Mohon tunggu...
Anisa
Anisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Anisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Balai

27 April 2024   16:53 Diperbarui: 29 April 2024   11:18 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andung hanya membalas dengan senyuman yang kemudian disusul tawa kami bertiga.

***

Ba'da dzuhur, acara akan dimulai. Aku sudah bersiap dengan gamis putih dan hijab yang senada. Para tetamu yang rata-rata adalah sanak saudara dan tetangga dekat kami, beserta kumpulan nasyid sudah memenuhi ruang tamu. Teman-teman sekolahku juga turut hadir untuk memeriahkan majlis. Emak dan Andung duduk di sebelahku, sementara di hadapanku, sudah disediakan kitab suci Al-Qur'an dan juga bunga balai yang disiapkan tadi.

Salah satu anggota kumpulan nasyid mulai membacakan muqaddimah setelah mengucapkan salam. Dilanjutkan dengan pembacaan gema wahyu Ilahi, barzanzi dan lagu berkhatam.

Aku merasa terharu mendengar lagu berkhatam yang disenandungkan bersamaan dengan tepukan rebana. Kulirik Emak dan Andung yang duduk di sebelahku, kemudian tersenyum. Lalu kupandangi Ayah dan Abidah yang duduk agak jauh dari kami, mereka pun turut tersenyum padaku.

Setelah rebana berhenti ditabuh, masuklah ke inti acara, yaitu berkhatam. Dimulai dengan Emak yang membacakan surah Ad-Dhuha. Guru mengajiku adalah Emak, tapi terkadang juga Ayah, saat Emak sedang sibuk atau berhalangan. Kemudian, tibalah giliranku yang membacakan surah Ad-Dhuha sampai An-Naas dengan bacaan yang fasih dan lancar. Setiap selesai membaca satu surah, maka yang lain mengiringi dengan bacaan tahlil dan takbir.

Setelah acara berkhatam selesai, lalu dilanjutkan dengan do'a khatam Al-Qur'an. Kemudian acara upah-upah dengan tepung tawar dan bunga balai. Dimulai dari Andung, sebab Andung yang paling tua. Baru nanti diikuti dengan Ayah, Emak, serta sanak saudara dan yang lainnya.

Andung merenjiskan air wangi di telapak tangan ku dan menaburkan bertih, lalu mengangkat balai ke atas kepalaku dan membacakan shalawat. Kemudian menyuapkan pulut kuning dengan secuil ayam dari balai padaku. Setelah itu, kusalami tangan Andung dengan takzim.

"Ulung, sembahyang jangan tinggal, ya. Baca Qur'an, untuk terangkan hati," lirih Andung sambil memeluk dan menciumku.

*Andung: sapaan nenek bagi orang Melayu

*Ucu: sapaan untuk adik bungsu dari Ayah atau Ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun