Pendidikan merupakan suatu aspek utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Dengan adanya pendidikan, generasi muda yang menjadi tonggak kemajuan bangsa dapat semakin bertumbuh kembang, baik dalam ilmu pengetahuan maupun kepribadiannya.Â
Selain penting, pendidikan juga merupakan hak bagi setiap warga negara untuk memperolehnya, yang mana hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 31. Dengan latar belakang tersebut, tidak hanya aspek ekonomi saja, pemberian bantuan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar menjadi salah satu wujud pengabdian mahasiswa KKM-DR UIN Malang 2022 di desa.
Kelompok KKM-DR UIN Malang dengan nama "Alaska" ini memfokuskan program kerjanya pada aspek ekonomi dan pendidikan desa Bangelan. Desa Bangelan sendiri terletak di kecamatan Wonosari kabupaten Malang provinsi Jawa Timur. Secara geografis, kecamatan Wonosari merupakan dataran tinggi karena terletak di lereng gunung Kawi sehingga hal tersebut membuat suhu di daerah ini terasa lebih dingin. Selain itu, keindahan alam yang luar biasa dimanfaatkan warga setempat sebagai wisata dengan kearifan lokal.
Kembali pada fokus pembahasan mengenai aspek pendidikan yang menjadi proker KKM Alaska, disini pengembangan dan pengoptimalisasian kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pendidikan formal yaitu di sekolah dasar (SD) dan pendidikan informal yaitu di taman pendidikan  Al-Quran (TPQ) yang bertempat di dusun Sidomulyo, desa Bangelan. Untuk sekolah dasar bertempat di SDN 3 Bangelan, sedangkan taman pendidikan Al-Quran terletak di dua tempat yaitu TPQ Baitul Ummat dan TPQ Baitul Karim.
Proker pendidikan formal yang KKM Alaska fokuskan pada SDN 3 Bangelan dilatar belakangi rekomendasi/usulan kepala dusun setempat, dilanjutkan dengan kroscek lapangan sekaligus perkenalan di kelas-kelas dihari itu juga. Dari kegiatan tersebut, kami dapat mencermati adanya kendala dalam proses pembelajaran di SDN 3 Bangelan. Menurut penuturan guru kelas 1, di SDN 3 Bangelan ini memang kendalanya ada pada tenaga pendidiknya.Â
Minimnya tenaga pendidik menyebabkan banyak kelas yang kosong disaat waktu pembelajaran. Disana belum terdapat guru mata pelajaran agama dan penjasorkes. Sehingga, wali kelas masing-masinglah yang merangkap untuk mata pelajaran tersebut. Selain itu, karena tidak ada guru pengganti, jika ada guru yang tidak masuk sering kali menyebabkan kelas menjadi kosong dan siswa-siswa sulit dikondisikan.
Nah, dari permasalahan tersebut kami memutuskan untuk membantu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan memberikan tenaga kami untuk berpartisipasi dalam membantu mengajar para siswa. Sebelumnya kami juga sudah meminta izin kepada para guru, dan alhamduillah mereka semua memberikan keluasan izin, sehingga kami menjadi mudah dalam mengorganisir kegiatan mengajar agar lebih optimal.Â
Dalam seminggu kita bagi jadwal satu harinya 4 orang. Selanjutnya, 4 orang ini bisa dibagi 2 sampai 4 kelas tergantung banyak kelas yang kosong/atau memang ingin diajar. Di kelas, kami menyampaikan materi kepada para siswa dengan metode yang menyenangkan tetapi diusahakan tetap sampai kepada para siswa, seperti memberikan quiz dalam permainan. Disana kami mengajar mulai dari mata pelajaran matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, dan agama yang kini dirangkap dalam satu buku yang berjudul TEMA.
Selanjutnya, Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang menjadi proker pendidikan informal kelompok KKM Alaska bertempat di dusun Sidomulyo. Terdiri atas 2 tempat, TPQ Baitul Ummat yang di asuh oleh bapak Muji dan TPQ Baitul Karim oleh ibu Rofiah. Setelah meminta izin untuk melakukan pengambdian di kedua tempat ini, kami langsung terjun kelapangan untuk melihat kendala yang mungkin bisa kami bantu meringankannya. Ternyata, sama seperti di SDN 3 Bangelan, bahwa kendala utama yakni minim pengajar. Kurangnya pengajar ditambah waktu yang singkat, tidak seimbang dengan jumlah anak sehingga pembelajaran Al-Quran kurang efektif.
Hal tersebut berdampak pada kemampuan baca Al-Quran adik-adik. Terbukti banyak adik-adik yang  perolehan juz tadaruznya sudah cukup banyak namun pengetahuan mengenai panjang pendek dalam membaca masih sangat kurang. Untuk itu masih sama seperti di SD, agar lebih optimal dan merata, kami memutuskan membagi jadwal mengajar di kedua tempat tersebut. Untuk waktunya, di TPQ Baitul Ummat dimulai sehabis maghrib sampai isya, dan di TPQ Baitul Karim dimulai setelah sholat 'ashar sampai pukul 16.30.Â
Selain menyimak adik-adik membaca Al-Quran kami juga mengajarkan ilmu tajwid, ilmu Fiqh dasar, dan ilmu tauhid. Karena di TPQ Baitul Ummat terdapat kegiatan banjarian setelah sholat isya', kami turut mendampingi dan mengajari adik-adik tekniknya mulai dari dasar karena memang belum ada guru tetap yang mendampingi.
Jadi disini kurangnya pendidik menjadi suatu kendala yang dominan dan hal tersebut sangat penting untuk segera diatasi. Terlepas dari kondisi daerah yang agak tepelosok, diharapkan pemerintah segera meratakan dan menempatkan pendidik-pendidik yang terampil untuk daerah yang kekurangan seperti ini. Sebab mengingat setiap orang berhak atas pendidikan yang adil dan layak. Meskipun dirasa sebentar, disini kami sebagai mahasiswa sangat bersyukur karena dengan adanya KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) kami bisa ikut membantu memberikan ilmu yang mungkin sangat dibutuhkan anak-anak disana saat itu. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H