Mohon tunggu...
Anisa Aulia
Anisa Aulia Mohon Tunggu... Editor - Nisa

instagram: anisa.auliaaa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan

28 Desember 2021   17:45 Diperbarui: 28 Desember 2021   17:47 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Perkenalkan, namaku Raini. Aku suka hujan, bagiku bermain hujan adalah hal yang paling nikmat, selain itu hujan juga membawaku untuk menemukan sosok kebahagiaan yang sebenarnya, kebahagiaan itu ialah Rian. Hujan telah mempertemukan kami berdua sehingga kami selalu mengukir peristiwa terindah dalam hidup. Akan tetapi semuanya telah berubah, kini hujan tidak turun lagi dan dia pun hilang entah ke mana.

Kemudian aku pergi mencarinya untuk memastikan bahwa dia baik baik saja. Namun, tiba-tiba Ibu menghampiriku dan meminta untuk menggantikan perannya karena dia ingin menjenguk temannya yang sakit.

"Nak, tolong antar adik mu ke sekolah ya, selepas itu antar pesanan barang untuk teman Ibu, hari ini Ibu dikabarkan bahwa Nenek sakit dan Ibu ingin menjenguknya," pinta Ibuku.

"Baik bu," ucapku.

Lalu aku pergi untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Ibu.

***

Keesokan harinya.

Aku bergegas dan pergi ke rumah dia, tiba-tiba saat di rumahnya aku melihat dia dengan perempuan lain terlihat keduanya sedang bercumbu mesra, tidak berpikir panjang aku langsung menghampiri nya.

"Siapa wanita itu? mengapa terlihat akrab sekali dengannya?" tanyaku

"Ra diam! Apa kamu tidak bisa mengucap salam terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah orang?" ujar dia

Seketika aku terkejut mendengar dia berbicara dengan nada tinggi padaku. Aku langsung beranjak pergi dari hadapannya sembari menangis, sebab jika ku menangis di depan nya pasti dia akan memarahiku.

Aku menangis di taman tempat favorit ku dengan dia saat itu, tidak disangka ternyata dia mengikuti ku.

"Ra," ucapnya.

"Kamu mengapa mengikuti ku dan siapa wanita itu?" tanyaku sembari menghapus air mataku.

"Kamu tidak perlu tahu wanita itu, yang harus kamu tahu kita cukup sampai sini saja" ujarnya.

"Apa? Maksud kamu kita putus? Tetapi apa salah ku?" tanyaku.

"Aku bosan denganmu, lebih baik kita putus saja," jawabnya.

 

Setelah berbicara, dia langsung bergegas pergi dan meninggalkanku.

Mendengar kalimat putus yang diucapkan oleh dia, membuatku tak berdaya untuk berkata-kata hatiku sangat hancur.

***

Sebulan kemudian

Semenjak aku putus dengannya aku tidak lagi menyukai hujan, aku tak ingin melihat hujan turun lagi sebab hujan membuatku teringat akan kenangan aku dengan dia.

Kini aku harus berteman dengan kesendirian, berdamai akan kesepian, dan menerima hadirnya kesunyian. Masih teringat jelas bayangnya, senyumnya dan wajahnya di kepalaku. Lalu aku harus apa jika merindukan dia? Kemungkinan besar dia tidak akan rindu lagi padaku.

Tetapi aku harus menerima kenyataan bukan? Bahwa dia bukanlah milikku lagi dan tak perlu mengingat nya sebab dia juga tidak akan pernah kembali padaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun