Mohon tunggu...
Anisah Rosiyah Nabilah
Anisah Rosiyah Nabilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Efek Samping Dari Vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan Pembekuan Darah?

16 Juni 2024   19:32 Diperbarui: 17 Juni 2024   16:58 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintah Kota Blitar

Selama 4 tahun terakhir,  jutaan vaksin covid-19 telah didistribusikan kepada masyarakat, salah satunya adalah vaksin AstraZeneca.

Vaksin AstraZeneca atau disebut juga Vaxzevria adalah salah satu vaksin yang dibuat untuk menanggulangi COVID-19. Vaksin ini buatan perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, yang bekerja sama dengan Universitas Oxford dan dikembangkan sejak Februari 2020. (Fadli, 2023)

AstraZeneca menggunakan virus hewan yang tidak berbahaya dan sudah dilemahkan yang berisi kode genetik untuk protein lonjakan virus corona. Setelah masuk ke dalam tubuh, ia memberitahu sel untuk membuat salinan protein lonjakan. Sel kekebalan kemudian mengenali protein lonjakan sebagai ancaman dan mulai membangun respons kekebalan terhadapnya. (Fadli, 2023)

Tetapi benarkah vaksin Astrazeneca dapat menyebabkan pembekuan darah?

Baru baru ini warga Indonesia digemparkan dengan dampak negatif dari vaksin AstraZeneca. Berita ini pastinya menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Dilansir dari " BBC News Indonesia" produsen vaksin virus Covid-19, AstraZeneca, mengakui bahwa vaksin yang mereka produksi secara umum dapat menyebabkan efek samping yang sangat jarang terjadi. Hal itu mereka utarakan melalui dokumen pengadilan dalam kasus gugatan perwakilan kelompok (class action) yang dilayangkan oleh 51 korban di Inggris. Di dalam dokumen yang mereka serahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris pada Februari silam, perusahaan menyebut bahwa vaksin Covid-nya "dapat menyebabkan TTS dalam kasus yang langka". 

TTS merupakan singkatan dari Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome, yang juga disebut sebagai VITT (Vaccine Immune Thrombosis with Thrombocytopenia) yang terjadi setelah vaksinasi. Sindrom langka ini ditandai dengan terjadinya trombosis (pembekuan darah) dan trombositopenia (jumlah trombosit rendah). Orang yang mengalami TTS/VITT berpotensi mengalami stroke, kerusakan otak, serangan jantung, emboli paru, dan amputasi, kata para pengacara. Pembekuan darah juga dapat terjadi pada orang-orang yang tidak divaksinasi. Akan tetapi, sindrom langka TTS/VITT hanya terjadi pada trombosis setelah vaksinasi.

Lalu bagaimana tanggapan pemerintah Indonesia terkait hal ini?

Kementerian Kesehatan RI buka suara soal ramai pengakuan AstraZeneca terkait efek samping langka vaksin COVID-19 mereka yakni thrombosis thrombocytopenia syndrome (TTS). Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi memastikan hingga saat ini belum ada laporan kasus serupa di Indonesia. 

Masyarakat dinilai tidak perlu khawatir, vaksinasi AstraZeneca sudah disuntikkan ke lebih dari 1 miliar orang di dunia dan 'hanya' tercatat sekitar seribu kasus yang mengalami efek TTS. Mereka yang terkena efek pembekuan darah imbas TTS umumnya dilaporkan memiliki penyakit bawaan atau penyakit penyerta. Meski begitu, dr Nadia menyebut efek samping dari vaksinasi tetap perlu diwaspadai. Karenanya, orang dengan kriteria kondisi hamil, hingga memiliki penyakit tertentu tidak disarankan ikut menerima vaksin COVID-19 tersebut. 

Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof. Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) setelah pemakaian vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia. Hal ini berdasarkan surveilans aktif dan pasif yang sampai saat ini masih dilakukan oleh Komnas KIPI. 

Sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Komnas KIPI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM melakukan surveilans aktif terhadap berbagai macam gejala atau penyakit yang dicurigai ada keterkaitan dengan vaksin COVID-19 termasuk TTS. Survei dilakukan di 14 rumah sakit di 7 provinsi yang memenuhi kriteria selama lebih dari satu tahun. Setelah surveilans aktif selesai, Komnas KIPI tetap melakukan surveilans pasif hingga hari ini. Berdasarkan laporan yang masuk, tidak ditemukan laporan kasus TTS. 

TTS merupakan penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah. Kasusnya sangat jarang terjadi di masyarakat, tapi bisa menyebabkan gejala yang serius.

Menurut BPOM pada penjelasan publik nomor HM.01.1.2.05.24.35 tanggal 5 Mei 2024 tentang pemantauan jangka panjang keamanan vaksin covid-19 Astrazeneca.  

Keamanan vaksin COVID-19 AstraZeneca terkait kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah yang diberitakan oleh media Inggris dan beberapa media nasional, telah dimonitor oleh BPOM dalam pemantauan Post Authorization Safety Study (PASS). Industri farmasi pemegang Emergency Use Authorization (EUA) wajib melaksanakan PASS dan menyampaikan laporan kepada BPOM.

EUA Vaksin COVID-19 AstraZeneca disetujui BPOM pada 22 Februari 2021 dan lebih dari 73 juta dosisnya telah digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia. Pemantauan keamanan vaksin di Indonesia juga dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KOMNAS PP KIPI). Pemantauan ini termasuk pelaksanaan surveilans aktif terhadap Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK) pada program vaksinasi COVID-19 selama periode Maret 2021--Juli 2022 pada 14 rumah sakit sentinel (lokasi pelaksanaan surveilan aktif) di 7 provinsi di Indonesia.

Hasil kajian BPOM, Kementerian Kesehatan, dan KOMNAS PP KIPI terhadap surveilan aktif dan rutin terkait keamanan vaksin COVID-19 Astra Zeneca menunjukkan hasil:

  1. Manfaat pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca lebih besar daripada risiko efek samping yang ditimbulkan.
  2. Hingga April 2024, tidak terdapat laporan kejadian terkait keamanan termasuk kejadian TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca.
  3. Hasil kajian WHO menunjukkan bahwa kejadian TTS yang berhubungan dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca dikategorikan sebagai sangat jarang/very rare (kurang dari 1 kasus dalam 10.000 kejadian).
  4. Kejadian TTS yang sangat jarang tersebut terjadi pada periode 4 sampai dengan 42 hari setelah pemberian dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca. Apabila terjadi di luar periode tersebut, maka kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca.
  5. Pemantauan terhadap keamanan vaksin COVID-19 AstraZeneca masih terus dilaksanakan dalam bentuk surveilans rutin selama penggunaan vaksin ini dalam program imunisasi.

Saat ini, vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak digunakan lagi dalam program vaksinasi/imunisasi dan berdasarkan hasil pengawasan dan penelusuran BPOM menunjukkan bahwa saat ini vaksin COVID-19 AstraZeneca sudah tidak beredar di Indonesia.

Daftar Pustaka

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat. (2024, Mei 05). Penjelasan Publik Nomor HM.01.1.2.05.24.35 Tanggal 5 Mei 2024 Tentang Pemantauan Jangka Panjang Keamanan Vaksin Covid-19 Astrazeneca. From Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat: https://www.pom.go.id/penjelasan-publik/penjelasan-publik-nomor-hm-01-1-2-05-24-35-tanggal-5-mei-2024-tentang-pemantauan-jangka-panjang-keamanan-vaksin-covid-19-astrazeneca

Fadli, R. (2023, - -). Vaksin astrazeneca. From www.halodoc.com: https://www.halodoc.com/kesehatan/vaksin-astrazeneca

K, N. S. (2024, Mei 03). Heboh Efek Astrazeneca Sebabkan Pembekuan Darah Kemenkes Buka Suara. From www.detik.com: https://www.detik.com/jatim/berita/d-7322791/heboh-efek-astrazeneca-sebabkan-pembekuan-darah-kemenkes-buka-suara

Sutrisna, T., & Ramadhan, A. (2024, Mei 03). Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia. From nasional.kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2024/05/03/17374881/komnas-kipi-sebut-tak-ada-kasus-pembekuan-darah-akibat-vaksin-astrazeneca-di#google_vignette

www.bbc.com. (2024, Mei 02). AstraZeneca akui vaksinnya dapat sebabkan pembekuan darah meski 'sangat jarang' terjadi -- Apakah efek samping serupa juga ditemukan di Indonesia? From www.bbc.com: https://www.bbc.com/indonesia/articles/c88z11y0pjlo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun