Mohon tunggu...
Putu Anisa Gayatri
Putu Anisa Gayatri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha

Saya merupakan mahasiswa S2 Akuntansi yang gemar menulis baikl fiksi maupun non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Waspada Kehadiran Aplikasi Temu, UMKM Lokal Siapkan Strategi dalam Menjaga Keberlanjutan

10 Desember 2024   14:06 Diperbarui: 10 Desember 2024   14:06 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk perdagangan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Salah satu inovasi terbaru adalah kehadiran aplikasi Temu, sebuah platform berbasis digital dari Cina yang menghubungkan konsumen langsung dengan produsen barang. Dengan menawarkan harga kompetitif dan beragam produk, aplikasi ini berhasil menarik perhatian konsumen Indonesia. Namun, keberadaan aplikasi ini juga menghadirkan tantangan besar bagi UMKM lokal yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Sekilas Tentang Aplikasi Temu

Temu merupakan aplikasi yang didukung perusahaan asal China PDD Holdings dengan kantor pusat yang berada di Boston, Amerika Serikat (AS). Aplikasi Temu sudah resmi beroperasi sejak September 2022. Menurut data dari Statista, aplikasi Temu sudah diunduh lebih dari 30 juta kali sejak dirilis pada 2022. Sama seperti platform e-commerce lainnya, aplikasi Temu memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori. Aplikasi Temu hadir platform perdagangan digital yang mengadopsi model direct-to-consumer (D2C). Transaksi di aplikasi Temu menerapkan konsep berjualan tanpa seller, reseller, dropshipper, maupun affiliator. Ini artinya, tidak ada komisi berjenjang sehingga barang yang dijual menjadi jauh lebih murah. Namun, harga murah ini seringkali didukung oleh impor massal dari luar negeri, yang pada akhirnya dapat menekan daya saing UMKM lokal.

Saat ini aplikasi Temu sudah beroperasi di lebih dari 40 negara seluruh dunia. Temu juga sudah menembus pasar AS di bulan yang sama sejak peluncurannya. Temu juga sudah berhasil masuk di Australia, Selandia Baru, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, dan Inggris. Aplikasi ini juga telah melakukan ekspansi ke wilayah Asia Tenggara yaitu Malaysia dan Thailand, Indonesia juga menjadi salah satu negara sasarannya. Namun, di Indonesia sendiri aplikasi Temu nampaknya sudah dilarang masuk oleh pemerintah karena dampaknya yang buruk terhadap perkembangan UMKM. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Menkominfo Budi Arie yang menyatakan telah memblokir aplikasi Temu di Indonesia. Walau demikian, UMKM harus tetap waspada terhadap dampak dari aplikasi Temu ini dan menyiapkan strategi untuk dapat bersaing. Mengingat regulasi pemerintah dapat saja berubah sewaktu-waktu.

Dampak Aplikasi Temu terhadap UMKM Lokal

1. Kompetisi Harga yang Tidak Seimbang

Harga murah yang ditawarkan oleh aplikasi Temu menciptakan persaingan yang tidak seimbang. UMKM lokal seringkali menghadapi tantangan dalam menekan biaya produksi karena keterbatasan modal dan skala usaha yang lebih kecil. Sebaliknya, produk impor yang ditawarkan di aplikasi Temu sering kali berasal dari produsen besar yang mampu menjual dalam jumlah besar dengan biaya rendah. Situasi ini membuat produk lokal kurang menarik di mata konsumen yang lebih mementingkan harga murah.

2. Penurunan Daya Tarik Produk Lokal

Kehadiran aplikasi seperti Temu dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk lokal ke produk impor yang lebih murah. Hal ini dapat berdampak pada penurunan loyalitas terhadap produk-produk buatan UMKM, meskipun kualitasnya sebanding atau bahkan lebih baik. Dalam jangka panjang, ini dapat melemahkan posisi UMKM sebagai pemain penting dalam ekonomi lokal.

3. Erosi Identitas Lokal

Produk-produk UMKM sering kali mencerminkan identitas budaya dan lokalitas yang unik. Dengan dominasi produk impor yang seragam, keberagaman budaya dalam produk lokal terancam memudar. Hal ini menjadi tantangan tidak hanya bagi ekonomi, tetapi juga bagi pelestarian warisan budaya Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun