Dewasa ini dunia sedang memauski revolusi industry  dalam pusaran revolusi 4.0 dan society 5.0 diamna dalam penerapannya menggunakan teknologi yang telah dirancang sedemikian rupa untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari dnegan menggunakan mesin otomatis dengan kecanggihan teknologi yang ada.
Salah satunya yaitu dalam teknologi pertanian dimana juga menggunakan konsep pengembangan smart farming dengan maksud untuk mengganti tenaga produksi dari tradisonal dengan teknologi modern guna untuk memudahkan dalam tenaga produksi.
Adanya dampak dari revolusi ini yaitu dapat menciptakan lapangan kerja dan potensi usaha baru dimana diperuntukkan untuk dapat menciptakan serta mengembangan teknologi yang baru untuk membantu proses kemajuan dari revolusi industri.
Kondisi pertanian saat ini dimana produksi tanaman pangan 70% masih bertumpu pada lahan di Jawa sehingga peningkatan produksi lebih menonjol dari pada perluasan areal.
Selain itu, juga adanya sumber lahan pertanian pangan yang rata-rata di Jawas sebesar 0,37 ha dan diluar Jawas sebesar 1.10 ha, sisitem produksi dan produktivitas pada pada di sawah, produktivitas 4,6 ton/ha dan paad tegalan jagung 3 ton/ha, keledai 1,2 ton/ha sedangkan untuk jagung gogo 2.3 ton/ha.
Di mana kondisi petanian saat ini mnegenai profil petani tanaman pangan yaitu sebensar 13,7 juta KK petani gurem dengan kisaran luasa sebesar kurang dari 0,5 ha, kondisi pendidikan dimana tidak tamat SD sebesar 36%, tamat SD 46%, tamat SMP 13% dan tamat SMA dan perguruan tinggi sebesar 6%. Selain itu kondisi kelembagaan petani dimana perkreditan, penyuluhan, pemasaran dan lembaga input masih lemah.
Isu permasalahan pertanian diantaranya adalah dimana lahan pertanian yang ada di Indonesia terus menyepit dikarenakan adanya perubahan alih fungsi lahan yang ada sehingga lahan pertanian mayoritas dilihkan fungsi menjadi permukiman ataupun perkantoran.
Selain itu, juga adanya produktivitas lahan rendah dan mengalami levelling off, kelembangaan penyuluhan dan kelembagaan petani, sistem agribisnis belum berfungsi dengan baik serta kebijakan makro sering kali kurang memilhak ke sektor pertanian.
Selain itu, juga terjadi konsumsi beras per kapita tinggi dimana berkisar antara 139 kg/kapita/tahun. Isu permasalahan  yang ada yaitu dimana pendapatan rata-rata petani lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.
Dalam penerapannya Indonesi masih tergolong kurang adanya teknologi yang memadai sehingga menjaid salah satu penghambat dari kemajuan revolusi industry. Maka guna untuk memenuhi kebutuhan yang ada negara Indonesia perlu adanya belajar untuk mendukung dari revolusi indistri 4.0 dan society 5.0.Â
Dalam pelaksananaya diperlunakan peran dari semua lapisna masyarakat untuj partispiasnya dan tentunya juga peran dari pemerintah untuk memberikan penyuluhan dan program terkait perkembanagn revolusi industry 4.0 dan society 5.0 dimana agar masyarakat mampu memahani dan meneyarap apa itu yang dimaksud dengan revolusi industry sehingga mereka mampus memberikan sumbangasih berupa ide ataupun partusipasi dalam segala hal. Jadi keduanya saling bekerja sama dan berinterkais guna untuk kesejahteraan dna peningkatan kualiats hidup masyarakat.
Dengan adanya sisitem model pertanain modern ini dapat menajdi solusi untuk mengatasi persoalan pangan yanga ad di Indonesia. Sebagai perencana maka peran yang dapat diemban yaitu dapat merencanakan suatu perencananan yang sesuai dnegan peraturan yang telah ditetpkan ileh peerintah baik daerah maupun pemerintah pusat dengans alah satu contohnya yaitu agar berkurantnya alih fungsi lahan yang terjadi sehingga lahan petanian masih bisa diandalkan untuk kebutuhan masyarakat pedesaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H