Mohon tunggu...
Aning ummuHanina
Aning ummuHanina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Member Revowriter Nganjuk

Belajar, belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying, Potret Buram Sistem Pendidikan

29 November 2022   04:45 Diperbarui: 29 November 2022   04:46 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, viral sebuah video di dunia maya. Dimana dalam video tersebut beberapa pelajar nampak membuli seorang nenek-nenek. Bahkan dalam video tersebut ada yang menendang nenek tersebut. Mirisnya teman-temannya yang melihat justru malah mentertawakan kelakuan temannya.

Dilansir dari CNN Indonesia, Viral sebuah video yang menunjukkan pelajar menendang seorang perempuan lansia yang diduga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) hingga terjungkal.

Dalam video yang diunggah kembali oleh akun Zulfikar Akbar, tertulis dalam video bahwa pelaku mengendarai sepeda motor 'Pelat T'. Pelaku kemudian teridentifikasi berasal dari Tapanuli Selatan. Polres Tapanuli Selatan pun telah menindaklanjuti perilaku dari anak-anak tersebut. (CNN Indonesia, 20/11/2022)

Kasus pembulian juga sering kita lihat di berita televisi atau di media sosial. Baik pembulian terhadap teman sekelas, terhadap adik kelas ataupun terhadap seseorang yang ekonominya lebih rendah.

Sikap bulying terhadap nenek-nenek, atau terhadap teman-temannya menunjukkan buruknya perilaku pelajar tersebut. Sopan santun yang menjadi ciri khas adat ketimuran sudah tidak nampak lagi dalam diri pelajar. Sikap menghormati kepada yang lebih tua dan kasih sayang diantara manusia kini semakin luntur.

Inilah potret buram bobroknya sistem pendidikan yang berlandaskan sekuler kapitalisme. Yang mana dalam sistem tersebut memisahkan agama dalam kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Sehingga orientasi pendidikan bukan lagi untuk mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang ang Maha Esa. Tetapi berorientasi pada penguasaan ilmu sains dan teknologi. Kurikulum yang digunakan pun membuat para pelajar jauh dari nilai-nilai agama. Sehingga output yang dihasilkan oleh sekolah hanya manusia yang mahir sains dan teknologi, tetapi minim keimanan dan ketakwaan. Maka tidak heran, akan banyak kita temui kasus pembulian, tawuran dan lain sebagainya yang dilakukan oleh para pelajar.

Selain sistem pendidikan yang rusak, diperparah juga dengan hilangnya peran keluarga khususnya ibu sebagai pendidik generasi. Serta hilangnya kontrol sosial oleh masyarakat.

Bulying di kalangan pelajar dapat dicegah, dengan cara mengembalikan lagi peran keluarga, masyarakat dan negara.

Keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan pembentukan karakter yang terpenting bagi seorang remaja. Orang tua harus memberi teladan dan contoh baik kepada anak mereka dalam berkata dan berperilaku. Orang tua harus membekali anak dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji.

Sedangkan anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk saling menasehati, mengajak pada kebaikan serta mencegah perbuatan yang tercela. Anggota masyarakat tidak boleh abai terhadap permasalahan di sekitarnya.

Sedangkan negara bertanggung jawab menyaring segala tontonan media yang berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian remaja.

Selain itu sistem pendidikan yang diterapkan negara haruslah sistem yang berlandaskan akidah Islam. Sistem pendidikan yang tidak hanya mencetak generasi yang menguasai sains dan teknologi, tetapi juga generasi yang bertakwa yang takut berbuat maksiat.

Tentunya semua solusi tadi akan terlaksana dengan sempurna, hanya jika negara menerapkan sistem yang berasal dari Sang Pencipta yaitu Sistem Islam yang dikenal dengan nama Khilafah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun