Mohon tunggu...
Anisa Nurina
Anisa Nurina Mohon Tunggu... lainnya -

PEMBELAJAR

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

INDONESIA di Tanganmu

1 Januari 2014   00:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yap, 2014! Banyak hal yang telah dilalui bangsa ini. Mulai hal yang baik hingga hal yang buruk. Tak dipungkiri memang, jika bangsa ini mengalami masalah pelik yang tak kunjung sudah. Hampir di setiap sudut negeri ini kita jumpai masalah dan kegilaan dalam bentuk yang tak menentu. Mulai dari pengendara menerobos lampu merah yang dianggap biasa saja, pemandangan asap rokok dari mulut pelajar yang membuat kita mengelus dada, hingga belitan korupsi yang ‘melenakan’. Banyaknya momentum yang terjadi di 2013, sudah menjadi memori untuk bangsa ini.

Semua memori itu bisa membuat kita berpikir untuk benar-benar antusias memperbaiki kondisi bangsa atau malah hanya menjadikannya sebagai pelengkap sarapan pagi. Namun satu hal penting yang harusnya sama-sama menjadi bahan renungan bagi kita. Ketika banyak kejahatan dan kegilaan yang berserakan dan mudah ditemui di pelosok negeri ini. Soal ketidaktertiban, ketidaktepatan waktu, bobroknya moral bangsa, hingga korupsi yang telah lama membelit negeri ini. Kondisi ini yang sering membuat kita terbiasa untuk mengutukki kondisi negara kita. Bahkan, hingga membuat malu untuk mengakui bahwa kita adalah bagian dari penghuni negeri ini. Namun sadarkah? Siapa sesungguhnya yang sering kita kutukki itu? Saat berbicara tentang ketertiban, tanpa disadari kita sering menerobos lampu merah sewaktu tergesa-gesa padahal tinggal hitungan detik untuk menunggu merah menjadi hijau. Saat protes terhadap ketidaktepatan waktu, sudah lupakah saat kita beberapa kali datang terlambat di jam kuliah? Saat kita dengan lantang mengatakan bobroknya moral bangsa ini, mungkin kita lupa sudah berapa kali meminta jawaban teman saat ujian atau memberikan ‘uang damai’ saat kena tilang. Saat kita keras menuntut kejelasan pertanggungjawaban mengenai uang plesiran anggota dewan ke luar negeri, kita tak pernah sadar bahwa juga telah banyak pengeluaran bulanan yang sering tidak dipertanggungjawabkan kepada orang tua kita. Maka saat kita mengutukki kondisi bangsa ini, tanpa disadari bahwa kita telah mengutukki segala perbuatan kita sendiri.

Nampaknya, seperti itulah kondisi kita. Kita mengutukki kondisi kacau bangsa ini, padahal itu tidak lain adalah cerminan dari diri kita sendiri. Maka, saatnya kita mulai sadar bahwa sesungguhnya masalah-masalah bangsa yang sering kita bicarakan berasal dari diri kita sendiri. Bahwa sesungguhnya, masalah-masalah ini tidak hanya dipandang sebagai ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasinya, namun juga sebagai kesalahan kita yang terus diulang. Tidak salah memang, jika menyebutkan bahawa masalah korupsi adalah masalah negara. Tapi ternyata kita sendirilah yang ‘mengantongi’ bibit cikal-bakal calon koruptor. Begitupun dengan masalah yang lain, kita jugalah yang ikut bertanggung jawab atasnya. Mari, bicara dengan nurani bahwa masalah-masalah ini adalah masalah-masalah yang kita perbuat sendiri, maka untuk memperbaikinya dimulai dengan memperbaiki diri sendiri.

Kepada seluruh generasi muda, saatnya kita bangkit. Bangkit dengan kondisi bangsa yang meresahkan ini. Indonesia tak akan terus seperti ini jika kita sebagai anak bangsa sadar dan menghendaki perubahan. Busungkan dada, berdiri tegap di negeri tercinta ini. Buat Ibu Pertiwi tersenyum dengan aksi kecil yang berujung perubahan. Buka halaman selanjutnya, den torehkan sejarah indah di tahun 2014. Karena Indonesia, ada di tanganmu.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun