Hidup terasa lagi capek-capeknya belakang ini bagiku, selain karena himpitan ekonomi, tekanan batin dari perlakuan sanak saudara yang tidak baik juga berkecamuk di kehidupan yang sedang aku jalani. Seringkali berpikir untuk ambil jalan pintas, merasa semua masalah akan hilang setelahnya, tapi teringat kalau masih ada anak yang sedang bersekolah dan butuh kehadiran ibu di sisinya.
Apakah dengan kepergian ibunya dia akan hidup lebih baik nantinya? ataukah akan lebih buruk, bukankah lebih baik menghadapi masalah yang ada, dan terus berusaha mencari jalan keluar terbaik agar hidup bisa lebih bermakna.
Di sela sholat tahajud yang diiringi tangisan, doa dan pengharapan, aku memohon petunjuk kepada Allah SWT dan meminta jalan keluar terbaik dari semua permasalahan hidup yang datang bertubi-tubi tanpa jeda dan tanpa permisi, berusaha untuk menguatkan diri, hati dan pikiran.
Buka media sosial dan scrolling banyak postingan yang ada, terkadang menjadi penghibur hati, apalagi saat melihat banyak kisah inspiratif dari para Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards, semangat untuk bangkit dan berusaha kembali dari mati suri yang berkepanjangan.
Baca artikel berjudul Mencetak Miliuner Baru, karya Sri Irdayati salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2010, saya menyadari kalau menjadi orang yang berguna dan bermanfaat tidak harus selalu jadi PNS, pegawai, atau pemilik perusahaan, menjadi guru meski tidak mengajar di sekolah juga dapat menjadi pilihan hidup dan sumber mata pencaharian. Apalagi saat kita bisa membantu banyak generasi muda untuk menjadi orang-orang yang lebih baik di masa depannya kelak.
Sri Irdayati membuka kelas bisnis di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading, mengajarkan anak-anak berlatih menyiapkan sebuah usaha manik-manik berikut membuat neraca keuangan, sebagai upayanya untuk mencetak miliuner baru.
(Sumber: https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/mencetak-miliuner-baru)
Tak jauh dari tempatku tinggal, ada beberapa orang yang punya pemikiran sama dengan Sri Irdayati, bukan mencetak miliuner tapi mencetak tahfiz muda. Kebanyakan mereka adalah murid pesantren yang mendedikasikan dirinya untuk mengajar anak-anak untuk senang dan tertarik membaca Alquran sejak dini.
Benar kata pepatah, "Jangan menjadi katak dalam tempurung kalau mau sukses". Meskipun kita tidak banyak bersosialisasi dengan orang di dunia nyata, tapi di era modern ini banyak sumber inspirasi yang bisa kita dapatkan dengan melihat, menonton dan membaca banyak postingan inspiratif, jangan melulu buka berita gosip yang tidak ada manfaatnya saat buka media sosial.
Kalau mau sukses, harus bergaul dengan orang-orang sukses, karena mereka memiliki kebiasaan untuk terus belajar dan pantang menyerah terhadap kegagalan yang dialaminya. Kebanyakan dari kita sudah pusing dengan risiko yang ada sebelum memulai sesuatu, padahal dengan menghadapi dan melalui risiko itulah kita dapat pengalaman dan solusi untuk menjadi lebih baik, bahkan menjadi sukses.
