Mohon tunggu...
Anisa Sapitri
Anisa Sapitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, saya Anisa Sapitri Mahasiswi Universitas Raden Mas Said Surakarta, dari Fakultas Syariah Program Studi Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kasus Hukum Ekonomi Syariah terhadap Praktik Pengurangan Timbangan di Pasar Ikan KM 5 Palembang

8 Oktober 2024   14:45 Diperbarui: 8 Oktober 2024   16:02 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Anisa Sapitri_222111014_5A

Analisis Perspektif Hukum Ekonomi Islam Terhadap Pengurangan Timbangan Pedagang Ikan di Pasar Tradisional KM 5 Palembang (Studi Kasus Pedagang Ikan Pasar KM 5 Palembang)

Pembahasan dalam artikel "Analisis Perspektif Hukum Ekonomi Islam Terhadap Pengurangan Timbangan Pedagang Ikan di Pasar Tradisional KM 5 Palembang" oleh Mini Faleta, Choiriyah, dan Meriyati, mengungkapkan praktik pengurangan timbangan yang dilakukan oleh pedagang ikan di Pasar KM 5 Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena tersebut, termasuk pemahaman pedagang mengenai hukum ekonomi Islam terkait pengurangan timbangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% pedagang ikan terlibat dalam praktik pengurangan timbangan, yang dipicu oleh beberapa faktor, seperti kenaikan harga ikan, kualitas ikan yang menurun, dan tawaran harga dari pembeli yang rendah. Meskipun para pedagang menyadari bahwa tindakan ini dilarang dalam agama Islam, mereka kurang memahami implikasi hukum ekonomi Islam secara mendalam. Penelitian ini menekankan bahwa pengurangan timbangan adalah perbuatan yang tidak terpuji dan sangat dibenci oleh Allah Swt, sebagaimana diungkapkan dalam QS. Al-Muthaffifin ayat 1-6, yang menekankan pentingnya kejujuran dalam transaksi jual beli.

Kaidah-Kaidah Hukum yang Terkait dengan Kasus:

Kaidah hukum yang terkait dengan kasus ini mencakup prinsip-prinsip dasar dalam Hukum Ekonomi Syariah, seperti:

  • Keadilan (Al-'Adl): Keadilan merupakan prinsip fundamental dalam ekonomi Islam. Dalam transaksi jual beli, pedagang diharapkan untuk memberikan timbangan yang akurat dan adil. Pengurangan timbangan tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga menciptakan ketidakadilan dalam pasar. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi pembeli yang membayar lebih untuk barang yang tidak sesuai dengan takaran yang seharusnya.
  • Larangan Gharar (Ketidakpastian): Gharar merujuk pada ketidakpastian dalam transaksi yang dapat menyebabkan kerugian bagi salah satu pihak. Dalam kasus ini, pengurangan timbangan menciptakan ketidakpastian mengenai jumlah dan kualitas ikan yang dijual. Hal ini bertentangan dengan prinsip syariah yang mengharuskan transaksi dilakukan dengan jelas dan transparan.
  • Larangan Riba: Meskipun pengurangan timbangan tidak secara langsung terkait dengan riba, praktik ini dapat menciptakan situasi di mana pedagang mendapatkan keuntungan yang tidak adil dari konsumen. Dalam ekonomi Islam, setiap transaksi harus memberikan manfaat yang adil bagi semua pihak yang terlibat.
  • Prinsip Suka Sama Suka: Transaksi dalam Islam harus dilakukan atas dasar suka sama suka antara penjual dan pembeli. Setiap pihak harus merasa puas dengan kesepakatan yang dicapai, dan tidak ada paksaan dalam transaksi tersebut.

Norma-Norma Hukum yang Relevan dalam Kasus:

Norma hukum mencakup nilai-nilai dan harapan yang dipegang oleh masyarakat. Oleh karena itu, norma-norma yang terkait dengan kasus ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

  • Norma Hukum Moral dan Etika: Ini mencakup nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat, termasuk prinsip keadilan dan kejujuran dalam transaksi perdagangan. Dalam konteks hukum ekonomi Islam, pengurangan timbangan dianggap sebagai tindakan yang tidak etis dan bertentangan dengan ajaran Islam, yang menekankan keadilan dalam bertransaksi.
  • Norma Sosial: Masyarakat memiliki harapan tertentu terhadap pedagang untuk memberikan timbangan yang akurat. Jika pedagang melakukan kecurangan, hal ini dapat merusak hubungan sosial antara pedagang dan konsumen. Kepercayaan masyarakat terhadap pasar tradisional dapat menurun, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pendapatan pedagang.
  • Norma Agama: Dalam konteks hukum ekonomi Islam, pengurangan timbangan sangat dilarang karena dianggap sebagai tindakan yang tidak adil dan merugikan. Islam mengajarkan pentingnya kejujuran dan keadilan dalam transaksi, dan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini dapat mengakibatkan konsekuensi spiritual bagi pedagang. Pedagang diharapkan untuk menjalankan bisnis mereka dengan mematuhi syariat Islam, yang menekankan pada kejujuran, transparansi, dan tanggung jawab dalam setiap transaksi.
  • Norma Hukum Positif: Ini mencakup peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Norma ini memberikan dasar hukum untuk melindungi konsumen dari praktik kecurangan, termasuk pengurangan timbangan oleh pedagang.

Aturan-Aturan Hukum yang Dapat Diterapkan dalam Kasus Ini Mencakup:

  • Regulasi Syariah: Aturan yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan atau pemerintah yang mengatur praktik ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya, fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai praktik perdagangan yang sesuai dengan syariah dapat menjadi acuan bagi pedagang untuk menjalankan usaha mereka dengan cara yang etis.
  • Undang-Undang Perlindungan Konsumen: Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen memiliki hak untuk mendapatkan barang dan/atau jasa yang sesuai dengan nilai tukar dan kondisi yang dijanjikan. Jika pedagang melakukan kecurangan dalam timbangan, konsumen berhak melaporkan tindakan tersebut untuk mendapatkan perlindungan hukum.
  • Undang-Undang Metrologi Legal: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal mengatur penggunaan alat timbangan. Alat timbangan harus digunakan sesuai dengan peraturan yang ada, dan pedagang tidak boleh sembarangan dalam menggunakan alat tersebut.
  • Sanksi Administratif dan Pidana: Dalam kasus pelanggaran hukum, pedagang yang terbukti melakukan kecurangan dalam timbangan dapat dikenakan sanksi administratif, seperti denda atau pencabutan izin usaha. Selain itu, jika tindakan tersebut merugikan konsumen secara signifikan, pedagang juga dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan mendorong pedagang untuk mematuhi aturan yang ada.

Analisis Kasus dalam Pandangan Aliran Positivisme Hukum dan Sociological Jurisprudence dalam Kasus Ini:

  • Positivisme Hukum

Positivisme hukum berfokus pada norma-norma hukum yang tertulis dan berlaku dalam masyarakat. Dari sudut pandang ini, pengurangan timbangan oleh pedagang ikan dapat dilihat sebagai pelanggaran terhadap hukum yang ada, baik itu hukum positif yang mengatur perdagangan maupun hukum ekonomi Islam yang melarang kecurangan dalam transaksi. Dalam hal ini, tindakan pedagang yang mengurangi timbangan dapat dianggap sebagai tindakan ilegal yang harus dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Positivisme hukum menekankan bahwa hukum harus ditegakkan tanpa mempertimbangkan faktor sosial atau moral, sehingga pelanggaran ini harus ditindaklanjuti oleh otoritas yang berwenang.

  • Sociological Jurisprudence

Dari perspektif ini, pengurangan timbangan dapat dipahami sebagai respons terhadap kondisi ekonomi yang sulit, seperti kenaikan harga ikan dan daya beli masyarakat yang menurun. Dalam konteks ini, meskipun tindakan tersebut melanggar hukum, penting untuk memahami motivasi di balik perilaku pedagang. Yurisprudensi sosiologis mendorong kita untuk mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi perilaku individu. Oleh karena itu, pendekatan ini mungkin menyarankan perlunya pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang hukum ekonomi Islam di kalangan pedagang, serta upaya untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka agar praktik kecurangan dapat diminimalisir.

Kesimpulan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun