Halo selamat pagi/siang/sore/malam para pembaca sekalian! Saya Anisah Aunillah, mahasiswi Program Studi S1 Teknologi Sains Data Universitas Airlangga, kelas D-3.29 pada Mata Kuliah PDB Logika dan Pemikiran Kritis.Â
Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan hasil tulisan artikel opini saya mengenai kasus yang akhir-akhir ini baanyak dibicarakan yaitu mengenai tersebarnya foto peserta pengguna jasa joki UTBK tahun 2022
Ujian Tulis Berbaris Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN) tahun 2022 telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil statistik waktu tutup pendaftaran UTBK SBMPTN 2022, LTMPT menyebutkan jumlah peserta UTBK SBMPTN 2022 sebanyak 800.852 peserta dengan pembagian kelompok ujian: Saintek sebanyak 358.983 peserta, Soshum sebanyak 371.292, dan campuran sebanyak 67.716 peserta.Â
Dari 800 ribu peserta yang mengikuti UTBK-SBMPTN nantinya yang akan keterima masuk kedalam perguruan tinggi kurang lebih 200 ribu peserta sehingga persaingan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri sangatlah ketat. Karena tingkat ketetatan yang tinggi inilah banyak peserta yang menggunakan cara-cara curang dalam melakukan UTBK-SBMPTN.
Banyak cara kecurangan yang dilakukan oleh peserta ketika melaksanakan UTBK-SBMPTN, salah satunya adalah dengan menggunakan jasa joki. Akhir-akhir ini kecurangan menggunakan jasa joki ini sedang ramai dibicarakan disalah satu media sosial, yaitu Twitter.Â
Kasus ini berawal ketika ada seorang anonim menyebarkan sebuah link g-drive dimana isinya adalah jawaban dari soal UTBK yang difoto, dalam foto tersebut terlihat dengan jelas identitas dari peserta UTBK seperti foto diri, nama, nomor peserta, dan soal yang sedang mereka kerjakan.Â
Dalam foto tersebut juga memperlihatkan bahwa kedua tangan peserta masih berada di keyboard, sehingga membuat kejanggalan, bagaimana mereka bisa memfoto soal ujian tersebut?Â
Bagaimana ketika mereka memfoto soal tersebut tidak ketahuan oleh pengawas ujian. Pertanyaan-pertanyan seperti itulah yang akan muncul ketika melihat foto tersebut. Jawabannya adalah karena mereka menggunakan jasa joki.
Banyak para joki yang mengatakan dalam pelaksanaannya mereka akan bekerja dengan cara memasang kamera yang akan diletakkan di beberapa tempat yang mereka pikir aman lalu memasang earphone pada telinga peserta sehingga membantu para joki untuk mengerjakan soal ujian tersebut.Â
Ada juga diantara mereka yang dengan sengaja mengikuti UTBK menggantikan peserta untuk mengerjakan soal ujian tersebut sehingga mereka bisa lulus perguruan tinggi negeri melalui jalur SBMPTN ini.  Tak jarang  juga mereka bekerja sama dengan beberapa oknum pengawas ujian sehingga peserta yang menggunakan jasa joki tidak ketahuan.
Hal-hal semacam ini bisa terjadi karena para peserta yang melakukan joki ini merasa tidak menguasai secara maksimal soal yang akan diujikan dan memilih untuk mencari cara tercepat agar bisa masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN).Â
Disamping itu lalainya pihak pengawas dalam mengawasi peserta UTBK baik sebelum pelaksanaan ujian, saat ujian berlangsung, dan setelah pelaksanaan ujian, serta banyakanya oknum-oknum yang bekerja dan terlibat dalam melakukan kejahatan jasa joki ini juga dapat menjadi faktor bagaimana hal-hal diatas terjadi.
Untuk itu, pihak ltmpt dan pemerintah seharusnya bersikap cepat dalam merespon bukti mengenai foto soal pada saat UTBK dan juga menindak tegas para oknum yang terlibat dalam jasa joki ini misalnya dengan memperkuat undang-undang pasal pemalsuan dengan membuat undang-undang khusus untuk kasus perjokian, karena perjokian ini tidak hanya mengenai joki UTBK, melainkan mengenai joki-joki lain seperti joki tes CPNS, joki tes kedinasan, joki SIM, dan masih banyak lagi. Selain itu, untuk para pengguna jasa joki ini hendaknya didiskualifikasi atau di blacklist dari perguruan tinggi manapun di Indonesia.
Semoga dengan adanya peningkatan dalam pengawasan peserta UTBK dan tegasnya pihak ltmpt dan pemerintah dalam mengatasi masalah perjokian ini membuat kasus joki di Indonesia bisa secara perlahan berkurang dan akhirnya menghilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H