Mohon tunggu...
Anisa Y. N. A
Anisa Y. N. A Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19 Berdampak pada Pedagang Kecil

15 Januari 2021   20:30 Diperbarui: 15 Januari 2021   20:39 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Pedagang harus bisa mengkondisikan para pembelinya agar tidak membuat kerumunan, sehingga antrian menjadi tertib.

            Dengan keadaan saat ini membuat harga pangan meningkat seperti cabe, bawang, tomat dan yang lainnya.

            Menurut pak jarwo virus corona ini meresahkan bagi pedagang seperti saya yang sebagai penjual cilok, sebelum pandemic saya berpenghasialan Rp.400.000, sedangkan ketika pandemic berlangsung pendapatan saya menurun hingga Rp.200.000. di karenakan di liburkan sekolah-sekolah jadi penghasilan saya menurun.

Selain bantuan dana hibah adapun bantuan sosial seperti sembako yang sedikit membantu mencukupi kebutuhan para pedagang. Covid-19 sangat berdampak sekali pada sector usaha masyarakat, khususnya masyarakat menengah kebawah yang saat ini sebagian dari mereka pendapatannya menurun lantaran tidak adanya pemasukaan karena saat ini permintaan terhadap produk yang mereka jual sangat berkurang, sedangkan penawaran terhadap kebutuhan rumah tangga si pelaku usaha tersebut sangat meningkat.

            Suryo menyebutkan ada tiga dampak besar pandemic covid-19 yang pertama adalah membuat konsumsi rumah tangga atau daya beli yang merupakan penopang 60 persen terhadap ekonomi jatuh cukup dalam. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS yang mencatat bahwa konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal 2019 ke 2,84 persen.

Dampak kedua yaitu pandemic menimbulkan adanya ketidakpastian yang berkepanjangan sehingga investasi ikut melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha.

Dampak ketiga adalah seluruh dunia mengalami kelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun dan exspor Indonesia kebeberapa negara juga terhenti. Berkembangnya UMKM di Indonesia tidak lepas dari faktor yang mendorong pertumbuhan majunya UMKM di Indonesia di antaranya, pemanfaatan sarana teknologi informasi dan komunikasi, meningkat peminjaman modal usaha, menurunnya tarif PPH final.

Meskipun begitu pelaku usaha UMKM memanfaatkan sumber daya lokal baik sumber daya manusia, sumber daya bahan baku, hingga peralatan. Artinya sebagian besar kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor.

Pertumbuhan tersebut dapat di katakan masih lambat karena beberapa faktor tersebut belum terlalu efektif, salah satunya dibagikan perpajakan usaha. Ditengah perkembangan UMKM yang belum terlalu baik di awal tahun 2020, UMKM di Indonesia kembali di uji dengan wabah covid-19 di tengah masyarakat Indonesia.

Dengan adanya UMKM ini bahwasanya tidak semua pedagang kecil mendapatkan bantuan UMKM itu sendiri karena tidak adanya kejelasan atau  kepastian terkait penyaluran UMKM itu dan tidak seutuhnya tersalurkan kepada pelaku UMKM itu tersendiri.

Seperti yang diwawancarai oleh tim Gramedia yaitu Yanti, pelaku UMKM di bidang makanan ayam goreng ini mengaku pernah mendaftar jadi calon penerima bantuan BLT untuk pemulihan UMKM tetapi sampai saat ini sudah mulai pencairan kedua ia masih belum menerima pemberitahuan apapun mengenai kejelasan statusnya menjadi penerima atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun