Pernahkah Anda bertanya, mengapa kita diciptakan? Untuk apa kita diciptakan?Â
Manusia dengan segala keingintahuannya pasti pernah bertanya mengenai alasan mereka diciptakan. Entah itu hanya berupa pikiran maupun diutarakan, tidak dipungkiri bahwa manusia akan mempunyai rasa penasaran seperti itu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan beberapa intepretasi dan pemikiran dari manusia sendiri. Pada dasarnya, keingintahuan tersebut berakar dari ketakutan mereka terhadap yang dilakukannya semasa hidup akan sia-sia pada akhirnya ataupun adanya masa setelah kematian. Manusia akan selalu mencari jawaban mengenai apa yang dikerjakannya selama ini akan berpengaruh apapun itu ataukah sama saja dengan tidak melakukan apa-apa. Ada manusia yang menemukan jawabannya dan karena itu mereka tunduk kepada-Nya. Namun ada juga manusia yang mengartikan hal tersebut salah dan berakhir pada pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka jauh akan kebenaran. Untuk itu diperlukannya studi mendalam mengenai hakikat penciptaan manusia ini semata-mata untuk menemukan kebenaran dan menjauhkan manusia dari kekafiran.
Pemikiran mengenai hakikat penciptaan manusia sudah ada dan dilakukan sejak zaman dahulu kala. Seiring perubahan peradaban dan berkembangan pemikiran-pemikiran manusia, intepretasi mengenai hakikat manusia diciptakan selalu berubah-ubah. Mulai dari pemikiran filsuf-filsuf terkenal pada zaman Yunani Kuno hingga pemikiran dari seseorang yang hidup pada peradaban Mesopotamia dan peradaban-peradaban lain yang mengikuti. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan setiap peradaban. Lingkungan hidup, sosial serta alam, dan apa yang sedang terjadi di sekitar wilayah yang mereka tinggali juga sebagai pengaruh atas pemikiran-pemikiran mereka. Pengaruh tersebut berdampak pada pola pikir manusia yang menyesuaikan keadaan sehingga timbul intepretasi makna. Dengan adanya akal yang diberi Tuhan, manusia dapat mengimajinasi akan tujuan mereka diciptakan dan kekuatan besar yang tidak terlihat.
HAKIKAT TUHAN
Pada dasarnya, setiap manusia mempunyai kebutuhan akan Tuhan. Hal tersebut merupakan kebutuhan fundamental dari manusia. Dengan segala keterbatasannya, manusia akan selalu mencari hal yang lebih besar darinya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di luar batas kemampuannya. Hal tersebut juga yang memotivasi setiap manusia untuk tidak putus asa terhadap kehidupan hingga menganggap hidup hanya sia-sia saja dan tetap menjaga kelestarian umat manusia. Kebutuhan akan Tuhan atau berbagai macam penamaannya merupakan kebutuhan hidup dasar yang sangat memengaruhi kehidupan manusia. Jika manusia tidak membutuhkan lagi akan adanya Tuhan, maka pada saat itulah manusia menjadi sombong dan lupa terhadap tujuan mereka hidup. Manusia yang memiliki perilaku seperti ini sudah tidak peduli lagi dan berpikir apa yang dimilikinya akan kekal bersamanya. Manusia seperti itu yang mempunyai pandangan bahwa mereka diciptakan hanya sia-sia saja pada akhirnya.
Pada beberapa waktu, manusia dikenalkan mengenai Tuhan melalui beberapa perantara, utamanya adalah perantara nabi dan wali Tuhan. Para utusan-Nya membawa ajaran tauhid yang benar mengenai keberadaan Allah. Dengan adanya ajaran ketauhidan tersebut, pemikiran-pemikiran kuno terkait kepercayaan selain Allah mulai ditinggalkan di beberapa tempat. Namun pada berbagai kasus yang berbeda, ketika para nabi Allah silih berganti begitu pula dengan ajaran-ajarannya. Banyak sekali ancaman terhadap ajaran yang dibawa para nabi. Sejalan dengan pemberian Tuhan berupa akal, manusia juga dapat berpikir secara bebas. Dengan mengartikan suatu ajaran tauhid sebagai pengekangan terhadap kebebasan, ajaran-ajaran tauhid tersebut dapat terkikis sejalan dengan pemikiran-pemikiran bebas mengenai Tuhan dan penciptaan manusia juga berkembang.
Pada perkembangannya, terakhir kalinya Allah memberi ajaran tauhid yang benar melalui Nabi Muhammad. Sekitar abad ke-7 Masehi muncul lah agama Islam sebagai agama terakhir yang membawa manusia kepada kebenaran yang satu. Agama Islam muncul di tengah masyarakat yang terpolarisasi dengan ajaran-ajaran sesat mengenai Allah dan berbagai kepercayaan lainnya yang tidak benar. Manusia kembali ke zaman jahiliyah, zaman sebelum adanya agama tauhid, dimana manusia berada dalam ketidaktahuan akan petunjuk Allah. Pada saat itu, Islam menjadi agama yang minoritas bahkan dibenci oleh masyarakat. Namun dalam perkembangannya, Islam menjadi tersebar luas dan saat ini menjadi agama paling dominan di dunia. Hal tersebut berkenaan dengan penyebaran Islam dan hakikatnya sendiri yang berupa perdamaian.
HAKIKAT MANUSIA
Pada dasarnya, semua makhluk yang diciptakan oleh Allah memiliki berbagai macam perbedaan dan semuanya mempunyai tujuan tertentu. Tidak ada makhluk ciptaan Allah yang hanya kebetulan saja. Semua yang Allah ciptakan pasti tidak akan sia-sia pada akhirnya. Berbagai macam makhluk yang Allah ciptakan tersebar luas dalam medium alam semesta. Bahkan alam semesta pun adalah makhluk ciptaan-Nya. Makhluk utama yang Allah ciptakan terdiri dari tiga jenis, yaitu malaikat, iblis, dan manusia. Ketiga makhluk tersebut Allah ciptakan dengan fungsi, tujuan, dan asal yang berbeda-beda.
Malaikat adalah makhluk Allah yang tercipta dari cahaya. Malaikat tidak bisa dilihat oleh panca indera manusia. Sebagai makhluk Allah yang tinggal di akhirat, malaikat selalu tunduk pada Allah tanpa adanya sedikit pun perlawanan. Hal tersebut berkenaan dengan dasar penciptaan malaikat yang tidak diberi nafsu oleh Allah. Hidup malaikat hanya didedikasikan untuk melayani tugas-tugas yang diberikan oleh Allah. Nafsu yang tidak diberikan kepada malaikat Allah berikan kepada iblis dan manusia. Iblis yang juga makhluk Allah terbuat dari api. Iblis juga pada mulanya merupakan makhluk yang taat terhadap tugas-tugas yang Allah berikan dan selalu tunduk kepada Allah. Namun dikarenakan adanya penciptaan manusia, iblis mulai menampakkan nafsunya dan enggan tunduk terhadap perintah Allah. Dengan sebab-sebab tertentu, Allah melarang iblis untuk naik ke akhirat lagi. Iblis bertempat di alam neraka dengan berbagai siksaan di sana.
Manusia sebagai makhluk yang Allah ciptakan mempunyai hakikat tersendiri dari kedua jenis makhluk Allah di atas. Dalam hal ini hakikat manusia yaitu kebenaran akan makhluk ciptaan Allah manusia ini. Hakikat manusia juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memahami mengenai hal-hal yang tetap pada manusia dan ciri khasnya yang menonjol. Dalam ilmu filsafat dapat diartikan bahwa hakikat manusia sebagai anggapan manusia memiliki definisi pra wujud mengenai hal-hal yang terkait dengan zat kemanusiaannya yang berbeda dari wujudnya. Hakikat ini tidak dapat dipisahkan dari manusia itu dilahirkan di muka bumi hingga meninggalkannya. Dengan kemanusian ini, manusia menjadi lebih terhormat dan dapat mengemban kehidupan di muka bumi dengan baik.