Seni pertunjukan akan tetap bertahan dan berkembang dalam kehidupan masyarakat pendukungnya, apabila masih dibutuhkan dan memiliki fungsi sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat (Wulandari, 2007: 148). Di Palembang masyarakatnya menggunakan tari Tanggai sebagai kebutuhan sosial dalam konteks menyambut tamu dan memulai acara resmi ditandai dengan penyajian tari Tanggai di awal acara. Pertunjukan tari Tanggai eksis di Palembang karena keberadaan masyarakatnya menjalin sistem kekerabatan dengantamu yang datang dari dalam maupun dari luar Palembang melalui komunikasi seni tari. Fungsi utama tari Tanggai di Palembang sebagai sarana hiburan pribadi dan tontonan. Sedangkan fungsi sekunder tari Tanggai sebagai legitimasi pertanda acara dimulai dalam acara resmi maupun tidak resmi.
Seringkali masyarakat Palembang memberi pernyataan bahwa acara yang dibuka dengan pertunjukan tari Tanggai adalah acara yang meriah dan memberi hiburan bagi penonton yang datang atau bertamu. Di Palembang sudah menjadi legitimasi bagi masyrakat yang punya hajatan besar khusunya dalam acara Munggah pesta pernikahan disajikan tari Tanggai di awal acara setelah pengantin menuju mahligai kursi pelaminan, Fungsi tari Tanggai pada acara Munggah untuk merayakan pesta pernikahan. Tidak meriah rasanya jika tidak disajikan tarian Tanggai di awal acara. Acara Munggah merupakan puncak rangkaian acara dalam perkawinan adat Palembang dilakukan di rumah kediaman keluarga pengantin wanita, dihadiri oleh pihak keluarga kedua mempelai juga dihadiri oleh para tamu undangan untuk berpesta. Munggah memiliki makna bahwa prosesi Munggah dimaksudkan agar kedua pengantin menjalani hidup berumah tangga selalu seimbang atau timbang rasa, serasi, dan damai. Fungsi tari menurut Jazuli (1994: 43) adalah sebagai berikut:
- Tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan atau pemujaan terhadap kekuatan gaib yang banyak digunakan oleh masyarakat yang memiliki kepeercayaan animisme (roh-roh gaib), dinamisme (benda-benda yang mempunyai kekuatan), dan totemisme (binatang-binatang yang dapat mempengaruhi kehidupan) yang disajikan dalam upacara sakral ini mempunyai maksud untuk mendapatkan keselamatan atau kebahagiaan. Fungsi tari sebagai sarana upacara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu untuk upacara keagamaan, upacara adat berkaitan dengan peristiwa alamiah, dan upacara adat berkaitan dengan peristiwa kehidupan manusia
- Tari sebagai hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititikberatkan bukan pada keindahan geraknya, melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya merupakan tarian pergaulan atau social dance. Pada tari hiburan ini mempunyai maksud untuk memberikan kesempatan bagi penonton yang mempunyai kegemaran menari atau menyalurkan hobi dan mengembangkan keterampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekankan nilai seni (komersial)
- Tari sebagai pertunjukan, yaitu tari yang bertujuan untuk memberi pengalaman estetis kepada penonton. Tari ini disajikan agar dapat memperoleh tanggapan apresiasi sebagai suatu hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada mata dan hati penontonnya, oleh karena itu, tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolong sebagai seni pertunjukan/tontonan adalah tergolong performance, karena pertunjukan tarinya lebih mengutamakan bobot nilai seni dari pada tujuan lainnya
- Tari sebagai Media Pendidikan, yaitu tari yang bersifat untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif.
SIMPULAN
Tari Tanggai merupakan tari penyambutan tamu yang ada di kota Palembang. Tari Tanggai mencerminkan masyarakat Palembang yang ramah dalam menyambut tamu. Tari Tanggai dibawakan oleh para perempuan yang berjumlah ganjil, dikarenakan salah satu penari menjadi primadona dan membawa tepak berisi sekapur sirih yang diberikan kepada tamu kehormatan.
Tari Tanggai terinspirasi dari salah satu bentuk adat yang ada di Palembang yaitu adat rasan tuo. Adat rasan tuo merupakan perjodohan yang dilakukan oleh para orang tua dengan cara berembukuntuk anak laki-lakinya. Oleh karena itu tari Tanggai tidak ditarikan oleh laki-laki, tetapi ditarikan oleh para perempuan.
Busana yang di gunakan dalam tari tanggai ada tiga yaitu Aesan Gede, Aesan Gandik, dan Aesan Paksangko. Tetapi pada pelaksanaan nya sekarang melihat tempat dan kondisi dan tempat di pertunjukannya Tari Tanggai. Karena ketika tari Tanggai ditampilkan di acara pernikahan, maka busana yang digunakan biasanya Aesan Gandik atau Aesan Paksangko, karena busana Aesan Gede dipakai oleh pengantin. Gerak keseluruhan yang ada pada tari Tanggai mempunyai makna sebagai penyerahan diri manusia kepada sang Pencipta. Gerak yang ada pada tari Tanggai merupakan gerak-gerak yang mengalir dan menampilkan suasana keagungan dan kemegahan untuk mengenang pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya.
REFERENSI
Katungga, Gabriella Saras. (2019). "Makna Gerak Tari Tanggai Di Kota Palembang Sumatera Selatan"Â
file:///C:/Users/asus/Downloads/2644-7683-1-PB-1.pdfÂ
Hera Treny. (2020). "Fungsi Tari Tanggai Di Palembang"
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/article/view/7849