersebut merupakan rekor terlemah kurs Lira yakni turun sekitar 80%. Ditahun itu, Bank Sentral tidak bisa memainkan perannya untuk menstabilkan perekonomian negara. Akibat kebijakan ortodorks Erdogan, yang seharusnya jika terjadi inflasi bank sentral memiliki independensi untuk menaikan suku bunganya dalam menyerap likuiditas pasar agar laju inflasi bisa diredam. Namun bank sentral tidak punya kuasa akan hal tersebut, seharusnya hal tersebut dilakukan demi menstabilkan ekonomi karena adanya Covid-19 yang memunculkan inflasi yang begitu tinggi.

Kebijakan moneter ini menjadikan mata uang turki kehilangan lebih dari 40% terhadap Dollar AS. Meskipun setelah penurunan tersebut Erdogan menjanjikan perlindungan ekonomi dengan menurunkan import dan meningkatkan ekspor serta lapangan kerja yang lebih luas. Namun sayangnya ekspor yang sangat tinggi mengakiabtkan kebutuhan masyarakat Turki tidak terpenuhi.  

Kegigihan Erdogan yang tetap menurunkan suku bunga, juga terus mengakibatkan penurunan yang sangat besar. Ditahun 2022 dilansir melalui CNBC Indonesia, Turki tercatat sebagai negara dengan mata uang terlemah dari data beberapa tahun terakhir, yakni Pada Agustus 2022, Inflasi Turki tercatat 79,6% year-on-year (yoy). Angka tersebut merupakan rekor tertinggi sejak September 1998.

Selanjutnya di tahun 2023, keterpurukan kembali menimpa Turki, setelah gempa yang terjadi pada Senin, 6 Februari 2023 di daerah selatan yang berkekuatan 7,8 yang melanda Turki Tengah dan Suriah Barat Laut. Bukan hanya memakan banyak korban akan tetapi juga membuat Bursa Saham Turki Istanbul melakukan penghentian transaksi saham di beberapa zona perusahaan daerah Gempa. Kerugian yang begitu besar sudah pasti melanda Turki dan jika Erdogan tetap konsiten dalam kebijakannya, bukan hanya keterpurukan ekonomi yang besar, akan tetapi kepercayaan masyarakat ditahun 2023 menjelang pemilu nanti akan menurun terhadap Erdogan.

Peluang Erdogan Menjabat di Tahun 2023

Kita semua mengetahui bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan berita pemilu bahwa dinegaranya akan mengadakan pemilu lebih awal yakni pada 14 Mei 2023, sebulan lebih awal dari yang dijadwalkan. Hal tersebut dilansir dari CNN yang diketahui diberitakan oleh Presiden Erdogan sendiri dalam video rekaman pernyataan di Kantor Kepresidenan Turki. 

Walaupun sudah menjabat dua periode, sejak 2003 Presiden Erdogan tetap nekat maju di tahun 2023 meskipun reputasinya sudah sangat menurun. Pemilu ke tiga ini bisa dikatakan Erdogan mempunyai peluang kalah dari pihak oposisinya. Jika dianalisis, kendati tersebut bisa dilihat melalui tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin menurun terhadap kepemimpinan Erdogan di periode ini.

Kepercayaan masyrakat juga semakin hilang kepada Erdogan setelah terjadi gempa pada 6 Februari 2023 lalu yang menghancurkan sejumlah wilayah di selatan negara Turki. Erdogan dianggap sangat lambat dalam penyelesaian dan penanganan pasca gempa. Sehingga membuat masyarakat semakin mengkritik dan menuduh pemerintahannya tidak becus dalam pelaksaan tanggung jawabnya. Adanya bencana tersebut sudah pasti membuat ekonomi dan stabilitas negara juga menurun.

Melalui celah posisi Erdogan yang semakin buruk dimata masyarakat, pihak oposisi utama Presiden Erdogan yakni aliansi partai sayap kiri dan kanan yang dikenal sebagai Table Of Six. Mereka melakukan kampanye dengan berjanji kepada masyarakat, jika terpilih mereka akan mengembalikan kebijakan ekonomi, melaksanakan dan memperkenalkan kebijakan moneter yang lebih ketat, serta memulihkan independensi bank sentral. Dengan demikian, bukan hanya masyarakat Turki saja. Akan tetapi jika dilhat dari kebijakan tersebut, sudah pasti para petinggi bisnis dinegaranya yang selama ini mendukung Erdogan maju, bisa menjadi lain pihak jika Erdogan tetap konsisten dan kekeh dalam kebijakannya.

Melihat perkembangan kebijakan Erdogan yang masih kekeh sampai saat ini. kekacauan yang semakin parah, belum lagi ekonomi global yang diramalkan akan resesi, kestabilan negara yang semakin menurun memicu peningkatkan ambisi partai oposisi untuk memenangkan pemilu tahun ini. Dengan tindakan awal yakni mengumumkan calon presiden yang mereka usung yakni Kemal Kilicdroglu dan visi misinya yang sudah pasti mengjatuhkan pihak pemerintah.

Dilansir melalui laman Pikran Rakyat, dalam riset ALF Research and Consulting menyebut kialisi partai pemerintah hanya mendapat 35,1% dukungan, sementara koalisi partai oposisi mendapatkan 47,6% dukungan. Dengan ini artinya bahwa peluang besar Erdogan terancam kalah dari pihak oposisi sangatlah besar.

Kendati demikian, jika dilihat secara jelas kedepan bahwa Erdogan akan habis masanya sangatlah besar. Akan tetapi masih ada peluang kecil jika Erdogan mau melakukan strategi atau mau mengalah dan menghapus kebijakan moneter yang sebagai sebab utama masyarakat kehilangan kepercayaannya, kemungkinan menang akan ada meski tidak besar.

 

Daftar Isi

CNBC Indonesia. (2021). https://www.cnbcindonesia.com/market/20211125154119-17-294434/jangan-ditiru-kebijakan-moneter-edan-turki-picu-krisis

CNBC Indonesia. (2021). https://www.cnbcindonesia.com/market/20211112153323-17-291139/lira-turki-rekor-terlemah-ada-apa-lagi-di-negeri-erdogan

CNN Indonesia. (2023). https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230309103359-134-922784/oposisi-turki-umumkan-maju-pilpres-juni-siap-kalahkan-erdogan

CNN Indonesia (2023). https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230123014550-113-903741/erdogan-umumkan-pemilu-turki-digelar-sebulan-lebih-awal-jadi-14-mei

Liputan6. (2023). https://www.liputan6.com/global/read/5221763/pasca-gempa-dahsyat-erdogan-tetap-gelar-pemilu-turki-pada-14-mei-2023

CNN Indonesia. (2021). https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211220192649-78-736465/erdogan-kutip-ajaran-islam-ogah-naikkan-suku-bunga-lira-makin-anjlok

CNBC Indonesia. (2021). https://www.cnbcindonesia.com/market/20211117094430-17-292118/piye-mr-erdogan-lira-turki-lagi-lagi-nyungsep-paling-dalam

CNBC Indoneisa. (2022). https://www.cnbcindonesia.com/market/20220810105810-17-362592/lira-turki-mata-uang-terlemah-dunia-tolong-mr-erdogan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun