Mohon tunggu...
Anisa Khoiriah
Anisa Khoiriah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menyoroti Pendidikan Anak di Usia Dini pada Masyarakat Sekitar

6 Juni 2016   11:38 Diperbarui: 6 Juni 2016   11:48 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi yang kita ketahui bersama saat ini, bahwa Pendidikan anak usia dini kerap kali diabaikan oleh beberapa orang tua, mungkin karena kesibukan dalam bekerja, atau ketidaktahuan metode mendidik anak di usia dini juga bisa menjadi alasan banyaknya anak usia dini mengalami kegagalan dalam didikan, terlihat dari banyaknya tindakan kenakalan di luar batas kewajarannya dalam bertingkah laku.

Padahal ketika kita mengetahui bersama pula, bahwa sukses tidaknya orang tua dalam mendidik anak dalam usia dini akan menentukan masa depan keluarga dan bangsanya kelak, karena urgensi yang tidak bisa dielakkan ini, banyak sekali institusi-institusi baik formal ataupun nonformal yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan anak usia dini di jaman sekarang.Anak usia dini jika digolongkan umur kira-kira sampai anak menjelang masuk SD atau dapat dilihat lebih lanjut pada pasal 1 ayat 14 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional yang menyatakan “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan penddikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”,

Disini, saya akan menyoroti pendidikan anak usia dini secara informal ketika dirumah, karena bagi saya, PAUD yang didirikan secara kelembagaan adalah untuk menggantikan fungsi orang tua kala bekerja ataupun memenuhi aspek social pada diri anak yang sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri dirumah. Adapun aspek yang harus dipenuhi dalam mendidik anak diusia dini adalah aspek kegamaan yang pertama, aspek intelektual, social, emosi dan fisik. Saya akan mengerucutkan pada aspek keagamaan, karena saat ini banyak sekali orang tua yang sudah berhasil menanamkan aspek kesemuanya itu kecuali aspek keagamaan.

Kondisi ini saya alami saat saya KKN diperbatasan Kalimantan, anak-anak yang secara intelektual sangat mudah diupgrade tetapi secara keagamaan sangat minim, kebetulan desa yang saya diami ini semua beragama islam, jadi saya akan membahas lebih kepada sudut pandang keislaman, sesampainya disana saya melihat ada masjid yang dengan gagahnya berdiri tetapi sepi jama’ah, hanya ada beberapa orang tua yang selalu setia mendatangi masjid kala mendengar adzan, sedang anak-anaknya bermain di lapangan sepak bola atau nongkrong di warung kopi dekat masjid, kebiasaaan ini tentunya sudah tertanam dari diri mereka sejak kecil, herannya lagi TPA yang seharusnya bisa dijadikan sarana penanaman pribadi qur’ani sama sekali tidak ada jika tidak ada KKN yang mengunjungi desa mereka. Akhirnya saya putuskan bersama teman-teman satu kelompok untuk memperbaiki ini dari nol lagi walaupun kami sadar bahwa keberhasilan ini butuh kontinuitas.

Beberapa hari kami disana, semakin miris ketika melihat segerombolan anak kecil bermain hp dan memainkan beberapa game, setelah saya dekati, game yang dimainkan adalah game gambar porno wanita asia yang dengan indahnya ditonton oleh anak-anak di usia mereka, belum lagi anak kecil yang bermain alat kelamin temannya kala sekolah, saya melihat jika kondisinya seperti ini, pihak yang akan saya salahkan pertama adalah orang tua. Kurangnya perhatian dan pemantuan dapat menjadikan kondisi anak seperti diatas, juga bisa karena kurangnya keteladanan sebagai umat beragama dari orang tua juga bisa menjadi alasan utama anak mengalami kondisi itu.

Mendidik anak adalah sarana untuk bersyukur, sarana memiliki tauhid yang benar, mendidik anak untuk menjadikan mereka generasi yang sehat dan cerdas dari generasi sebelumnya, serta memiliki kepedulian social yang tinggi. Oleh karena itu sebagai orang tua atau calon orang tua, alangkah lebih baiknya jika aspek keagamaan pada anak dapat ditanamkan lebih utama dengan tidak mengesampingkan pemenuhan aspek-aspek yang lainnya. Mengajarkan bagaimana sholat yang sesuai dengan tuntunan Rasul, mengajarkan bagaimana membaca alqur’an, mencontohkan akhlaq yang terpuji, memberikan komunitas yang baik dan sehat untuk mereka dan masih banyak lagi. Yuk perbaiki generasi anak-anak kita!!!

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun