Tak pernah terbayang dalam benak Bagas akan melihat sosok perempuan jangkung berkulit putih seputih porselen,dengan tubuh dibaluti seragam sekolah serta rambut yang terurai sepunggung dan menutupi wajahnya,sedang meringkuk menangis di halte depan sekolah pukul 11 malam.
Tadinya Bagas ingin membelikan pesanan ibunya ke minimarket yang dekat dari sekolah dan tak menyangka akan bertemu sosok di seberang jalan tersebut.
Berbagai macam pertanyaan melayang dalam otak Bagas,seperti apa yang dilakukan perempuan itu pukul 11 malam? Apakah dia manusia? Atau sejenis setan seperti di film-film?
Ketika Bagas hanyut dalam pikirannya,terdengar isakan dari perempuan itu yang semakin keras,membuat sekujur tubuh Bagas merinding dibuatnya.
Bagas pun memutuskan untuk pergi,sebelum mendengar racauan perempuan di seberang jalan. Niat nya pun ia urungkan dan memutuskan berjalan mendekati sosok jangkung itu.
Menyadari presensi Bagas,perempuan itu mendongakkan kepala melihat sosok yang berdiri 1 meter di depannya,menatapnya dengan tatapan takut sekaligus khawatir. Sebuah pertanyaan terlontar dari bibirnya.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa kamu pikir aku setan?",tanyanya dengan sedikit isakan.
Ada helaan napas lega dari bibir Bagas."Percayalah siapapun akan berpikir begitu melihatmu".
Gadis itu mencebik mendengarnya.
Bagas berjalan mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya,
"Kamu kenapa? Sudah malam bukannya di rumah malah nangis disini".
"Bukan urusan kamu",jawabnya judes.
Bagas menghela napas,
"Orang tuamu pasti cemas,sebagai pria yang baik tentu aku peduli",ujarnya dengan tampang menyebalkan.
Gadis itu memutar bola matanya malas.
Setelahnya keheningan melingkupi mereka berdua,mereka sama-sama diam sebelum si perempuan berujar,
"Aku habis berantem sama orang tuaku,makanya aku nggak pulang",ujarnya sedih.
Ada helaan nafas,
"Huhh,kalau kamu ada masalah terlebih sama orang tua ya selesain baik-baik,bukan kabur kek gini"
"Aku gak kabur"
"Nggak pulang,sama aja kan?"
Si gadis tertunduk,tidak tau harus menjawab bagaimana.
Bagas menoleh menatapnya.
"Lebih baik kamu pulang sekarang,ini udah malam,gak baik perempuan di luar malam-malam. Selesain masalah kamu sama orang tuamu,jangan kabur-kaburan kek gini",nasihat Bagas panjang lebar.
Si perempuan menoleh dan menatap Bagas,untuk sesaat pandangan mereka bertemu sampai si perempuan memutus kontak mata mereka dengan gugup.
"Emm,yaudah aku mau pulang dulu"
"Ehh tunggu dulu,nama kamu siapa? Kamu sekolah di sini kan? Kok aku gak pernah liat kamu?",Bagas bertanya.
"Aku Bethari,dari kelas 11 IPA 2,aku memang jarang keluar kelas sih".
"Owhh"
Kemudian Bagas memasang muka angkuh,
"Aku yakin kamu kenal aku,anggota inti basket sekolah kita",ujarnya songong.
Si perempuan memutar mata,lagi,
"Gak tau tuh,yaudah aku duluan".
Akhirnya Bethari pergi meninggalkan Bagas yang melongo dengan jawaban terakhirnya. Bagas tak menyangka,gadis yang tadi menangis seperti hantu di tengah malam bisa berubah begitu cepat menjadi wanita yang begitu judes padanya. Meninggalkannya di depan halte sekolah pukul 11 malam,sendirian.
Setelah pertemuan tak disengaja itu,keadaan tak lagi sama.
Mereka yang awalnya tak saling kenal,menjadi sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Yaa walaupun dengan sedikit pertengkaran-pertengkaran kecil,tapi semuanya terasa menyenangkan ketika mereka berdua,hanya berdua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H