Ngobrol Perkara Iman adalah salah satu aktifitas yang biasa dilakukan oleh bapak-bapak di Warasia setelah shalat subuh. Ada yang duduk di emperan, di teras, dan dipinggiran jalan. Dan berbagai tempat lainnya yang nyaman.
Ibu-ibu lebih banyak beraktifitas di dapur, menyiapkan hidangan atau alas poro kata orang Maluku untuk anak-anak mereka sebelum berangkat sekolah.Â
Ibu-ibu juga sudah menyiapkan kopi dan teh. Yang minum kopi ambil kopi, yang minum teh ambil teh. Ibu-Ibu memang paling paham dan mengerti. Kalau sudah duduk ngobrol. Kopi dan teh pasti keluar.Â
Bicara tentang iman, itu unsur terpenting bagi kesadaran seseorang untuk menumbuhkan akhlak dan kesadaran. Iman memang harus dibicarakan. Sangat menarik dan lebih cepat dipahami jika dilakukan lewat ngobrol-ngobrol seperti ini. Dibanding dengan bentuk ceramah.Â
Ngobrol Perkara Iman disingkat NGOPI. NGOPI lebih menarik karena ada dialog timbal balik atau kata orang tua-tua tukar pikiran. Terjadi hubungan komunikasi timbal balik kedua belah pihak atau lebih. Sehingga tidak ada yang merasa di gurui, semua memiliki kesempatan bicara masing-masing dan menceritakan pengalamannya dan ide-idenya masing-masing.Â
Banyak ide yang muncul, apalagi ngobrol dengan para tua-tua. Bukan hanya ide, tapi pengalaman yang diceritakan mirip dengan cerita sejarah. Tergantung dengan siapa ngobrolnya, namun NGOPI menjadi topik hangat bagi bapa-bapa Warasia.Â
Ada guyonan, yang membuat sedikit mengelilitik. Saat mengisahkan banyak tempat yang menikah beda agama, ada pertanyaan. Kalau bapaknya Kristen dan Ibunya Islam kira-kira anaknya agamanya apa?. Ada yang bilang agamanya fifti-fifti dan ada yang bilang agamanya Krislam. Itu guyonan. Hehehe
Secara hukum sebenarnya sangat bertentangan dengan syariat. Bagi sebagian orang Islam mungkin menganggap biasa karena tanggung jawab dunianya aman. Tapi, tanggung jawab akhirat lebih berat. Karena menikah berbeda agama menyatukan dua keyakinan dalam satu ibadah. Itu namanya syirik.Â
Dan syirik adalah unsur yang tidak akan dimaafkan jika seseorang meninggal dalam kondisi demikian. Bingungnya juga secara hukum syariat tidak bisa dicampurkan dalam dua agama yang berbeda bercampur dalam satu hukum dan keyakinan. Itu bisa buyar. Namun, cinta yang suci terkadang dirusaki oleh keinginan hawa nafsu yang melampaui keyakinan seseorang. Menikah beda agama akhirnya menjadi hal biasa dan umum akibat efek hawa nafsu tersebut.
Realitas perkawinan beda agama berdasarkan pengalaman para bapa-bapa telah dilakukan diseluruh negara. Di Indonesia, menikah beda agama pernah terjadi di beberapa tempat. Bahkan di Ambon ada lagu yang menggambarkan jalinan dua sejoli cinta beda agama.Â