RESUME MATERI 1
LANDASAN BERPIKIR ILMIAH
 |||
NAMAÂ Â Â Â Â Â Â Â : NUR ANNISA SAFIRAH
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â : N011201065
GB Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 11
ANGKATAN Â Â : 2020
 Â
RESEP 2020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Â
Landasan Berpikir Ilmiah
 Tahukah Anda bagaimana konsep dan definisi dari Landasan Berpikir Ilmiah?
 Sebelumnya, harus kita ketahui pengertian dari definisi itu sendiri. Definisi adalah suatu batasan yang menjabarkan tentang suatu makna, isi ataupun keterangan dari sesuatu, baik itu berupa subjek, objek maupun kata sifat. Lalu seperti apa definisi dari landasan berpikir ilmiah?.  Landasan adalah dasar atau tumpuan yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan sesuatu. Sedangkan berpikir ilmiah adalah proses berpikir yang tersusun secara sistematis berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa landasan berpikir ilmiah adalah sesuatu yang dijadikan dasar dalam proses berpikir ilmiah.
 Adapun hal yang dijadikan landasan dalam berpikir ilmiah adalah:
- Logika yaitu hasil pertimbangan dari pemikiran-pemikiran dengan mengaitkan suatu hal dengan hal lain sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
- Analitik yaitu bagaimana kita menemukan hubungan antara suatu hal dengan yang lain dan memprediksi kemungkinan yang terjadi jika diambil sebuah kesimpulan.
 Dalam suatu proses perubahan, pembekalan selalu diawali dengan topik landasan berpikir ilmiah. Mengapa demikian?, karena perubahan dimulai dari cara berpikir yang logis, sistematis dan kritis dalam berbagai kondisi. Sebagai mahasiswa, berpikir ilmiah adalah hal yang sangat penting, dimana mahasiswa selalu dituntut untuk mampu menelaah keadaan sekitar dan memberi solusi dalam suatu permasalahan. Dalam menyelesaikan sebuah masalah, secara garis besar cara berpikir terbagi menjadi dua, yakni:
- Berpikir benar yakni berpikir dengan acuan objektif yaitu fokus kepada permasalahan dan menemukan solusi untuk masalah tersebut.
- Berpikir salah yakni berpikir dengan acuan subjektif yaitu menjadikan hal lain (manusia) dalam mempertimbangkan suatu kebenaran sehingga sulit menemukan solusi dan cenderung mencari pembenaran atas kesalahan tersebut.
 Manusia sebagai makhluk sosial juga diciptakan sebagai sebaik-baiknya makhluk di muka bumi. Namun terkadang sisi kemuliaan itu sendiri tidak nampak dari suatu tabiat individu. Hal ini tentu saja didasari oleh cara berpikir yang belum benar. Akal dan pikiran yang belum bekerja secara berkesinambungan membuat manusia sulit dalam mengontrol perilakunya. Dalam konsep pemahaman, akal dan pikiran adalah sesuatu yang berbeda akan tetapi saling berhubungan satu sama lain.
 Akal adalah anugerah dari Tuhan kepada manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yang digunakan sebagai kemampuan dalam membedakan hal yang benar dan yang salah. Sedangkan pikiran adalah kemampuan manusia dalam memandang suatu masalah, mengumpulkan informasi dan memberi suatu solusi yang tepat untuk sebuah permasalahan. Akal dan pikiran ini berasal dari dua hal yakni ilmu-ilmu yang telah didapatkan dan pengalaman hidup.
 Nah, berpikir ilmiah tidak dapat lepas dari solusi akan sebuah permasalahan. Untuk menemukan solusi, seseorang harus menetapkan suatu kebenaran. Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realita. Kebenaran itu sendiri bersifat absolut, karena jika ada kebenaran yang bersifat relatif maka tidak akan ada nilai dan hukum yang berlaku. Adapun kebenaran yang bersifat relatif itu hanyalah dua buah pendapat yang berbeda dan belum menemukan titik temu.
 Untuk memperkuat adanya kebenaran yang mutlak, ada 3 sumber yang dapat dijadikan acuan dalam memberikan bukti adanya kebenaran, diantaranya :
- Literatur
- Alam semesta
- Kitab suci agama
Sebagai closing statement, Mahasiswa adalah agent of change yang bertanggung jawab dalam membawa perubahan. Oleh karena itu, jangan pernah lelah untuk berpikir karena mahasiswa adalah perantara aspirasi masyarakat kepada pemerintah tanpa batasan apapun. Mahasiswa adalah perpanjangan tangan dari masyarakat. Teruslah mengkritisi segala hal yang kita rasa bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H