Mohon tunggu...
Nurunnisa Hafel
Nurunnisa Hafel Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Berjiwa Putih

Mahasiswi Prodi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ternate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Babari" Pandemi Covid-19

1 Mei 2020   14:27 Diperbarui: 20 Mei 2020   13:03 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Demikianlah dalam bahasa Maluku Utara "BABARI" bermakna (saling menolong), untuk suatu keperluan/tujuan tertentu, dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat ini selalu di gunakan pada setiap hajatan desa atau kerja kelompok Masyarakat di Maluku Utara, hal ini bahkan sudah menjadi kebiasaan Masyarakat setempat untuk BABARI ketika ada salah satu warga Masyarakat di desa tersebut tertimpa musibah.

Konsep "BABARI" adalah satu dari sekian juta contoh agar senantiasa merevitalisasikan, dan berikut termasuk bisa disinkronkan dalam hal ini adalah "BABARI COVID 19". Seperti "BABARI" untuk tidak keluar rumah jika tidak Ada kepentingan darurat, hingga keluar masuk (berpergian) di setiap kabupaten kota, tidak bermaksud untuk menggeser makna dasar dari frasa BABARI. Namun, sebenarnya hanya sedikit merasionalkan pikiran dari mencuatnya kasus baru saat ini yakni COVID-19 yang bahkan menjadi permasalaha Global saat ini.

Dunia dalam keadaan tidak baik-baik saja, mungkin itu kalimat yang dapat mewakili kondisi kita saat ini, jika saat ini orang bertanya hal apa yang paling mengerikan dalam situasi ini, mungkin secara spontan yang terlintas dalam setiap benak adalah kematian dengan status positif Corona virus.

Kira-kira seperti itu problematika yang harus dihadapi dunia. Tak perlu terlalu jauh untuk menjelaskan asbab dari COVID-19, karena hampir semua Media Massa Nasional/Internasional membicarakan informasi dari virus yang Masuk dalam kategori Extraordinary incident. Bahkan, Semua menyediakan ruang khusus untuk pembahsan dan penangan virus tersebut.

Seiring berjalannya waktu sampai saat ini Jumlah pasien berstatus orang dalam pemantauan (ODP) kembali bertambah sebanyak 8.661 sehingga berjumlah 230.411, per Kamis (30/4/2020).Sementara itu, pasien dalam pengawasan (PDP) bertambah 174 sehingga menjadi 21.827."Jumlah pasien terbaru, PDP 21.827 dan ODP 230.411," kata Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam jumpa pers live streaming di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Kamis (30/4/2020).

Yurianto menambahkan, kasus positif Covid-19 saat ini sudah tersebar ke 34 provinsi di Indonesia atau 310 kabupaten/kota.Di Indonesia terhususnya provinsi Maluku Utara saat ini jumlah kasus yang terindikasi positif covid 19 dari Hari ke Hari selalu meningkat. 

Karena mengingat minimnya sarana/pra sarana terhadap para tenaga  medis yang menangani pasien covid-19 yang juga belum memadai. maka, dalam hal ini beberapa saran diajukan bahwa sudah selayaknya pemerintah mengambil kebijakan dengan menutup akses laut, darat, maupun udara di antar kabupaten/Kota dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai corona virus. Tapi, kemampuan intelektual para pemerintah sudah mampu membaca asumsi publik Dan keadaan kondusif ini.

Penyebaran Covid-19 spesifik terhadap kabupaten/Kota termasuk Maluku Utara juga menjadi tempat tumbuh suburnya penyebaran virus tersebut. Terhitung di tanggal 30 April 2020 Khusus Daerah Maluku Utara mengalami lonjakan kasus positif COVID-19 semakin besar, total dari sekitar 8 kabupaten dan 2 kota yakni Ternate dan Tidore bertambah menjadi 41 orang positif covid-19. 

Semakin tinggi angka positif covid 19 akan sangat berdampak pada semua aspek kehidupan yang fundamental hingga ke molekuler termasuk didalamnya adalah kondisi ekonomi setiap keluarga. Lalu, kita di anjurkan untuk tetap berada di rumah sebagai langkah solusi pemerintah dalam upaya mencegah atau memutuskan mata rantai penyebebaran virus ini. Hingga mengeluarkan tagar yakni #Dirumahaja.

Dalam konteks ini yang saya maksudkan "BABARI" (saling menolong) di PANDEMI COVID-19 adalah upaya kesadaran diri setiap Individu secara bersama untuk senantiasa melakukan gerakan preventif dan promotif perihal memutuskan mata rantai penyebebaran virus. 

Sudah tentunya upaya-upaya ini sangat di perlukan Dan ditekankan lagi pada kerjasama dan kesadaran setiap Individu tanpa berpikir individualistik, dan tentunya melepas sikap egoisme yang melekat pada pola berpikir yang sesat untuk bumi kita yang sehat.

Pada Skema gerakan "BABARI" COVID-19 sangat berkaitan dengan anjuran pemerintah dengan senantiasa menggunakan masker ketika berpergian, rajin mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun, jaga jarak kurang lebih 2-3 meter, memahami Etika bersin Dan batuk, serta jika tidak ada hal yang penting maka tetaplah untuk di rumah.

Kita mengetahui bahwa Pemerintah punya peran sangat penting dalam hal ini namun akan menjadi sangat tidak penting jika anjurannya tidak di indahkan dengan baik atau dianggap sebagai satire belaka.

Pemerintah juga telah banyak berusaha untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi keluarga, dengan di hadirkan  BLT (bantuan langsung tunai) untuk setiap keluarga dalam kategori tertentu di masa pandemic ini. maka sudah tentu pemerintah sangat membutuhkan kesadaran kita demi membantu pemerintah dalam memutuskan mata rantai penyebebaran virus ini.

Masa sulit ini belum bisa di prediksi secara tepat kapan berakhirnya, dan sampai kapan akan terus berlanjut. 

Perlu di ketahui bahwa Stigmatisme yang beredar di kalangan masyarakat hari ini akan sangat berpengaruh besar terhadap psikologi siapa pun, termasuk orang dengan status positif, sebabnya telah banyak orang yang melebelkan Covid-19 sebagai salah satu penyakit yang sangat buruk. Tentunya setiap orang tak menginginkan dirinya disebut sebagai pasien yang positif covid-19.

Untuk itulah tetap berada di rumah,dengan melakukan hal-hal produktif dengan  Kerja dari rumah, berkumpul bersama keluarga, mengikuti kajian/diskusi serta seminar online yang diselenggarakan oleh komunitas tertentu, Dan belajar. Agar segera kita bisa mengakhiri dari zona ini.

Tentunya sehat itu bukan apa-apa tapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti apa-apa. untuk merindukan Maluku Utara yang sehat dari covid-19 maka mulailah hidup sehat dari diri sendiri, sehat demi masyarakat, bangsa dan negara. 

Modal terbesar kita adalah Kesadaran Bersama.

Filosofi bangsa kita adalah filosofi bangsa satu-bangsa yang kuat dan bukan bangsa yang lemah. segalanya di lakukan bersama-sama, maka, mari BABARI untuk menyelesaikan PANDEMI COVID-19 untuk kita semua yang lebih baik.

Terima kasih. 

Salam sehat dari negeri Matahari Terbit, Timur Jauh.


Waktu Jum'at  01 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun