Mohon tunggu...
Anisa Farah
Anisa Farah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih belajar

من جد و جد

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Sih Cara Mengembangkan Sosial Emosional pada Anak?

29 September 2021   20:13 Diperbarui: 29 September 2021   20:48 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Understanding the different traits of temperament can help you understand and support your child.

Anak adalah suatu aset yang harus dikembangkan potensinya untuk kelangsungan suatu negara. Bisa dibilang anak adalah investasi dimasa depan. Maka dari itu, anak wajib mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. 

Mengoptimalkan tubuh kembang anak haruslah sejak anak masih kecil. Karena pada usia ini anak berada pada fase golden age. 

Golden age adalah suatu fase dimana anak mengalami suatu perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat.

Ketika fase ini sudah berakhir, anak diharapkan sudah mampu mengembangkan segala aspek perkembangan yang ada pada anak tersebut, seperti aspek perkembangan motorik, sosial emosional, bahasa. Selain itu, anak juga harus sudah memiliki kesiapan untuk masuk kejenjang sekolah dasar. Untuk melatih kesiapan anak memasuki sekolah dasar, orang tua dapat memasukkan anak mereka ke dalam paud dan tk terlebih dahulu.

Dalam pembelajaran yang ada di tk anak akan belajar bagaimana mengoptimalkan perkembangan sosial emosional. Hal itu dapat terjadi karena, saat anak masuk tk atau biasa disebut dengan pra sekolah anak akan bertemu dengan banyak anak dengan berbagai karakter, anak akan berusaha untuk membentuk hubungan yang baik antar teman. Nah, pada saat itu akan terjadi tugas dari perkembangan sosial emosional anak untuk mengekspresikan emosinya dengan tepat.

Ada beberapa permasalahan sosial emosi yang dihadapi oleh anak prasekolah, yaitu ketidakmampuan anak menyesuaikan diri, egosentris, agresif, dan perilaku anti sosial (Susanto:2011 dalam Melita dkk: 2019)

Permasalahan permasalahan tersebut dapat dapat menjadikan anak menjadi pendiam, malu, dan bahkan tidak punya teman. Tidak sedikit anak yang mengalami permasalahan sosial emosional. 

Hal ini ditunjukkan dengan adanya Penelitian Hanifah & Ningrum (2017) dalam Melita dkk (2019) menemukan bahwa 34,5% anak mengalami masalah emosi berupa pemahaman emosi yang masih rendah.

Permasalahan emosi anak yang belum matang dapat digambarkan dengan temperamen dan kestabilan emosi anak yang rendah. Tempramen adalah salah satu faktor terdapatnya permasalahan emosi pada anak. Temperamen anak adalah respons dan ekspresi emosi anak terhadap stimulus lingkungan (Melita dkk:2019). 

Tempramen juga bisa diartikan sebagai karakteristik manusia, maksudnya adalah gaya perilaku manusia dan cara khasnya dalam memberikan tanggapan. 

Temperament Survey for Children yang diadaptasi dari Bould, Joinson, Sterne, & Araya (2013) mencakup 4 dimensi, yaitu emotionality (menggambarkan kecemasan, ketakutan dan kecenderungan marah), activity (tingkat aktivitas yang disukai dan kecepatan tindakan), sociability (kecenderungan untuk memilih berinteraksi dengan orang lain dibandingkan menyendiri), shyness (kecenderungan untuk terhambat dalam situasi sosial baru).

Tempramen biasanya adalah sifat bawaan sejak lahir, walaupun terkadang ada juga yang terpengaruh oleh keluarga, budaya, atau pengelaman seseorang. Menurut MICHIGAN STATE UNIVERSITY ada sembilan ciri tempramen yang berbeda, yaitu activity level (tingkat aktivitas), biological rhythms (ritme biologis), sensitivity (kepekaan), intensity of reaction (intensitas reaksi), adaptability (kemampuan beradaptasi), approach/withdrawal (pendekatan/penarikan), persistence (kegigihan), distracbility (keteralihan) dan mood (suasana hati). karena tempramen anak yang berbeda beda, menjadikan sifat, karakter, dan kepribadian anak juga ikut berbeda.

Menurut Chess dan Thomas (1984) ada beberapa jenis tempramen.

a. Anak Mudah (Easy Child)

Anak tipe ini biasanya akan memiliki ciri ciri : (1) mood intensitas halus dan moderat, (2) respon baik terhadap hal baru & perubahan, (3) tidur dan makan teratur, (4) mudah senyum dengan orang lain, (5) mudah beradaptasi dengan suasana baru, (6) jika frustasi hanya sedikit rewel.

b.Anak Sulit (Difficult Child)

Anak dengan tipe ini memiliki ciri -- ciri : (1) mood intens dan sering negatif, (2) tidak memberikan respn baik pada subjek baru dan perubahan, (3) pola tidur dan pola makan tidak teratur, (4) lambat menerima makanan baru, (5) mudah curiga dengan orang lain, (6) anak lamabat beradaptasi dengan lingkungan dan peraturan baru, (7) jika anak frustasi maka anak akan sangat rewel.

c. Anak Lambat (Slow-to-warm-up-child)

Anak yang memiliki tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bereaksi halus baik positif,maupun negative, (2) anak lambat memberikan respon terhadap perubahan dan hal yang baru, (3) intensitas tidur dan makan diantara anak sulit dan anak mudah, (4) menunjukkan respon (samar) negative terhadap hal dan situasi baru, (5) secara bertahap anak akan menyukai stimulasi baru bila setelah dikenalkan berkali-kali.

Nah, untuk mengoptimalkan sosial emosional anak, dan untuk memperbaiki tempramen pada anak, para orang tua khusunya para bunda harus mengetahui cara pengasuhan anak yang baik dan benar. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan para bunda, yaitu :

a. Dukungan yang extra dan pelatihan terhadap ibu dengan bayi yang rentan tertekan dapat memperbaiki kualitas interaksi antara ibu dangan bayi

b. para ibu dapat mengubah tuntutan kepada anak, biasanya anak yang terkena tempramental dikarenakan anak memilikituntutan yang banyak sehingga anak merasa frustasi.

c. ibu meningkatkan kesesuaian antara anak dan lingkungannya.

Mungkin dari sebagian orang masih mengartikan tempramen sebagai sikap marah. Dari pemaparan text diatas tentang tempramen dapat kita ketahui bahwa tempramen bukanlah sikap marah saja, tetapi tempramen adalah bagaimana cara seseorang bertingkahlaku, artinya bukan bukan menanyakan tentang apa yang mereka lakukan, tetapi bagaimana mereka melakukannya. 

Itulah sebagian permasalahan sosial emosional anak, serta faktor pendukungnya, semoga artikel sedikit ini dapat bermanfaat bagi teman -- teman, sekian dan terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun