Oleh Aisyah Eka Susanti
 Â
  Siapa yang tidak mengenal sosok dengan slogan "Kerja Keras, Cerdas, Tuntas, Ikhlas"? Tokoh ini bukan hanya seorang pengusaha sukses, tetapi juga seorang pemimpin yang berkomitmen untuk menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat. Ia telah menciptakan lebih dari 30.000 lapangan kerja dan berperan penting dalam memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, terutama di masa sulit seperti pandemi COVID-19.
   Â
   Namun, perlu diketahui di balik kesuksesannya, terdapat kisah perjalanan hidup yang penuh liku-liku. Dari mengalami pemecatan hingga menjadi salah satu pengusaha terkaya di Indonesia, perjalanan hidupnya mengajarkan kita bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Beliau menjadi salah satu tokoh inspiratif di tanah air. Mari kita telusuri lebih dalam kisah inspiratif ini.
Sekilas terkait Sandiaga Salahuddin Uno.
   Sandiaga Salahuddin Uno lahir pada 28 Juni 1969 di Pekanbaru, Riau. Ayahnya bernama Razif Halik Uno, bekerja di perusahaan minyak Caltex (sekarang Chevron) di Riau, sementara ibunya, Rachmini Rahman, seorang pakar pendidikan kepribadian. Keluarga mereka memiliki latar belakang ekonomi yang cukup baik, memungkinkan Sandiaga mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sejak kecil, ia sudah dikenal sebagai sosok yang cerdas. Kecerdasan yang dimiliki Sandi tidak terlepas dari dorongan yang diberikan oleh ibunya.
  Setelah lulus SMA, Sandiaga Uno melanjutkan pendidikan di Wichita State University, Amerika Serikat, dan berhasil meraih gelar dengan predikat cumlaude. Setelah kembali ke Indonesia, ia bekerja di Bank Summa yang dimiliki oleh William Soeryadjaya. Berkat kinerjanya yang sangat baik, Sandiaga memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi ke George Washington University di Amerika Serikat. Ia memanfaatkan kesempatan tersebut dengan maksimal, hingga akhirnya berhasil meraih gelar M.B.A dengan IPK sempurna, yaitu 4.00.
Perjalanan Karir Sebagai Pengusaha.Â
   Sandiaga Salahuddin Uno memulai karirnya pada tahun 1993. Ia bekerja di Seapower Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi. Kemudian pada tahun 1995, Sandiaga pindah ke Kanada untuk bergabung dengan NTI Resources Ltd sebagai Executive Vice President, dengan gaji yang cukup menggiurkan.
  Â
   Namun, pada tahun 1997, krisis moneter Asia melanda, menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Beliau akhirnya memilih pulang ke Indonesia. Ternyata terdapat tantangan yang tak terduga. Dengan latar belakang pendidikan yang cemerlang dan pengalaman kerja internasional yang mengesankan, kenyataan berkata lain. Ia mengalami penolakan 25 perusahaan terkemuka.
   Bayangkan, seorang lulusan cum laude dari George Washington University dan mantan manajer investasi di perusahaan kelas dunia, harus mendengar kata "tidak" dari setiap pintu yang diketuknya. Ini adalah momen yang mengguncang keyakinannya dan menguji ketahanan mentalnya. Namun, alih-alih terpuruk, Sandiaga justru melihat situasi ini sebagai panggilan untuk bangkit. Ia menyadari bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru menuju kesuksesan.
   Dengan semangat juang yang tak padam, Sandiaga memutuskan untuk mengambil langkah berani dengan menciptakan peluangnya sendiri. Inilah saat di mana ia merintis jalannya sebagai pengusaha, membuktikan bahwa terkadang jalan menuju kesuksesan tidak selalu melalui pintu yang sudah terbuka, tetapi melalui keberanian untuk membuka pintu baru.