Kami tidak banyak mengobrol, ia malah lebih banyak berbicara dengan temanku, aku hanya sibuk memerhatikan nya 'dari segimanapun ia sesempurna itu'
Selesai mengobrol temanku memutuskan untuk pergi karna ada keperluan mendesak. Aku membiarkanya pergi. Kini hanya kami berdua.
'Bee kamu ngantuk ya, sini tidur'
 ia merebahkan badannya dan merentangan satu tangan untuk ku, aku tidur di tangan nya, aku ingat betul aroma tubuhnya, aroma whiskey bercampur rokok mallboro merah.
Kami menatap langit-langit mengobrol sampai larut pagi. Aku tidak tahu hal baik apa yang aku lakukan sampai Tuhan memberikan ku orang sesempurna ini. Lagi-lagi aku jatuh sejatuh-jatuhnya dengan cara ia menjadi baik sebagai manusia.
Jika ini mimpi aku hanya akan meminta aku tidak ingin bangun saja. Aku ingin terus sama dia. Deru di kepalaku.
Hingga waktu dimana perpisahan itu terjadi, aku seakan lupa bahwa bandung adalah titik pertemuan dan perpisahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H