Memperhatikan hak cipta dan etika, dengan selalu mengutip dan memberikan atribut sumber dengan benar untuk menghindari plagiarisme.Â
Penelitian terkait pengaruh latihan keahlian berkomunikasi terhadap proses dan outcome perawatan yang berkaitan dengan distress emosi pasien, menunjukkan bahwa semakin baik keahlian perawat dalam berkomunikasi berhubungan dengan penurunan distress emosional pasien. Penerapan asertif dalam praktik keperawatan untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengekspresikan pikiran, perasaan, ataupun kebutuhan klien secara jelas dan langsung, tanpa menilai klien penerima layanan keperawatan. Perilaku asertif dapat mempengaruhi hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien. Dengan perilaku dan komunikasi asertif yang baik, klien dapat merasakan layanan keperawatan yang berkualitas.
Kemampuan komunikasi multidisiplin sangat diperlukan oleh semua tenaga kesehatan dalam berhubungan dengan pasien. Komunikasi multidisiplin bukan hanya sebagai alat tukar menukar informasi antara perawat / dokter dengan pasien, dan sebaliknya, melainkan lebih dari itu yaitu untuk menjalin hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarganya, sebagai proses terapi bagi pasien, serta media koordinasi dan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain. Adanya komunikasi yang baik dapat meningkatkan mutu pelayanan yang ada di rumah sakit. Dari hasil penelitian Handayani & Hidaya (2019) dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi asertif dengan mutu pelayanan di rumah sakit, dimana sebagian besar responden menggunakan komunikasi yang baik dan mutu pelayanan di rumah sakit sebagian besar adalah baik. Berikut jenis komunikasi yang digunakan dalam kesehatan sosial :Â
Komunikasi verbal
Komunikasi nonverbal
Komunikasi tertulis
Komunikasi dengan elektronikÂ
Penulis: Anindya Putri Ravina & An Nadhofah AdlinÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H