Namun, aura tidak nyaman sejak pertama kali melihat musium ini memang tidak pernah mau hilang. Apalagi ketika saya berada di ruang tengah ini. Memang, benda-benda bersejarah mempunyai aura mistis yang tak terdefinisikan (sok ngerti banget). Untuk perahu ini, saya hanya memotret dari belakang, ya, karena ada aura yang tidak mengenakkan hati.
Gerbong Maut
Ternyata dugaan saya tepat. Aura tersebut datang dari gerbong maut. Dari namanya saja sudah menyeramkan, apalagi jika masuk ke dalam gerbong tersebut. Okelah, jujur saya saya tidak berani masuk, jangankan masuk, melongokkan kepala ke dalam gerbong saja tidak berani.
Saya tegaskan sekali lagi kalau bukan penakut, namun berada di sekitar gerbong membuat bulu kuduk saya semakin merinding (sebenarnya masuk saja sudah merinding, berhubung banyak orang, maka masih mendingan). Sebenarnya ada apa dengan gerbong itu? Sampai bulu kuduk saya merinding hebat.
Â
Nomor Gerbong Maut
Setelah mengelilingi gerbong, saya mendapati sebuah tulisan yang menerangkan tentang gerbong tersebut. Gerbong barang dengan nomor GR 10152 tersebut adalah salah satu gerbong yang pada tanggal 23 September 1947 jam 2 pagi, mengangkut tawanan dari penjara Bondowoso menuju Surabaya. Ada 3 gerbong, berarti diperkirakan satu gerbong memuat 33 orang.
Saya dapat membayangkan bagaimana gerbong yang demikian sempit, mengangkut para pejuang Indonesia dengan perjalanan yang lumayan lama. Karena berdesak-desakan dan jendelanya tertutup rapat selama dalam perjalanan, mengakibatkan banyak pejuang yang meninggal. Hiii.
Tulisan pada gerbong maut