Bandung, 16 Desember 2024 — Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran penting di Sekolah dasar. Di tengah derasnya perubahan zaman dan kemajuan teknologi, pertanyaan besar muncul: apakah pendekatan konvensional dalam mengajar PPKn di Sekolah dasar masih relevan?
Pendekatan konvensional seringkali mengacu pada metode ceramah dan hafalan, di mana guru menjadi pusat pembelajaran. Siswa dituntut untuk mengingat poin-poin tertentu tanpa banyak ruang untuk eksplorasi atau diskusi mendalam. Praktik ini memang memiliki kelebihan, seperti kemudahan dalam menyampaikan materi secara sistematis dan kemampuan menjangkau siswa dalam jumlah besar sekaligus.Â
Namun, tantangan mulai muncul ketika pendekatan ini diterapkan di era modern yang penuh dengan digitalisasi dan pembelajaran berbasis teknologi. Siswa sekarang tumbuh dalam lingkungan yang lebih interaktif dan kaya informasi. Mereka cenderung bosan dengan metode pembelajaran satu arah yang minim partisipasi.Â
Relevansi Nilai PPKn di Era Modern
Pancasila sebagai dasar negara memiliki nilai-nilai universal yang tetap relevan. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana nilai-nilai tersebut diajarkan agar tidak hanya dihafal, tetapi juga dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan konvensional sering gagal memberikan ruang bagi siswa untuk memahami konteks dan relevansi nilai-nilai PPKn di dunia nyata.Â
Sebagai contoh, ketika siswa diajarkan tentang toleransi, seharusnya mereka tidak hanya diberi definisi tetapi juga dilibatkan dalam aktivitas yang mengajarkan toleransi, seperti diskusi kelompok atau kegiatan lintas budaya. Metode hafalan tidak akan mampu menanamkan nilainilai luhur ini secara mendalam.Â
Peran Guru sebagai Fasilitator, Bukan Hanya Penceramah
Guru memiliki peran strategis dalam transformasi metode pembelajaran PPKn. Dengan memadukan pendekatan konvensional dan metode inovatif, pembelajaran dapat menjadi lebih dinamis. Misalnya, guru dapat memanfaatkan teknologi untuk membuat simulasi sidang MPR sederhana atau mengadakan diskusi tentang isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan siswa.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa tetapi juga membentuk keterampilan berpikir kritis. Anak-anak tidak hanya menghafal tetapi juga belajar memahami, menganalisis, dan mencari solusi atas masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai kewarganegaraan.
Tantangan dan Solusi