Mohon tunggu...
Anisa Putri
Anisa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi//Penulis

Berani bermimpi harus berani mencoba, memiliki keberanian untuk mewujudkan impian, Jika tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah seseorang yang selalu berbuat dan bertindak kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibunda

5 Mei 2024   19:18 Diperbarui: 5 Mei 2024   19:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Karya : Anisa Putri

Jiwa teduh ibunda, membagi setiap tetes air matanya, menuju ke samudera terluas, memberikan segala asmaraloka kepada yang dicintainya.


Pada setiap kelok dan rusuk tubuhnya,  keliling pinggang tak padam-padam, mungkin juga ibunda mengantuk dalam putaran waktu yang begitu saja


Senarai gempita, tapi yang kutemukan hingar bingar melunak sayu di mata kirinya. Sukma mega sengaja bunda eja, berpendar, tertegun mendebar seisi alam raya melihatnya.

Dulu air susu berseru menjadi kolam cahaya pada malam-malam purna, bunda bernaung doa di malam raya, mengemis, meminta agar cintanya bahagia.


Ibunda memintal lara menjadi musim merebah senyapkan jiwa, walau laranya tandus merindu derai-derai hujan yang tak putus.

Dibungkus apik dalam lamunan, padahal rasa lelah dan perjuangan berperang sengit diakal. Tak ada jawaban atas rindu ibunda kepada Tuhan selain bersimpuh dan mengadu. 

Tersembunyi di balik candaan, semoga dunia tak ambil senyum mu. Demi meredam derasnya arus kekecewaan tetes air mata ibunda ukir menjadi kebahagiaan. 

Mencegah kobaran api membara, namun hati ibunda hangus sudah jadi bara, tapi tetap saja cahaya bunda tampakkan.

Sajak nya belum selesai, ibunda tak pernah labuhkan kata-kata parau erang yang kelihatan gersang, seirama hening dijadikannya bahasa untuk meredam emosi. 

Mengukir bening adiwarna walau terkadang sesekali terlihat bercak air mata dan darah mengalir disukmanya. Kata-kata rapuh selesai begitu saja, setiap kali ibunda bersikeras memberikan sesuatu yang kadang tak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun