Mohon tunggu...
Anisa Zhafira
Anisa Zhafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa DMKP Fisipol UGM

-

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kreatif, Ibu Ibu di Kampung Wisata Cikadu Sulap Sampah Wisatawan menjadi Uang

30 Juli 2021   13:32 Diperbarui: 30 Juli 2021   13:51 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung Cikadu merupakan salah satu kampung di Desa Tanjungjaya yang menjadi  desa wisata karena banyak dikelilingi pantai-pantai nan indah di sekitarnya. Dengan berbagai aktivitas masyarakatnya yang notabene didominasi oleh para pengrajin seperti kerajinan bambu, batok kelapa, batik, dan adanya kelompok kuliner tentu menyebabkan volume sampah  meningkat. Ditambah lagi dengan banyaknya wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata di sana sehingga turut menyumbang jumlah sampah di kawasan tersebut.

Dilatarbelakangi oleh semangat ibu-ibu berjumlah sekitar 10 hingga 15 orang, pada tahun 2019 dibentuklah Kelompok Kerajinan Bank Sampah di Kampung Cikadu. Kelompok kerajinan ini merupakan kelompok informal yang dibentuk karena inisiasi masyarakat untuk dapat memanfaatkan sampah dan mengisi waktu luang mereka. Dengan bermodalkan video yang ada di youtube para ibu ibu ini berkumpul di salah satu tempat atau joglo yang ada di Kampung mereka untuk melakukan berbagai kegiatan dalam membuat kerajinan dari sampah yang telah mereka kumpulkan sebelumnya

Kegiatan yang pernah mereka lakukan seperti mengumpulkan sampah dari rumah-rumah warga dan warung-warung di sekitar rumah yang kemudian ditimbang dan dipilah menurut jenisnya. Setelah itu, mereka mulai mendaur ulang sampah-sampah tersebut menjadi produk kerajinan seperti tas, dompet, tatakan piring, dan lain sebagainya. Kerajinan tangan tersebut yang terbuat dari bahan sampah plastik minuman kemasan gelas dan sachet ini mereka jual ke warga sekitar  hingga wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Tanjungjaya. 

"Harga tas dan dompet ini dijual bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga 100 ribu rupiah" Ungkap salah satu perwakilan Kelompok Kerajinan Bank Sampah di Kampung Cikadu bernama Ibu Uum ini melalui telewicara yang dilakukan oleh Tim KKN PPM UGM Desa Tanjungjaya Tahun 2021 (17/07/2021)

 Berdasarkan pengakuannya, Ibu Uum mengungkapan bahwa mereka masih mengalami kendala dalam hal pemasaran produk. Selama ini mereka mempromosikan produk secara konvensional yaitu melalui word of mouth atau mulut ke mulut. Berbagai cara juga telah mereka upayakan seperti menjual produk melalui whatsapp hingga account facebook mereka. Selain itu mereka juga mengikuti beberapa acara besar yang diselenggarakan oleh desa untuk memamerkan produk mereka sehingga bisa menarik wisatawan untuk membeli. 

Sayangnya, aktifnya kegiatan kelompok kerajinan daur ulang sampah ini terjadi sebelum pandemi covid-19 datang melanda. Saat ini, kegiatan yang dilakukan tidak dapat berjalan seperti sedia kala karena adanya beberapa hambatan seperti akses yang jauh untuk mendapatkan bahan pendukung pembuatan kerajinan hingga berkurangnya target pasar mereka yaitu wisatawan akibat adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi mobilitas masyarakat.  Meskipun demikian, kelompok ibu ibu kerajinan daur ulang sampah ini masih berkumpul untuk mengadakan arisan mingguan dan berbagai kegiatan yang lain. 

Melalui salah satu program yang diusung oleh Tim KKN PPM UGM Desa Tanjungjaya Tahun 2021, mereka mencoba membantu Kelompok Kerajinan Bank Sampah Cikadu ini dalam mengembangkan usaha mereka yaitu melalui pendampingan dan pembuatan modul dengan judul "Modul Pengembangan Kewirausahaan Kelompok Kerajinan Bank Sampah Cikadu " dengan harapan dapat membantu mereka dalam mengembangkan kegiatan, inovasi produk, hingga membantu dalam menyusun  strategi yang tepat dalam pemasaran produk dari kerajinan yang telah mereka hasilkan.   

Selama ini mereka menghasilkan karya kerajinan tangan didukung dengan peralatan dan bahan sederhana seperti gunting, cutter, jarum jahit, benang sol, resleting, hingga gantungan tali tas untuk mempercantik kerajinan tangan yang telah  mereka buat. Dengan didukung oleh beberapa pihak seperti kepala desa hingga kepala kecamatan, dan adanya semangat dan kekompakan dalam diri mereka yang telah dibangun, kelompok kerajinan ini berharap agar usaha yang coba mereka lakukan beberapa tahun terakhir ini selain dapat mengurangi sampah wisatawan dan sampah plastik yang ada di kampung mereka juga turut serta dalam menambah pendapatan sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun