Di tengah permasalahan pro kontra ujian nasional (UN), kasus terbesar dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA yang dilaksanakan pada tanggal 13-15 April 2015 ini adalah bocornya naskah soal di dunia maya. Sebanyak 30 paket soal Ujian Nasional (UN) dari 11.730 paket soal UN 2015 tingkat SMA bocor ke publik. Kebocoran soal ujian nasional salah satunya terjadi di kota Yogyakarta. Kasus kebocoran soal ujian nasional tersebut semakin diperkuat dengan adanya pengakuan dari salah satu siswa SMA N 3 Yogyakarta, yang menyebutkan bahwa dia mendapat bocoran soal dari internet. Awalnya ia hanya mendownload soal tersebut untuk latihan saja, tapi ternyata soal yang ada di internet itu sama persis dengan soal ujian nasional. Kebocoran soal tidak hanya terjadi di Yogyakarta saja tapi juga terjadi di Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Palu, dan Nusa Tenggara Barat, bahkan mungkin kebocoran soal bisa saja terjadi di seluruh kota di Indonesia, karena soal tersebut beredar diinternet yang bisa diakses oleh siapa saja. Kebocoran soal ujian nasional tahun bisa dikatakan tidak wajar alias aneh, biasanya si oknum membocorkan soal ujian tersebut untuk memperoleh keuntungan berupa uang, akan tetapi soal yang beredar di internet tersebut bisa di download secara gratis. Hal tersebut berarti bahwa si pelaku membocorkan soal ujian tersebut bukan demi motif uang tetapi bisa jadi pelaku hanya ingin membuat kekacauan pada saat pelaksanaan ujian nasional tahun ini.
Belum lagi masalah seperti beredarnya kunci jawaban ujian nasional yang dilakukan oleh oknum - oknum yang tidak bertanggung jawab. Meski kunci jawaban ujian nasional tersebut belum tentu kebenarannya, tapi masih saja para siswa mempercayai kunci jawaban palsu itu dengan membeli kunci jawaban tersebut. Padahal harga kunci jawaban tersebut tidak bisa dikatakan murah, mulai dari ratusan ribu, bahkan bisa jutaan rupiah. Mereka menghabiskan uang jajan mereka hanya untuk membeli kunci jawaban dari oknum – oknum tak bertanggung jawab tersebut. Meskipun nilai ujian nasional tidak lagi menjadi satu – satunya penentu kriteria kelulusan, nilai ujian nasional yang tinggi masih menjadi prioritas sebagian besar pelajar di seluruh Indonesia. Akibatnya mereka menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan nilai ujian yang tinggi. Seharunya jika mereka ingin mendapatkan nilai ujian nasional yang bagus, maka mereka harus belajar lebih keras lagi, bukan hanya melakukan cara – cara instan seperti membeli kunci jawaban. Padahal kunci jawaban tersebut belum tentu benar, hal tersebut malah bisa menjadi bumerang untuk mereka sendiri. Tidak hanya itu saja permasalahan pelaksanaan ujian nasional di Indonesia. Kecurangan yang terjadi saat ujian nasional itu justru dilakukan oleh pihak sekolah sendiri. Pihak sekolah malah membocorkan kunci jawaban ujian nasional kepada siswa – siswinya dengan alasan untuk membantu siswa – siswinya agar bisa lulus ujian.
Apalagi ujian nasional 2015 kali ini telah diujicobakan menggunakan sistem online. Tentu saja pelanggaran - pelanggaran dengan mudah bisa terjadi, apabila pemerintah lengah. Dengan banyaknya kasus pelanggaran dalam pelaksanaan ujian nasional tersebut masih pantaskah ujian nasional dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa? Tentu saja hal ini menjadi tantangan yang cukup serius untuk pemerintah yang harus segera diselesaikan. Ya kita berdoa saja semoga saja pemerintah bisa terus berbenah dalam pelaksanaan ujian nasional, terutama pelaksanaan ujian nasional jenjang SMP/MTS yang akan dilaksanakan pada tanggal 4-7 Mei 2015 dan kita juga harus tetap mendukung program – progam yang akan dijalankan oleh pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H