"Aku bersedia jadi sahabat kamu yang menemani kamu disaat kamu senang maupun sedih, dan menasehati kamu jika kamu melakukan hal yang salah. Tapi mungkin aku tidak bisa menemanimu selamanya Dil. Jadi, sekarang kamu jangan menangis lagi ya." Kata Lisa.
Akhirnya Adilla mulai tersenyum, dan berterimakasih kepada Lisa yang sudah ingin menjadi sahabatnya. Adilla sangat senang sekarang ia mempunyai sahabat. Haripun mulai gelap Adilla dan Lisa pulanng kerumahnya masing-masing. Sepanjang perjalanan Adilla tersenyum sendiri sangking senangnya karna mempunyai sahabat.
Haripun telah berganti. Matahari menyinari hari itu dipagi hari. Adilla menjalani har-harinya dengan tersenyum bersama sahabatnya bukan dengan kesedihannya. Adilla akan menjaga sahabatnya itu dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bersama sahabatnya.
Lisa dan Adilla selalu ketaman dekat rumahnya setiap pulang sekolah. Mereka saling berbagi cerita tetang kehidupannya. Tetapi, akhir-akhir ini Lisa tidak ada kabar. Adilla tidak tahu mengapa dia tidak masuk sekolah dan dia tidak mengabarkan kesahabatnya itu. Adilla akhir-akhir ini bersedih karna tidak ada sahabatnya disisinya. Lalu Adilla akhirnya berniat untuk pergi ke rumah Lisa untuk menanyakan keadaannya.
Pada saat sudah di depan rumah Lisa, Adilla segera memencetkan bel rumah Lisa. Tiba-tiba ada orang yang membuka pinti rumah itu, ternyata yang membuka pintu itu adalah pembantunya Lisa. Lalu Adilla bernyata kepa pembantunya itu,
"Maaf bi, Lisanya ada bi?"
"Emang dek ga tau ya kalau neng Lisa masuk rumah sakit?"
"Ha dirawat di rumah sakit? Sakit apa bi?" Tanya Adilla.
"Iya dek, neng Lisa sakit kanker  dan meninggal."
"Meninggal? Ya Allah. Yaudah makasih bi."
Setelah mendengar berita kalau Lisa meninggal disepanjang jalan menuju rumah Adilla menangis tersedu-sedu. Sahabat satu-satunya pergi meninggalkan dia selama-lamanya.