"Soal rasa tak usah ditanya. Yang jelas, bedalah dengan yang lain." Kira-kira begitulah kawan saya menuliskan caption statusnya di media sosial, melengkapi gambar sekotak bakpia yang sungguh menggoda selera. Bakpia Najwa.
Berawal dari unggahan kawan saya tadi, saya jadi penasaran dengan jajanan tersebut. Bakpia Najwa adalah karya kuliner produksi UKM Yogyakarta. Tak butuh waktu lama, saya pun berhasil menemukan akun media sosial Sukraeni Widhiastuti (Mbak Wid), pemilik brand-nya, dan saya langsung mengirimkan permintaan pertemanan. Ternyata pemberian merek Najwa pada Bakpia hasil karyanya itu terinspirasi dari nama putri kesayangannya, Najwa.
Selang beberapa hari kemudian, status Mbak Wid kebetulan lewat di beranda medsos saya. "Ada yang mau bakpia Najwa untuk besok pagi? Bisa kirim ke luar kota ya," tulisnya.
Saya pun segera memesannya. Satu kotak rasa kacang ijo dan satu kotak rasa ubi ungu, karena memang Bakpia Najwa memiliki dua varian rasa itu.
Begitu kurir pengantar tiba dan menyerahkan paketnya, saya buru-buru membukanya, tak sabar ingin segera mencicipi bakpianya. Pengemasan paketnya dikerjakan dengan rapi, dan dilengkapi bubble wrap untuk mengamankan produknya selama proses pengiriman berlangsung.
Kemasan bakpianya berupa kardus berbentuk kotak berukuran mini yang handy banget, berbahan karton licin dengan semacam lapisan plastik yang di-press di bagian dalamnya. Desain luarnya bernuansa cerah, dipercantik dengan foto si kecil Najwa mengenakan busana koki, sehingga menyempurnakan packagingnya.
Satu kotaknya berisi dua belas bakpia berbentuk bulat pipih berdiameter sekitar lima sentimeter dengan ketebalan kurang lebih satu setengah sentimeter. Sekali gigit, kulit tipisnya yang crispy itu langsung ngeprul, layer-layernya tampak rapuh seolah sengaja ingin menyisakan remah-remah rindu.
Isian kacang ijonya dihaluskan dengan sempurna, asli empuk banget. Teksturnya lembut dan rasa manisnya pun begitu pas di lidah. Sama sekali nggak bikin eneg.
Yang ubi ungu juga tak kalah enaknya. Namun bagi saya, rasa kacang ijolah yang paling juara. Tapi ini lebih ke soal selera saja sih. Secara keseluruhan, keduanya istimewa.
Saya menikmati Bakpia Najwa sambil sesekali tersenyum bangga saat tak sengaja tatapan saya beradu pandang dengan manik mata Najwa di foto yang terpampang pada kotak kemasannya. Dalam hati saya bergumam: "Alangkah beruntungnya gadis Jogja ini, di usia sekecil itu foto dirinya sudah berkeliling kota hingga ke Surabaya."
Berhubung hari itu saya sedang sendiri saja di rumah, tentu perut mungil saya akan protes keras jika dua kotak Bakpia Najwa tadi saya lahap habis sekaligus dalam sekali makan. Akhirnya saya putuskan untuk menyisakannya sebagian. Saya simpan buat besok pagi.
Keesokan harinya, Bakpia Najwa menjadi pendamping sempurna bagi secangkir teh hangat sebagai menu pembuka dalam mengawali hari saya. Dan ternyata setelah berlalunya waktu kemarin, tak sedikitpun mampu mengurangi kelezatan cita rasa Bakpia Najwa.
Pada saat digigit, kulit luarnya memang terasa lebih crunchy, namun seketika lumer tatkala dikunyah. Kelembutan kumbunya pun masih tetap sama. Begitu juga di hari berikutnya, masih nikmat aja tuh rasa bakpianya.
Saya sudah sering kali mencicipi aneka bakpia dari berbagai merek. Tapi sejujurnya, lebih sering berasal dari pemberian teman atau tetangga sebagai oleh-oleh mereka sepulang bepergian. Jarang sekali yang dari hasil saya membeli sendiri. Jadi Bakpia Najwa ini menjadi bakpia pertama yang saya beli, gara-gara tergoda unggahan status kawan di media sosial.
Bakpia Najwa adalah bakpia berkualitas terbaik dengan harga terjangkau. Tak ayal, menjadi salah satu oleh-oleh khas Jogja favorit keluarga saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H