Berbisnis memberikan peluang yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan hidup jika memang ditekuni dan dilakukan dengan strategi yang matang. Tentu, berbisnis membutuhkan ilmu dan juga ketekunan, sehingga bisnis yang dibangun terus produktif. Dalam menghadapi hal tersebut, muncul pula berbagai teori kekinian yang bersinggungan dengan bisnis, yaitu digital marketing, sebagai salah satu strategi dalam memasarkan produk yang ditawarkan. Ada banyak konsep marketing yang diajarkan dan dapat digunakan, salah satunya yaitu menjaga customer atau pelanggan agar tetap setia dengan bisnis yang dijalankan.
Dalam melakukan marketing bisnis di era modern, kita diajarkan untuk memasang goal dan objective yang jelas, sebab dua hal ini merupakan poin penting agar strategi yang dirancang dapat tereksekusi dengan terarah dan sesuai rencana. Salah satunya yaitu dengan menjaga loyalitas dari customer. Peran pelanggan begitu besar dalam perputaran roda bisnis, karena mereka termasuk bagian dari faktor terpenting dalam keberlangsungan bisnis yang dijalankan. Mengenai hal ini, dalam bukunya berjudul Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad, Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo menyebutkan adanya sebuah survei di Amerika yang menjelaskan bahwa sebagian besar perusahaan di negara adidaya itu mengalami kehilangan pelanggannya dalam waktu 5 tahun. Dari survei ini, terbukti bahwa menjaga konsumen dalam bisnis merupakan suatu hal yang sulit untuk dipertahankan. Maka dari itu, tentulah adanya strategi yang perlu dilakukan. Bagaimana caranya?
Selain berkonsentrasi pada teori marketing modern, alangkah baiknya jika kita melirik kepada sejarah yang menguak kisah seorang pebisnis sukses pada masanya. Dia adalah Nabi Muhammad SAW, seorang saudagar kaya yang kental dengan penguasaan heart share atau upaya dalam mengedepankan kepuasan konsumen saat menjalankan bisnisnya. Dalam mengelola bisnisnya, Muhammad memiliki strategi tersendiri mengenai hubungan dengan pelanggannya, sehingga bukan hanya mampu menciptakan pelanggan yang loyal, melainkan juga mampu membangun rasa percaya. Strategi customer relation yang diajarkan Muhammad selaras dengan teori marketing modern. Sebagaimana kita ketahui, sistem customer relation menjadi salah satu sistem yang digunakan dalam kebanyakan lembaga yang juga bergerak dalam bidang bisnis saat ini. Formula yang digunakan Muhammad menjadi inti dari seluruh kegiatan marketing dan juga dalam mempertahankan bisnis.
Menghormati Pelanggan
Konsep customer relation pertama yang diajarkan Muhammad dalam sejarah perjalanan hidupnya saat berbisnis yaitu bersikap menghormati pelanggan. Dalam hal ini, Muhammad benar-benar menaruh perhatian tertinggi untuk pelanggannya. Dia berupaya agar mendahulukan kepentingan pelanggan di atas kepentingan pribadinya. Dalam hadits Riwayat Bukhari dari Jabir bin Abdullah ra., Muhammad bersabda, bahwa Allah mengasihi orang yang bermurah hati saat menjual, saat membeli, dan saat menagih. Konsep yang diberlakukan Muhammad berdasarkan sabdanya tersebut mengajarkan para pelaku bisnis masa kini agar tetap bermurah hati, baik saat menjual atau membeli barang. Dengan menerapkan sikap ini, pihak konsumen tidak akan ragu untuk memberikan nilai tambah terhadap produk yang dibeli dan akan memberikan kesan tersendiri sebab pelayanan yang disaji.
Bersikap JujurSebuah teori mengenai konsep pemasaran berbasis kepercayaan yang dicetuskan oleh Dr. Glen L Urban, seorang profesor dan mantan dekan dari MIT Sloan School of Management, menjelaskan bahwa pemasaran berbasis kepercayaan ini akan membantu konsumen dalam membuat keputusan pembelian yang terinformasikan berdasarkan pilihan market yang komprehensif dan adil. Teori ini menyatakan bahwa bersikap jujur dan terbuka merupakan cara terbaik untuk membangun kepercayaan konsumen dan dapat menciptakan keloyalan pelanggan. Teori kepercayaan yang dikemukakan oleh Glen ini telah dipraktikkan jauh lebih dulu oleh Muhammad, yaitu ketika dia berselisih paham dengan salah seorang pembeli barangnya ketika sedang berdagang di Syam. Saat itu, salah seorang pembeli memintanya untuk menjelaskan kondisi barang yang dipilihnya untuk dibeli, lalu dia berkata kepada Muhammad, "Bersumpahlah demi Lata dan Uzza!" Maka, dengan tegas Muhammad menjawab, "Aku tidak pernah bersumpah atas nama Lata dan Uzza!" Hal ini menunjukkan sikap keterbukaan dan penjagaan Muhammad terhadap prinsip kejujuran yang dipegang. Bagi Muhammad, customer saat itu akan dapat melihat dan merasakan sendiri kejujuran yang dipegangnya selama berdagang. Tidaklah diragukan kenapa akhirnya Muhammad dijuluki sebagai Al Amin atau dapat dipercaya, sebab dia sangat memegang prinsip jujur dalam memasarkan produknya. Bagi Muhammad, dengan menerapkan sikap jujur ini, maka akan terbangun rasa emosional antara pebisnis dan customer, sebab hal tersebut merupakan inti dari nilai tambah dan pengalaman lebih yang akan ditawarkan. Reputasi bisnis Muhammad yang begitu baik di dunia perdagangan internasional, menjadikan dia terkenal luas di negeri Yaman, Syiria, Irak, Yordania, dan kota lainnya di jazirah Arab. Bersikap jujur ini selaras pula dengan sabdanya, "Seorang pedagang yang jujur, (kelak di hari kiamat akan dikumpulkan oleh Allah) bersama para Nabi, Shiddiqin, dan para Syuhada."
Bersabar dan Ikhlas
Sebuah penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1972, Stanford Marshmallow Experiment, sebuah studi tentang kepuasan yang tertunda. Eksperimen ini dipimpin oleh seorang psikolog Walter Mischel, salah seorang profesor di Stanford University. Dari studi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketidaksabaran atau ketidakmampuan dalam menunda rasa puas dapat berdampak negatif pada aspek kehidupan. Lalu, apa hubungannya dalam berbisnis? Memasang sikap sabar dalam berbisnis akan membantu seseorang terhindar dari pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, sebab hal itu akan berpengaruh terhadap performa bisnis yang sedang dijalankan. Keputusan tergesa-gesa itu dapat merusak kesan pertama dari customer terhadap produk dan layanan yang salah dan belum matang. Maka dari itu, selama proses berdagang, Muhammad memberi contoh bagaimana berusaha semaksimal mungkin dalam menentukan sebuah strategi, lalu mencoba ikhlas terhadap hasil yang diperoleh. Sabar yang diajarkan bukan berarti menerima apa adanya atau malah mengesampingkan semua keinginan yang dimiliki, melainkan menghindari rasa putus asa. Dengan strategi sabar dan ikhlasnya itu, akhirnya Muhammad berada pada titik kekayaan yang melimpah dan menjadi penguasa jazirah Arab. Dia memasang sikap ini untuk dapat mengukur kemampuan diri sendiri, sehingga akan menjaganya dari kekeliruan dalam membaca target market. Lalu pada akhirnya, terciptanya hubungan yang baik terhadap customer. Â Â
Silaturahmi
Konsep customer relation berikutnya yang diajarkan oleh Muhammad dalam berbisnis adalah dengan menjaga hubungan silaturahmi kepada siapa pun. Selaras dengan sabdanya,"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturahmi." Pada saat itu, Muhammad sudah menekankan betapa pentingnya bersilaturahmi dalam rangka mengetahui apa yang diinginkan dan dipikirkan oleh customer (customer insight). Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas produk dan memperbaiki sistem pelayanan dalam bisnis, sehingga akan meningkatkan omzet. Selain itu, bersilaturahmi ini akan membentuk jejaring baru (networking) yang tidak terbatas. Menjalin silaturahmi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan customer agar mereka tidak menjatuhkan pilihannya kepada pihak lain. Tentu, silaturahmi yang dipraktikkan oleh Muhammad, berdasarkan sabdanya tersebut bukan hanya sebatas hubungan bisnis, melainkan juga dalam hubungan di luar itu. Bersilaturahmi ini juga akan menciptakan hubungan jangka panjang dengan customer, yang mana nantinya akan menghasilkan profit yang lebih baik.
Tidak Bersumpah (Al Qasam)Â
Dalam karyanya, Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo menjelaskan bahwa tidak dibenarkan bagi seorang penjual melakukan pembodohan dengan cara berdusta. Salah satu diantara caranya adalah dengan bersumpah (al qasam). Bersumpah merupakan cara yang berlebihan dalam menawarkan produk terhadap customer. Dengan bersumpah juga ada kemungkinan seseorang akan melakukan suatu kebohongan kepada customer dan hal ini tentu akan menghilangkan rasa percaya mereka terhadap produk. Sebagaimana yang diajarkan oleh Muhammad saat melakukan bisnisnya, dia sangat mengecam orang-orang yang melakukan sumpah. Sabdanya dalam sebuah hadits Bukhari dan Muslim, "Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan suatu penjualan yang cepat lalu menghapus berkah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H