Mohon tunggu...
Anisa Aulia Rahma
Anisa Aulia Rahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswi MTsN Padang Panjang

Hobi: mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat yang Tak Sampai

16 April 2024   07:07 Diperbarui: 16 April 2024   07:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Biasanya akan terdengar panggilan dari kamar tengah itu . Namun malam itu , tak da satu pun suara panggilan dari kamar opa .

Sejak pertengahan bulan mei hingga pertengahan juni opa terkapar lemah dikasurnya . Opa  tak dapat bicara , ia akan memanggil dengan suara pukulan sendok ke kaleng roti .

Malam pukul setengah sepuluh ,aku tinggal berdua dengan kakak ku . Ibu dan adik ku sedang berada dirumah tante ku yang masih satu komplek dengan ku . Ayah sudah tiga puluh menit yang lalu pergi .

Ntah firasat apa yang dirasakan oleh kakak ku . Selesai makan dia menyuruh ku untuk melihat kamar opa . "Dek kok opa gak manggil ya ? " tanya nya dengan muka penasaran .
"liat dulu ya kak " jawab ku sambil menuju kamar .

Ketika aku masuk kamar opa ,aku melihat opa yang sudah hampir tidak sadarkan diri . Tanpa pikir panjang aku berlari keluar ,menyuruh kakak ku untuk melihatnya dan tak lupa aku berlari menuju rumah tante ku . Setiba dirumah tante aku tak langsung mengatakannya pada ibuku . Aku hanya memintanya pulang.  

Saat sudah berada dirumah terdengar suara tangisan kakak ku dari kamar opa .
" iibuuuk , cepat buk kenapa opa ni buk " kakak ku berkata dengan suara yang bergetar .  " opa ,pa ,paaaa , pa bangun pa " tangisan ibuku mulai keluar .

Aku tak tau harus berbuat apa . Aku menyuruh adikku untuk memanggil tanteku . Tak lupa aku menyuruh ayahku pulang dan menelepon seluruh keluarga besar ku .

Jam sudah menunjukkan angka setengah sebelas ,aku yang tadi tidak menangis kini ,akulah yang paling deras tangisannya . "Udah kak , bantu opa biar dia tenang " abang ku berkata menenangkan ku .
Aku terduduk disebelahnya dengan membaca alquran terbata bata . Tubuhku bergetar ketika melihat mata opa di tutup untuk terakhir kalinya.

Tepat jam sebelas malam , opa menghembuskan nafas terakhirnya . Ia pergi dengan semua kenangannya .Tak ada lagi tempatku bercerita . Hilang ,kini ia pergi untuk selamanya .

Pada tanggal 9 juni,  aku masuk ke kamar opa bersama kakak ku . "Opa mau ngomong apa " kakak ku memulai pembicaraan.  
Opa berkata dengan isyarat tangannya.  Ia meminta ku untuk mengambil pena dan selembar kertas . "Bentar ya  pa ,biar diambil dulu " aku berkata dan lalu pergi mengambilnya.

Ia menulis di kertas tersebut dengan tangan yang bergetar . Perlahan aku melihat kertas itu . Tak sanggup ,ketika membacanya perlahan air mataku keluar , aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut. Tak ingin opa melihat ku menangis .

Isi surat yang ia tuliskan
        , , 12 . , . , .

, .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun