Normal yang dimaksud adalah bukan normal disatu sisi saja tapi keharusan disemua sisi kehidupan, tanpa memikirkan kepentingan sebelah mata, oleh sebab itu jadilah manusia yang Tidak tumpul kemanusiaan.
Bahkan, pengertian New Normal punya 2 prespektif tersendiri yakni prespektif pemerintah dan rakyat.
Kenormalan di era ini juga menuntut eksistensi pamuda pemudi dimasa pandemi ini, agar memahami legalitas dirinya masing-masing. Mulai dari Bagaimana penempatannya terhadap lingkungan sekitar Dan terhadap isu global yang nantinya mempengaruhi pola-pola dinamika kehidupan.
Lantas, dimana kata kuncinya ?
Kata kuncinya adalah eksistensi & pemuda, 2 kata ini yang harus dilihat. Dengan berpedoman Pada nilai-nilai spiritual Dan tidak lupa akan Etika, diharapkan pemuda mampu mengukur kapasitas dengan kapabilitasnya. Diperkuat dengan kata Gus Mus "anak muda boleh melakukan apapun Tapi jangan lupa untuk belajar".
Tak kunjung selesai problematika global, rakyat lalu dihadirkan dengan cover para direksi, birokrasi, instansi, Serta politisi yang anti akan demokrasi. Tidak heran jika pemuda dan pemudi yang semangat juangnya yang dinilai anarkism oleh para kapitalism.
Eksistensi pamuda pemudi dapat di lihat bukan dari New Normal yang harus hadir tapi New Hope (harapan baru) yang selalu Ada direlung hati, yang harus dihadirkan oleh pemerintah dalam upaya menyeimbangkan diri terhadap pandemi Serta turut ambil bagian dalam era-reformasi untuk sosial demokrasi. (Sudah sampai mana teman-teman mengenal legalitas diri ?).
Tiba-tiba terlintas dipikiran tentang perkataan Prof.Salim Said (Guru Besar Ilmu Politik Univ.Pertahanan Indonesia) yang mengatakan bahwa "kenapa Kita tidak maju ?, Indonesia tuhan pun tidak di takuti". Ujarnya dalam salah satu Acara televisi.
Dengan beberapa ulasan yang jelas Prof.Salim Said mengatakan sebuah kebenaran yang layak di jadikan acuan untuk Kita semua, satu kata dari beliau juga adalah "harus mampu menjawab tantangan".
Apakah indonesia mampu menjawab asumsi publik Dan tantangan ini dengan New Normal ?
Siapa yang mampu menjawab pertanyaan di atas, apakah kamu, aku, atau mereka?
Terima kasih
Penulis : Nurunnisa Hafel